Marketing Management Trends zkumparan

Central Mega Taklukkan Pasar Berlian dengan 4 Merek Dagang

Central Mega Taklukkan Pasar Berlian dengan 4 Merek Dagang
Petronella Soan, Chief Operating Officer CMK (Dok. SWA)

Lahir sebagai perusahaan manufaktur, PT Central Mega Kencana (CMK), produsen perhiasan berlian, mulai masuk ke pasar ritel sejak 25 tahun lalu. Produk CMK hadir dalam 4 merek dagang, yakni Frank&Co, Mondial, Miss Mondial, dan The Palace.

Kendati banyak tantangan yang dihadapi, Petronella Soan, Chief Operating Officer CMK merasa pihaknya tetap bisa bertumbuh dengan baik. Pasalnya, perusahaan berusia 43 tahun itu sukses menancapkan gerainya di 64 lokasi di seluruh Indonesia. Pertumbuhannya tahun 2017 ke 2018 juga positif. Wajar bila perseroan membidik pertumbuhan bisnis 30 persen tahun 2019 dan penambahan 13 gerai.

Pada acara malam penganugerahan “Indonesia Most Creative Companies 2019” di Jakarta, (17/6/2019), Petronella mengaku bahwa produk perhiasan memang bukan produk kebutuhan. “Kalau membeli perhiasan, biasanya pelanggan kami banyak masuk di cincin pernikahan, dan mereka berada di usia kurang lebih 25 sampai 30 tahun,” ungkapnya.

Kendati begitu, produk cincin pernikahan hanya berkontribusi terhadap 10 persen penjualan CMK. Sisanya adalah perhiasan yang diperuntukkan untuk koleksi. “Mayoritas pembeli kami ada di kisaran usia 25 sampai 45 tahun,” jelas Petronella kepada SWA Online.

Sebagai perusahaan besar yang sudah bernilai US$ 200 juta, CMK punya strateginya sendiri dalam memasarkan produk. Dari aspek people (manusia), CMK harus melatih sendiri karyawannya dari manufaktur sampai dengan front liners. Masalahnya, pasar pekerja di industri berlian diyakini Petronella sulit memenuhi spesifikasi yang diperlukan CMK.

“Memproduksi berlian itu masih handmade, harus detil dan memenuhi standar. Kami punya standar kualitas sendiri, dan ini menjadi tantangan kami,” terangnya.

Dari aspek place (lokasi), CMK memiliki toko di hampir semua mall high-end. Sementara itu, mengenai price (harga), tantangannya cukup berat. Kebanyakan toko perhiasan di Indonesia ditunggui langsung oleh pemilik toko. Jadi, sistemnya tawar menawar. Hal ini tentu tidak bisa dilakukan oleh perusahaan dengan cabang begitu banyak seperti CMK.

Ia menerangkan, pihaknya harus bisa menciptakan pasar dan sumber daya manusia yang mampu menyampaikan standar merek milik CMK. Kendati begitu, tidak mudah menyampaikan kualitas dan nilai dari perusahaan.

Dari segi produk, agak sulit mencari desainer perhiasan yang cocok. Pasalnya, memang belum banyak universitas yang menawarkan pendidikan untuk mendesain perhiasan. “Baru 2 tahun terakhir ini baru ada dua universitas yang mau memberikan 1 mata kuliah desain jewelry, meskipun masih kebanyakan aksesoris. Bukan masuk jewelry diamond. Tapi kami tetap happy kami bisa melatih mereka seperti kami melatih designer kami (mulai dari desain, produk, jualan, sampai after service),” ujar Petronella.

Maka dari itu, CMK banyak melakukan kolaborasi dengan desainer ternama, misalnya Tex Saverio dan Samuel Wattimena. Selain mendapatkan desain produk yang berkualitas, para desainer tersebut turut membantu meningkatkan brand awareness CMK.

“PR kami kalau bicara perhiasan produknya hanya anting, liontin, cincin, gelang. Selebihnya kalau orang sudah punya satu set rasanya sudah cukup. Tapi di sinilah bagaimana desainer kami di-challenge untuk meng-create desain yang dapat diterima masyarakat pada umumnnya. Saat ini produk kami bukan kebutuhan, tapi pelengkap penampilan wanita maupun pria di Indonesia sehingga lebih percaya diri,” kata Petronella.

Ke depan, CMK akan membidik permintaan generasi milenial. Perseroan sudah berancang-ancang memasarkan produk lewat digital. “Dulu kami khawatir apakah orang mau beli perhiasan lewat digital, tapi ternyata tiap hari kami menerima pesanan lewat digital platform. Dulu kami pikir sulit, tapi dengan kekuatan brand mereka dengan mudah memesan. Semua informasi mudah didapatkan lewat internet. Mereka bisa membaca siapa kita sehingga tingkat kepercayaan bisa diraih,” ungkap dia.

Untuk porsi penjualan digital, persentasenya masih kecil. Namun, Petronella optimis langkah ini bisa ikut meraup pasar yang berada di kota yang belum terjangkau oleh gerai CMK.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved