Marketing Trends zkumparan

3R, Kunci Bertahan di Era New Normal

Memasuki era new normal, para pengusaha dihadapkan pada wajah baru dunia bisnis. Pasalnya, lanskap bisnis akan berbeda dari sebelum pandemi, salah satunya karena tuntutan protokol kesehatan yang ketat serta adanya perubahan perilaku konsumen. Pengusaha pun dituntut untuk survival, taktis melakukan recovery, dan akhirnya bisa tumbuh kembali.

Pengamat pemasaran dari Inventure, Yuswohady menyebut, ada tiga strategi kunci yang dapat dilakukan perusahaan untuk bertahan dan bangkit kembali setelah pandemi yakni Rebound, Reboot, dan Reborn (3R).

Pertama Rebound, adalah strategi bottoming-up yaitu bangkit kembali setelah dihajar krisis Covid-19. Menurut Siwo, panggilan akrab Yuswohady, kunci untuk Rebound adalah merombak dan merekonstruksi kembali value proposition yang ditawarkan ke konsumen. Karena di era low-touch economy banyak value proposition yang sudah usang dan tak relevan lagi sehingga harus dirombak dan diredefinisi.

“Kita tahu selama tiga bulan terakhir dunia usaha babak-belur, omset macet karena adanya social distancing dan keharusan stay@home. Jadi untuk menjalankan strategi Rebound kuncinya adalah reconstructing the value proposition,” ujarnya dalam webinar Indonesia Brand Forum 2020, Selasa (30/06/2020).

Kedua Reboot, adalah strategi creative distruction dalam rangka menemukan kembali model bisnis yang fit dengan kondisi pandemi. Kata kuncinya adalah “Reinventing the Business Model.”

“Artinya, semua pelaku usaha harus menata ulang bisnisnya agar relevan di era new normal ini. Di customer misalnya, saat ini customer lebih memilih contactless untuk melakukan segala macam pembayaran,” jelas Siwo.

Ketiga Reborn, adalah strategi untuk membangun kembali identitas baru di kenormalan baru. Siwo mengatakan, ketika value proposition dan business model berubah, maka brand DNA akan berubah dan otomatis brand identity juga harus berubah. Karena itu penting setiap pemain bisnis untuk membangun kembali brand dengan memperkenalkan dan memperkuat identitas baru.

Untuk melakukan strategi ini, kata Siwo, perusahaan bisa mengacu pada model brand identity dari David Aaker yakni brand as product, brand as organization, brand as person, dan brand as symbol.

“Brand as product artinya brand harus ditransformasi dari high touch menjadi low touch brand, caranya dengan digitalisasi. Brand as person, kepribadian merek dan hubungan dengan pelanggan. Brand as organization, brand harus agile. Brand as symbol, harus menjadi brand yang responsible. Maka kata kuncinya adalah Rebuilding the Brand Identity,” terangnya.

Sebagai informasi, Indonesia Brand Forum adalah ajang bertemunya para pemilik brand untuk saling berbagi best practices di industrinya masing-masing, sekaligus juga mendengarkan paparan para ahli serta pengamat dunia pemasaran mengenai tren-tren bisnis dan pemasaran yang wajib dicermati.

Digelar pada 30 Juni sd 2 Juli 2020, IBF 2020 adalah pelaksanaan IBF yang keempat. Berbeda dengan acara sebelumnya, IBF kali ini digelar secara webinar. Dibuka oleh Arief Yahya, mantan Menteri Pariwisata sebagai keynote speaker, acara ini menghadirkan 36 pembicara yang datang dari beragam industri, mayoritas adalah pemimpin perusahaan-perusahaan besar di Indonesia,

Dalam IBF, ada dua kelompok besar pembahasan, pertama “industry comeback” yaitu bagaimana industri-industri mulai dari consumer goods, retail, banking, asuransi, telemedicine, airlines, hingga airport berusaha survive di tengah pandemi dan kemudian bangkit menemukan momentum pertumbuhannya kembali.

Kelompok kedua adalah “branding practices” yaitu topik-topik branding yang amat luas mulai dari brand leadership, retail branding, B2B branding, personal branding, brand storytelling, branding for UKM, hingga city branding.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved