Marketing zkumparan

Cara Billy Meracik Janji Jiwa

Billy Kurniawan, CEO dan Founder Kopi Janji Jiwa
Billy Kurniawan, CEO dan Founder Kopi Janji Jiwa

Tahun 2018. Berawal dari sebuah kedai kopi kecil di ITC Kuningan, Billy Kurniawan bersama istri dan seorang temannya memulai bisnis Kopi Janji Jiwa. Dari hanya 300-450 gelas terjual per bulan (10-15 gelas per hari), kini mereka bisa menjual 5 juta gelas per bulan dengan total 700 gerai yang tersebar di 50 kota di Indonesia.

Di tengah persaingan bisnis kopi kekinian yang semakin ketat, Janji Jiwa mampu mencatatkan peningkatan tersebut dalam kurun waktu satu tahun. Menariknya, prestasi itu diraih tanpa suntikan dari modal ventura mana pun. Bagaimana caranya?

Janji Jiwa yang dinaungi Jiwa Group menerapkan beragam strategi untuk memenangi jiwa-jiwa pencinta kopi Tanah Air. Billy menerangkan, Jiwa Group mengembangkan Janji Jiwa melalui konsep waralaba. Dari total gerai yang ada, 90% adalah waralaba, dan 10% milik sendiri. Di luar itu, mereka bekerja keras menjaga konsistensi kualitas, manajemen yang kuat, dan SDM terampil yang menjadi kuncinya.

“Kami memang baru setahun, tapi kepercayaan konsumen yang besar serta para mitra di waralaba membuat kami tumbuh pesat, walau tanpa pendanaan dari venture capital atau lainnya,” kata pria kelahiran 1988 itu.

Ada tiga filosofi yang diterapkan dalam penyajian tiap gelas kopi Janji Jiwa: A cup from farmers, A cup to partners, dan A cup for the people. Billy menjelaskan, A cup from farmers artinya setiap gelas kopi merupakan hasil dari upaya petani kopi dari satu desa di Sumatera, yang dari hanya memasok sedikit biji kopi hingga kini mencapai 32 ton biji kopi per bulan yang digunakan untuk memasok ke seluruh gerai Jiwa Group.

Lalu, mengingat sebagian besar gerainya dikembangkan secara waralaba, A cup to partners menjadi filosofi bahwa Jiwa Group membuka peluang bisnis bagi lebih banyak orang, dan terus mengembangkan diri agar bisa memberikan keuntungan bagi para mitra. Billy mengungkapkan, setiap gerai waralaba ditawarkan dengan paket Rp 85 juta termasuk renovasi gerai tetapi belum termasuk sewa tempat. “SDM kami training, semua pasokan bahan dan peralatan dari kami,” ujar Billy.

Meskipun tiap gerai kinerjanya berbeda, sekitar 75% pewaralaba Janji Jiwa bisa mencapai titik impas (break even point/BEP) dalam enam bulan. “Seluruh gerai kopi di bawah Jiwa Group yang berjumlah ratusan gerai setidaknya bisa menjual 5 juta kopi per bulan,” Billy mengungkapkan.

Kemudian, A cup for the people. Maknanya, konsumen bukan saja bisa menikmati setiap gelas kopi hasil inovasi Jiwa Group tetapi juga mengetahui setiap cerita kopinya. Ada nilai tambahnya. “Kami pun terus membangun cerita tentang keunggulan kopi kami. Bisa kami pastikan, setiap cup kopi yang disajikan adalah hasil dari roasted biji kopi sendiri. Kami memberdayakan petani kopi di Sumatera yang semula tidak ada yang menampung hasil panen mereka,” kata Billy menjelaskan.

Strategi lainnya yaitu kampanye digital melalui media sosial, melibatkan key opinion leader dan influencer untuk kampanye. Berkolaborasi dengan berbagai merek besar juga telah dilakukan, seperti dengan kosmetik Benefit saat memperingati Hari Kartini; dengan Sasa Santan dalam menu choco latte (kopi, gula aren, dan santan); dengan Muhammad Aga, barista yang mewakili Indonesia dalam kompetisi World Barista Championship 2018; dan dengan merek global Lock&Lock featuring Darbotz, serta menjadi official coffee partner film Gundala dan marketplace sneakers Kick Avenue.

Tak ada sukses yang diraih dalam semalam. Janji Jiwa lahir setelah Billy melalui perjalanan berliku. Sebelumnya, dia membesut bisnis minuman Calais Bubble Tea yang mencapai hingga 40 gerai. Tahun 2017, lulusan Seattle University ini memutuskan fokus mengembangkan bisnis kopi. Bermodal Rp 70 juta, dari sebagian penjualan sahamnya di Bubble Tea, dia memulai kopi Janji Jiwa. Bermula dari lima orang di sebuah kantor yang terbuat dari kontainer bekas, kini Jiwa Group memiliki 150 karyawan untuk melayani para mitra waralaba.

“Kalau dengan store, sudah 2.800-3.000 orang yang bekerja di jaringan kami, tapi karyawan di store di bawah pengelolaan mitra waralaba,” kata pria yang sudah delapan tahun menekuni industri F&B itu.

Kini seiring dengan makin besarnya bisnis, fokus Billy terletak pada membangun fondasi organisasi yang kuat. Menurutnya, selayaknya bisnis rintisan yang sedang berkembang pesat, tiap bulan perusahaan mengembangkan departemen dan orang baru seperti tim proyek, kontrol kualitas, pemasaran, hubungan pelanggan, keuangan, pengiriman, pembelian, jaminan kualitas, hukum, serta R&D.

“Setidaknya dalam setahun kami melahirkan lima produk baru. Kami terus melakkan penyegaran desain, dan mengembangkan marketing campaign langsung ke konsumen. Semua ini dilakukan demi menghadapi persaingan kopi kekinian yang makin ketat. Tahun ini kami berencana mengeluarkan merek baru juga,” Billy mengungkapkan.

Pengembangan terbaru, selain kedai kopi Janji Jiwa yang berkonsep coffee to go, Jiwa Group juga mendirikan Janji Jiwa X, kafe yang lebih sophisticated dengan sofa dan suasana yang nyaman; serta Jiwa Toast yang menawarkan roti bakar khas Janji Jiwa. Saat ini telah berdiri delapan gerai Janji Jiwa X dan 30 gerai Jiwa Toast.

Rencananya, pada kuartal I/2020 Janji Jiwa akan go international, melangkah ke Asia Tenggara. Selain itu, Billy menargetkan Janji Jiwa akan mencapai 1.000 gerai pada semester I/2020, sedangkan Jiwa Toast akan menjadi 170 gerai. “Kami bukan sekadar hadir di luar negeri, tapi kami ingin menjadi signature kedai kopi Indonesia yang go global,” ujarnya.

Billy meyakini bisnis kedai kopi bukanlah tren sesaat. Alasannya: minum kopi sudah menjadi gaya hidup, berbeda dengan minuman kekinian lain. Termasuk es kopi susu, yang kini menjadi kategori atau segmen baru, masih berpeluang untuk berkembang.

Menurut Billy, kunci bisnisnya sehingga bisa berkelanjutan adalah pada (1) price, harga produk dijaga sesuai dengan pasar; (2) product, kualitas produk terjaga dan diterima semua orang; dan (3) place, produk mudah ditemui.

Hal terpenting yang tak boleh terlupa, Billy menegaskan, adalah product soul: setiap satu gelas kopi yang dibuat tidak semata untuk menjual produk, tetapi juga untuk menumpahkan passion. “Dengan tagline #kopidarihati, kami percaya bahwa sesuatu yang dimulai dari hati akan kembali ke hati,” katanya. (*)

Yosa Maulana & Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved