Trends zkumparan

Manuver Juliandra Terbangkan Citilink

Juliandra Nurtjahjo

Juliandra Nurtjahjo, Presiden Direktur PT Citilink Indonesia

Belum genap setahun menjalankan amanah sebagai CEO PT Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahjo harus melakukan berbagai manuver berani untuk meningkatkan kinerja maskapai penerbangan anak perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk. ini.

Sebuah pilihan yang tidak bisa dielakkan di tengah persaingan penerbangan berbiaya murah. Terlebih, keberadaan Citilink tidak bisa dilepaskan dari induknya, Garuda. “Langkah pertama yang harus kami lakukan adalah konsolidasi dan alignment dengan Garuda Indonesia,” ujar Juliandra. “Manajemen baru Citilink harus melakukan sinergi sesuai dengan semangat BUMN yang melahirkan program 5 Quick Wins Priority Garuda Indonesia,” lanjutnya.

Dijelaskannya, selain mendukung strategi Garuda, Citilink juga memiliki strategi khusus yang penting dan mendesak, yaitu optimalisasi aset pesawat terbang. Optimalisasi aset dilakukan dengan cara meningkatkan utilisasi pesawat. “Tantangan manajemen baru adalah bagaimana menaikkan utilisasi pesawat, karena dengan naiknya utilisasi pesawat, cost per unit akan turun,” katanya.

Maka, Citilink pun menerima tantangan dengan melakukan ekspansi rute dan bisnis lain. Misalnya, tahun ini mulai membuka rute baru, mayoritas di wilayah Indonesia Timur, seperti: Jayapura, Kendari, Gorontalo, dan Ambon. Juga, membuka rute penerbangan internasional ke Dili, Timor Leste. Oktober lalu, Citilink membuka rute Jakarta- Silangit (Sumatera Utara).

Juliandra Nurtjahjo

Selain ekspansi rute, Citilink pun melakukan ekspansi bisnis, yakni melakukan terobosan dengan meningkatkan revenue stream, tidak hanya dari penjualan tiket penumpang melainkan juga perbaikan proses bisnis melalui ancillary revenue yang berasal dari nontiket seperti on-board food and services. Hal ini diharapkan bisa meningkatkan revenue perusahaan. Cargo revenue juga akan ditingkatkan.

“Kami melakukan optimalisasi aset dengan strategi pesawat tidak ditambah, kapasitas naik, utilisasi naik karena optimalisasi jumlah penumpang harus naik. Sebagai perusahaan yang harus menghasilkan profit, kami melakukan pembaruan dan inovasi tidak hanya revenue stream dari tiket penumpang, tetapi juga ancillary revenue,” ujar mantan Direktur Utama GMF AeroAsia ini.

Segmen konsumen yang dibidik Citilink adalah business traveler dan milenial, usia 25-39 tahun. Segmen tersebut adalah pekerja dan anak muda sehingga Citilink melakukan inovasi sesuai dengan karakteristik konsumennya. “Kami juga punya strategi yang tidak bisa saya sebutkan dalam wawancara ini karena ini menjadi strategi andalan kami yang akan diluncurkan secara bertahap,” ucapnya.

Citilink ingin pula memperbesar jangkauan ke konsumen, yaitu dengan sistem penjualan tiket online dan offline yang diperbaiki. Citilink juga akan menambah revenue dengan penjualan ke korporasi. Segmen korporasi yang berkontribusi 5-6% akan ditingkatkan menjadi 10-12%. Caranya, dengan menyasar berbagai perusahaan besar, BUMN, pemda, dan sebagainya untuk membantu mereka melakukan perjalanan dinas dengan menawarkan paket yang menarik.

Maskapai penerbangan bertarif rendah (lowcost carrier/LCC) ini juga menyasar institusi pendidikan seperti Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Indonesia, termasuk ikatan alumninya. “Kami telah menjalin kerjasama dengan mereka yang akan terus kami lanjutkan dan perkuat pada tahun 2018. Kami ingin meraih captive market yang besar dari kerjasama korporasi/institusi,” ungkap Juliandra.

Dalam penjualan tiket, menurut pria 48 tahun ini, agen perjalanan online masih dominan, sebesar 60%, dan 40% adalah direct selling dan offline selling. Pihaknya akan memperbesar penjualan langsung, salah satunya dengan bersinergi dalam hal program Garuda Mileage yang menjadi Supergreen GarudaMiles. Jadi, program keanggotaan Citilink dan Garuda resmi bergabung. Program keanggotaan Citilink yang dulu bernama Supergreen kini menjadi Supergreen GarudaMiles (anggotanya dapat memperoleh miles untuk setiap penerbangan dengan Citilink ataupun Garuda).

Ke depan, Citilink ditargetkan menjadi digital airline yang menyesuaikan diri dengan segmen konsumen Citilink. “Dengan demikian, kami akan melakukan transformasi dari LCC konvensional menjadi LCC premium yang mengedepankan digitalisasi,” kata Juliandra yang mengawali kariernya sebagai Aircraft Maintenance Engineer Garuda pada 1992.

Target di 2018: top-line revenue Citilink tumbuh 25-30% dan pangsa pasarnya tumbuh 15%. Lalu, jumlah penumpang tumbuh menjadi 16 juta. “Semua indikator akan terlihat tumbuh, termasuk rute dan konektivitas. Digitalisasi akan kami mulai pada tahun 2018,” ujarnya.(*)

Reportase: Jeihan Kahfi Barlian


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved