Management Trends

Upaya PTPN III Holding Melakukan Turnaround

Upaya PTPN III Holding Melakukan Turnaround

PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) merupakan induk holding PT Perkebunan Nusantara I sampai XIV yang sudah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 72 tahun 2014. hingga tahun 2015, PTPN III memiliki luas areal sekitar lebih dari 1 juta hektar, dengan status penguasaan lahan sekitar 68% sudah bersertifikat, 20% sertifikat berakhir atau dalam proses perpanjangan dan 12% belum bersertifkat.

Produksi kelapa sawit dan gula mengalami peningkatan dalam jangka tahun 2013 sampai 2015. Jumlah produksi yang dihasilkan dari kelapa sawit (minyak dan inti sawit) di tahun 2015 adalah sebesar 3,4 juta ton, gula 184,38 ribu ton, gula 1,1 juta ton dan the 45 ribu ton. Sedangkan pencapaian kinerja produksi terhadap RKAP untuk periode sampai dengan Semester I/2016 untuk kelapa sawit adalah 74,72%, karet sebesar 88,95%, the sebesar 74,41% dan produksi gula hanya mencapai 44,37%.

PTN III

“Yang paling banyak rugi adalah karet, karena memang harga karet juga sedang jatuh sekali. Dulu harga karet pernah di atas 4 dollar pada tahun 2011, sedangkan sekarang hanya 1,7 dollar. Tapi saya percaya diperlukan mebuat terobosan agar bisa seri. Kita tidak boleh rugi, oleh karena itu diperlukan perbaikan biaya. Misalnya PTPN III yang tadinya RKAP tahun 2016 kerugian waktu itu Rp 200 miliar, tapikini revisi kerugiannya menjadi Rp 70 miliar. Jadi kami tekan kerugiannya Rp 130 miliar yang dapat dilakukan dengan berbagai program,” kata Elia Massa Manik, Direktur Utama PTPN III Holding.

Di tahun ini penurunan yang terjadi pada komoditi kelapa sawit disebabkan pengaruh el nino di beberapa sentra produksi. Sedangkan untuk penurunan produksi gula dipengaruhi oleh la nina yang menyebabkan capaian rendemen gula menurun. Realisasi musim giling tahun 2015 rata-rata rendemen gula PTPN mencapai 7,91% sedangkan realisasi rendemen gula sampai dengan semester I/2016 hanya mencapai 6,68%.

Penurunan volume produksi pun berdampak pada kinerja keuangan PTPN. Tercatat kinerja keuangan sampai dengan semester I/2016 sebesar Rp 13,36 triliun atau 28,19% terhadap RKAP. Itu artinya, di Semester I/2016 ini perusahaan mengalami rugi sebesar Rp 823,43 miliar.

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan observasi di lapangan, terdapat beberapa hal yang menjadi fokus dan perhatian manajemen PTPN. Pertama, persoalan beban hutang yang tinggi. Total hutang PTPN kepada pihak perbankan sampai dengan Juni 2016 sebesar Rp 33,24 triliun. Kedua, remdahnya produktivitas. Ketiga, Harga pokok penjualan yang tinggi atau 35% lebih tinggi dibandingkan dengan kompetitor. Keempat, optimaliasasi sumber daya manusia. Dan kelima, status lahan.

Dari permasalah tersebut, Direksi Holding melakukan program Corporate Turnaround yang terdiri dari bidang keuangan, operasional dan sumber daya manusia. Di bidang keuangan Holding berupaya merestrukturisasi kewajiban pembayaran bank bagi beberapa PTPN yang mengalami kesulitan likuiditas. Restrukturisasi ini dilakukan dengan tujuan menghindari default, meningkatkan repayment capacity dan going concern perusahaan.

“Mulai September 2016 ini kami sudah mulai e-procurement sehinga harga barang dan jasa bisa lebih efisien tanpa mengorbankan kualitas,” lanjutnya. Di sisi lain uoaya untuk bidang keuangan lainnya adalah dengan memberlakukan Profit and Lost Statement sebagai bagian dari kontrol dalam melakukan evaluasi kinerja.

Di bidang operasional, upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pembenahan dalam pengelolaan komoditi sesuai SOP yang telah ditetapkan beserta mekanisme pengawasan yang efektif untuk mencapai productivity improvement. Tidak hanya itu, perusahaan juga akan menyusun Crop Strategy agar masing-masing PTPN dapat secara fokus mengelola komoditi sesuai keunggulan kompetitif yang dimiliki (kompetensi SDM, kesesuaian lahan, kemampuan fnansial).

Sumber daya manusia merupakan bagian yang tak kan pernah lepas dari suatu organisasi ataupun perusahaan. “Holding sudah merestrukturisasi organisasi di level Direksi dan dilanjutkan dengan pengelolaan talent pool satu layer dibawah Direki sehingga jabatan yang ditempati sesuai dengan kompetensinya,” katanya. Holding juga melakukan job enlargement dan job enrichment serta enghapus jabatan yang redundant sehingga diperoleh prses bisnis yang lebih sederhana tanpa mengurangi kontrol dan efektivitas organisasi.

“Yang perlu kita tingkatkan. adalah komunikasi, jadi kalau untuk urusan sebesar ini, masalah komunikasi menjadi sangat krusial. Pertama, yaitu masalah komunikasi kami kepada pihak internal dalam hal ini masing-masing PTPN. Mestinya untuk komunikasi ini tidak boleh berhenti di level direksi, tetapi harus turun hingga ke bawah. Ini juga terus kita tingkatkan,” katanya di akhir pembicaraan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved