Marketing Strategy

Busana Indonesia 2013 yang Laku di Mata Buyer

Busana Indonesia 2013 yang Laku di Mata Buyer

Siapa bilang pasar mancanegara selalu memilih busana Indonesia yang benar-benar etnik? Tidak juga. Meski tren busana dalam negeri diramalkan akan makin etnik sepanjang 2013 dengan rancangan batik dan tenun tradisional, buyer yang membuka butik di luar negeri justru memburu sesuatu yang berbeda.

“Bagi Indonesia, busana etnik dan tradisional sudah merupakan bagian dari budaya. Tapi, pasar luar negeri mencari yang crossing culture dengan bentuk-bentuk

Indonesia Fashion Week 2013

modern,” terang pemilik butik Ika Butoni di Hong Kong, Mardiana Ika (15/2). Pekan lalu, perempuan berkacamata yang akrab disapa Ika ini menjadi salah seorang buyer di Indonesia Fashion Week 2013. Perhelatan mode besar itu diminati buyer dari dalam dan luar negeri karena menampilkan 208 perancang busana dan 503 merek (brand).

Di Indonesia, gaya etnik lebih mudah diserap pasar. Sementara di luar negeri, ditaksir hanya 0,2% dari pasar mancanegara yang membeli dan mengenakan rancangan macam kebaya dan kain sarung untuk kegiatan sehari-hari. Ika yang menggelar peragaan busana tiap Januari dan Juni di Hong Kong sejak 1985 itu mencontohkan, rancangan yang cepat diserap pasar mancanegara adalah karya Jean Paul Gaultier yang bertema “couture Gypsies” Rajasthan dan Tenun Imam milik Imam Budijono.

Perempuan perancang yang berciri khas makrame dalam karyanya ini berbagi pengalaman. Koleksi Pinnacle of the East-nya menuai banyak pujian dari para tamu di Hongkong. Karya tersebut berinspirasi Bali dan sangat etnik dengan printing gadong, motif kotak-kotak, dan udeng. “Karya itu dianggap sangat kreatif, namun dinilai sulit dipasarkan,” kata Ika mengenang.

Tetap saja, pasar mancanegara yang kini berkiblat kontemporer menyukai warna dan inspirasi khas nusantara. “Pasar luar negeri sangat menghargai pekerjaan tangan (craft), contohnya rajut, tenun, makrame,” lanjut Ika yang membuka Ika Butoni pada 2012. Meski sebagian besar rancangannya dipasarkan di luar negeri, seperti Jepang, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan tentu saja Hongkong, Ika tetap berproduksi di Indonesia. Aksesoris makrame yang menjadi ciri khasnya itu pun diproduksi handmade di Bali.

Seperti pernah dikemukakan Direktur Indonesia Fashion Week 2013, Dina Midiani, kekuatan busana Indonesia di pasar dunia terletak pada pekerjaan tangan (craft fashion). (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved