Trends

Manisnya Hidup Bebas Diabetes Mellitus dengan Herbal

Sejak 2014, penyakit Diabetes Mellitus (DM) menjadi salah satu dari tiga penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data International Diabetes Federation 2020 menunjukkan Indonesia menempati urutan ketujuh dari 10 negara dengan jumlah pasien diabetes tertinggi. Jumlah ini diperkirakan terus naik. Pada 2020 saja, prevalensi kasus DM meningkat 6,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Situasi ini kemudian diperburuk oleh pandemi Covid-19. Tim Penanggulangan Covid-19 di Indonesia menemukan angka kematian pada pasien diabetes yang terinfeksi Covid-19 lebih banyak 8,3 kali dibandingkan masyakarakat yang tidak mengidap HIV.

Penyakit metabolik yang sering juga disebut sebagai kencing manis ini ditandai oleh tingginya kadar gula atau glukosa dalam darah. Saat kita makan, makanan yang mengandung karbohidrat dan gula dipecah oleh tubuh menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa diserap oleh sel-sel untuk diubah menjadi energi. Proses penyerapan ini dibantu oleh hormon insulin. Namun, ketika hormon ini terganggu, mulailah seseorang dikatakan berisiko tinggi mengalami diabetes. Kadar gula darah yang tidak terkontrol akibat terganggunya hormon insulin membawa berbagai komplikasi yang membahayakan tubuh.

Sebagian penderita DM memilih pengobatan medis untuk menormalkan kembali kadar gula darah. Sebagian lagi menjalani pengobatan herbal. Tak sedikit juga yang mengombinasikan keduanya. “Dari pengalaman kami, rahasia kesembuhan penderita diabetes salah satunya dengan mengolaborasikan antara pengobatan medis dengan herbal,” kata Direktur Utama PT Mahkotadewa Indonesia, M. Wuryaningsih Setyowati sebagai produsen produk-produk herbal alami untuk kesehatan dan penyembuhan penyakit.

Oma Ning, begitu beliau akrab disapa, merasa prihatin jumlah penderita diabetes makin hari bukan makin sedikit, padahal obat medis untuk mengendalikan kadar gula darah sudah sangat banyak diproduksi. Rasa prihatin itu menuntunnya untuk meneliti dan meracik sendiri minuman herbal fermentasi untuk mengatasi diabetes. Minuman itu diberi nama Jamsi. Jamsi dibuat dari ekstrak sambiloto (Andrographis paniculate), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), ashitaba (Angelica keiskei), dan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa).

“Yang tidak terlalu parah, dalam waktu satu jam setelah minum Jamsi, kadar gula darahnya bisa turun, tapi untuk sembuh total harus dibantu dengan memperbaiki pola makan, berolahraga, dan lebih santai menjalani hidup,” kata Oma Ning. Jamsi juga mengoptimalkan kembali kerja pankreas, sehingga mampu memproduksi insulin yang menetralisir kadar gula darah dalam tubuh.

Oma Ning berkisah, salah seorang konsumen Jamsi mengalami kadar gula darah sangat tinggi. Saking tingginya, dia sampai-sampai hanya bisa terbaring di tempat tidur.

“Pengobatan medis sudah dilakukan, tapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya setelah mengombinasikan obat medis dengan Jamsi, dalam waktu seminggu dia berkirim kabar kalau sedang bermain badminton,” ujarnya.

Oma Ning sendiri memiliki keturunan DM. Kadar HbA1C-nya pernah hingga mencapai angka 6,3 persen atau prediabetes. HbA1C adakah hemoglobin A1C yang berikatan dengan glukosa. Dokter yang memeriksa Oma Ning ternyata tahu kalau beliau memproduksi jamu untuk menurunkan kadar gula darah, sehingga dia meminta Oma Ning mengonsumi produk herbalnya sendiri untuk menormalkan kembali kadar tersebut.

Dia mengingatkan pemeriksaan kadar gula darah sebaiknya mengukur kadar HbA1C tadi. Ini disebabkan tes gula darah biasa hanya menunjukkan kadar gula darah pada saat itu saja, sedangkan HbA1C adalah persentase kadar gula darah rata-rata dalam 3 bulan. Oleh karena itulah lewat para punggawa customer service mereka, Mahkotadewa Indonesia selalu menyarankan kepada konsumen Jamsi untuk memeriksakan kembali HbA1C setelah 3 bulan mengongsumsi Jamsi.

Jamsi merupakan produk terawal yang dibuat Mahkotadewa Indonesia dan menjadi salah satu produk unggulan dengan penjualan terbaik hingga saat ini. Produk best seller keluaran Mahkotadewa Indonesia lainnya adalah Jamkho (membantu mengurangi kadar lemak dalam darah) dan Jamtik (membantu meredakan nyeri pada persendian). Khusus bagi mereka yang tidak suka rasa jamu, Mahkotadewa Indonesia menyediakan pula jamu yang sudah dikemas dalam bentuk kapsul. Produk-produk Mahkotadewa Indonesia pun sudah mendapatkan sertifikasi GMP, Badan POM, Halal MUI, SNI, Irradiasi, dan Nanotech. Nanotech memungkinkan khasiat jamu atau obat herbal lebih cepat diserap tubuh.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved