Kadin Indonesia melihat usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia sulit berkembang. Penyebabnya, menurut Kadin, ada pemahaman yang salah terhadap UKM. Oleh sebab itu, lembaga ini akan berusaha mendorong UKM agar bisa maju. Sejumlah program yang mendorong peningkatan usaha kecil (small enterprise) ke level menengah (middle enterprise) akan dibuat.

ilustrasi UKM

“Ada marjinalisasi pemahaman tentang UKM. Perusahaan besar menganggap UKM hanya sebagai sasaran CSR (corporate social responsibility). UKM juga rawan politisasi atau jadi jargon kampanye,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Bidang UKM dan Koperasi Erwin Aksa, pada Rakernas Kadin UKM, di Kantor Pusat Kadin di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (26/6/2013).

Selain masalah itu, lanjut dia, pada tingkat produksi, UKM hanya diidentikkan dengan produk kerajinan dan cinderamata. Kadin pun melihat ini kurang menguntungkan bagi UKM. Erwin mengatakan, citra yang kurang tepat inilah membuat UKM di Indonesia sulit berkembang dan belum cukup memberi kontribusi yang besar bagi Produk Domestik Bruto (PDB).

Untuk itu, Kadin akan membuat cetak biru UKM, melakukan sosialisasi mindset UKM yang integratif, dan menggalang kerja sama dengan semua pemangku kepentingan. “Kami siap jadi Rumah Besar UKM nasional. Kami butuh persepsi UKM yang lebih segar dari seluruh pemangku kepentingan terhadap peran strategis UKM melalui rebranding dan rejuvenation, identitas baru UKM,” papar Erwin.

Ditegaskan dia, Kadin akan bekerja keras melakukan rebranding dan mereposisi UKM. “Jadi, UKM itu tidak hanya melulu soal kerajinan. Kami harus mendorong UKM-UKM yang memiliki nilai tambah bagi perekonomian dan berorientasi pada teknologi,” ujarnya.

Erwin pun mencontohkan, UKM di China telah mampu mengekspor produk-produk yang memiliki nilai tambah dan berteknologi tinggi. “Misalnya, banyak barang-barang dari China itu kan dibuat oleh UKM di sana, seperti baut-baut, suku cadang, bahkan mesin-mesin. Ini sudah dilakukan UKM di sana, di mana mereka bermitra dengan perusahaan besar,” ungkap dia. (EVA)