Management Strategy

YSI - PGN Kembangkan Potensi Seni Sulam Indonesia

YSI - PGN Kembangkan Potensi Seni Sulam Indonesia

Di Indonesia, seni sulam sudah lama tumbuh dan berkembang di berbagai daerah, namun keberadaannya belum sepopuler seni kerajinan lainnya. Di sisi lain, seni sulam di luar negeri berkembang pesat dalam berbagai motif, baik tradisional hingga kontemporer. Demikian pula dengan materi yang dipergunakan. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi pelaku seni sulam Indonesia untuk memikirkan cara yang tepat untuk mengembangkan seni sulam Indonesia agar dapat bersaing pada skala internasional.

Sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya seni sulam di Indonesia, sekitar tahun 2007 atas inisiatif Triesna Jero Wacik didirikanlah Yasasan Sulam Indonesia (YSI) yang memiliki misi untuk melestarikan, mengembangkan, dan lebih mengenalkan seni sulam kepada masyarakat Indonesia dan Internasional.

Dimulai tahun 2012, YSI bekerja sama PGN mengadakan program inovasi dan peningkatan kapasitas perajin sulam di Indonesia. Pelatihan ini dilakukan di 3 (tiga) kota, yaitu Denpasar-Bali, Jember-Jawa Timur, dan Agam-Sumatera Barat. Program ini berupa pemberian pelatihan dan eksplorasi kepada 60 orang perajin dari 3 wilayah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan seni sulam yang telah mereka miliki dan membuka wawasan agar dapat melakukan inovasi pada produk sulaman.

Ki-ka: Riza Pahlevi (Direktur Keuangan PGN), Ayu Mangku Pastika (Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Triesna Jero Wacik (ketua YSI), Sugiyatno (Perwakilan Dekranasda Jatim), Nevi Irwan Prayitno (Ketua Dekranasda Sumatera Barat)

Ki-ka: Riza Pahlevi (Direktur Keuangan PGN), Ayu Mangku Pastika (Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Triesna Jero Wacik (ketua YSI), Sugiyatno (Perwakilan Dekranasda Jatim), Nevi Irwan Prayitno (Ketua Dekranasda Sumatera Barat)

Berjalan mulai bulan Mei dan berakhir bulan Oktober 2013, program pelatihan ini menghadirkan pakar sulam, Lita Jonathans yang memberikan pelatihan secara teknik. Turut dilibatkan juga dalam program ini fashion desainer Samuel Wattimena dan Didi Budiardjo untuk membagi pengetahuan dan membuka wawasan para perajin tersebut agar lebih kreatif dan dapat membaca selera pasar yang lebih nasional maupun internasional.

Direktur Keuangan PGN, Riza Pahlevi, mengatakan, “Kerja sama YSI dan PGN ini dimulai sejak tahun 2012. Awalnya PGN memberikan pinjaman modal usaha kepada para perajin sulam di Bukit Tinggi. Selain itu PGN juga membina para perajin sulam melalui pelatihan kewirausahaan, pelatihan manajemen keuangan sederhana dan bantuan promosi produk mitra binaan melalui pameran-pameran. PGN memiliki kepedulian untuk ikut meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia, salah satunya dengan turut serta dalam pengembangan industri sulam sejak tahun 2012.”

Dijelaskan Reza, sulam merupakan produk kreatif berbasis budaya yang bisa diberdayakan menjadi produk niaga. Langkah ini sejalan dengan misi PGN sebagai perusahaan transmisi dan distribusi gas bumi nasional, yaitu mewujudkan Indonesia makmur dengan energi baik. Melalui pelatihan di 3 kota, harapannya dengan model pelatihan seperti ini akan dapat meningkatkan pengetahuan dan kapasitas peserta, dapat menimbulkan interaksi antara peserta dan pendamping yang lebih intensif, dan dapat meningkatkan rasa percaya diri dari para perajin agar mandiri dan berkembang mengangkat budaya Indonesia.

Ketua Yayasan Sulam Indonesia, Triesna Jero Wacik, menjelaskan, yang perlu diperhatikan dalam pengembangan seni sulam di Indonesia adalah produksi termasuk desain dan kualitasnya, sehingga diperlukan adanya pengetahuan yang cukup dan baik tentang teknik, penggunaan material, desain dan inovatif. Selain itu, perajin perlu lebih banyak belajar menerapkan manajemen dan profesional, serta menyelami perkembangan dan selera pasar, di samping melakukan regenerasi keahlian menyulamnya.

YSI dan PGN berkomitmen untuk terus membina dan mengembangkan seni sulam Indonesia sebagai Adi Kriya yang bukan saja untuk dikagumi, tetapi dirasakan manfaatnya secara ekonomi, terutama bagi para perajin yang sebagian besar adalah ibu-ibu rumah tangga.

Ketua Dekranasda Sumatera Barat, Nevi Irwan Prayitno, menegaskan bahwa Sumatera Barat merupakan daerah yang paling banyak menyimpan khasanah seni sulaman. Seluruh produk seni sulam itu kemudian melekat pada berbagai busana dan perhiasan rumah tangga. Setidaknya saat ini ada sekitar 200 KK di Sumatera Barat yang masih bertahan sebagai perajin sulam.

“Kami mendukung program pelatihan yang dilakukan YSI dan PGN bagi para perajin sulam di Kabupaten Agam ini, agar motif-motif sulaman yang berasal dari Sumatera Barat, dapat dikenal secara lebih luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri tanpa menghilangkan ciri khas motif dasar yang dipakai, serta merangsang kembali rasa cinta masyarakat untuk kecintaan sulaman batik di Sumatera Barat,” urai Nevi.

Perajin asal Jember, Hj. Suyanti menjelaskan,” Kami berterima kasih kepada YSI dan PGN yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman, sehingga menambah wawasan kami untuk meningkatkan kualitas hasil sulaman. Harapannya semakin banyak orang yang menyenangi dan menggemari seni sulam Indonesia”.

Acara Metamorfosis Perajin Sulam dan Bordir Indonesia di Grand Inna Padang pada Jumat (1/11) dibuka oleh Menparekraf, Mari Elka Pangestu, akan disemarakan dengan pameran foto sulam, demo sulam, fashion show oleh desainer Samuel Wattimena dan vomal, pemberian penghargaan kepada para tokoh yang telah berjasa mengembangkan sulam di daerahnya masing-masing serta pengukuhan motif sulam khas daerah. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved