Marketing Legend Brand

Fanbo Cosmetics, Metamorfosis Cantik Kosmetik Klasik

Cindy Lityo, Direktur Operasional Fanbo Cosmetics.

Di tengah keterpurukan industri kosmetik dan kecantikan karena pandemi Covid-19, beberapa produsen kosmetik justru menampakkan kepiawaiannya. Mereka melakukan akrobat cantik menyiasati lesunya pasar. Tidak hanya berdiam diri, mereka justru agresif memenetrasi pasar dengan memperbesar penjualan melalui saluran online dengan memanfaatkan media sosial ataupun website.

Salah satunya, Fanbo Cosmetics. Kosmetik klasik ini hadir sejak 1968. Produk kosmetik pionir di Tanah Air ini sangat dikenal dengan produk bedaknya. Berasal dari kata “fanbao” yang memiliki arti filosofis “bedak berharga” (fan=bedak, bao=berharga), Fanbo saat itu memang sangat berharga dan populer di kalangan wanita Indonesia.

Cindy Lityo, Direktur Operasional Fanbo Cosmetics, menjelaskan, sejak dulu, Fanbo dikenal sebagai produk bedak yang kemasannya klasik. “Dulu merek Fanbo identik dengan bedaknya ibu-ibu. Namun, lima tahun terakhir sudah bertransformasi menjadi merek yang sangat mengikuti perkembangan zaman. Dengan desain lebih chic, khas anak muda dan remaja. Varian produk pun makin beragam,” Cindy memaparkan.

Menurutnya, satu hal yang tetap konsisten dijaga terkait dengan kualitas produk. “Produk bedak Fanbo menggunakan bahan baku berkualitas, aman bagi kulit dan kesehatan tubuh,” ungkapnya. Hal itu berhasil mengikat kesetiaan para pencintanya hingga turun-temurun sampai saat ini. “Strategi Fanbo adalah menghadirkan produk berkualitas dengan harga yang sangat terjangkau bagi wanita Indonesia,” ujarnya.

Pengalaman panjang, inovasi, dan strategi pemasaran telah berhasil mengantarkan Fanbo menjadi merek lokal yang terpandang. Namun, menurut Cindy, perjalanan mereka tidak semudah membalikkan tangan. “Kami pernah menghadapi masa-masa sulit. Tahun 1992 pabrik pernah ludes terbakar dan tahun 1997/1998 terdampak krisis moneter,” ungkapnya.

Itu semua menjadi jejak perjalanan yang mewarnai metamorfosis Fanbo Cosmetics. “Pengalaman itu memberikan pelajaran berharga bahwa kami tidak boleh berhenti belajar. Setiap hari selalu ada yang dipelajari. Sekali kami merasa puas, pasti ada sesuatu yang salah,” katanya tandas.

Maka, Fanbo pun terus melakukan sustainablity development, termasuk membangun tim yang fokus mengurus bidang strategis seperti pengembangan produk serta pemasaran (digital dan offline). “Kami terus berkembang hingga hari ini, sebagai merek yang fokus pada inovasi, namun tetap mempelajari karakter pasar yang kami garap, melakukan analisis pasar. Dan yang tak kalah penting, kami tidak pernah kompromi dalam menjaga kualitas,” Cindy menegaskan.

Jadi, walau dalam kondisi krisis, Fanbo tettap konsisten menjaga awareness mereknya, melalui inovasi, promosi, dan upaya mempertahankan kualitas produk. Kini Fanbo hadir dalam rangkaian seri Fantastic, Professional, Gold, dan Classic. Produk ini dapat ditemukan di modern market dan toko kosmetik di seluruh Indonesia, baik online maupun offline.

Selain itu, dalam mengelola merek pihaknya juga tetap konsisten di core-nya. Juga tetap mengikuti visi dan misi perusahaan, yaitu membuat produk yang dipercaya konsumen. Cindy meyakini ketika merek dipercaya konsumen, akan lebih lancar dalam pengembangan apa pun, dengan tetap menjaga kualitas.

“Tiap krisis berbeda-beda kondisinya. Sekarang krisis kesehatan, sehingga masyarakat mengurangi makeup. Kami pun mendorong tim Fanbo untuk fokus ke produk yang sesuai dengan kebutuhan saat ini,” katanya.

Diakui Cindy, krisis saat ini terasa lebih berat. “Produk kosmetik termasuk yang di-hold konsumen, orang memilih makanan, misalnya. Tapi kembali, kami tidak akan diam, terus mencari kebutuhan saat pandemi ini apa, apakah di perawatannya atau produk dekoratif lain,” paparnya.

Fanbo tidak berhenti. Benar bahwa ada beberapa produk kosmetik dekoratifnya yang turun, tetapi ada juga yang naik. Ini berkat tiada henti berkomunikasi dan melihat kebutuhan pasar. Produk Fanbo yang naik di antaranya pensil alis dan produk-produk perawatan.

Menurut Cindy, Fanbo tertolong karena strategi yang diterapkan sejak empat tahun lalu, yaitu menjalankan digital marketing. “Namun, jauh sebelumnya Fanbo pun melakukan transformasi merek, mulai dari desain dan packaging-nya,” ujarnya.

Strategi promosi dan pemasaran kemudian diubah. Dulu lebih banyak word of mouth marketing (orang mendengarkan cerita orang terdekat) serta beriklan secara konvensional. “Anak muda sekarang lebih banyak memegang HP (ponsel), lebih mendengarkan reviewvlogger atau blogger, maka kami fokus di digital. Kami melempar ide-ide dalam tim digital,” Cindy menjelaskan. Karenanya, Fanbo mulai menggencarkan strategi digital bersama key opinion leaders serta media.

“Kami terus mengembangkan produk yang sesuai dengan personalitiy konsumen saat ini. Kami menekankan pada hasilnya, bahwa hasil pengembangan produk itu memang buat konsumen,” kata Cindy. Selain itu, ia pun menyadari, dulu citra Fanbo lebih sebagai merek makeup ibu-ibu dan kelas bawah. Pihaknya telah mentransformasi image merek Fanbo beberapa tahun terakhir, mulai dari kemasan dan look merek.

Fanbo, dikatakan Cindy, rutin melakukan riset pasar dan mengadakan panel dalam jumlah besar. Pihaknya mendapatkan masukan dari berbagai diskusi. Maka, setiap produk yang dilahirkan benar-benar yang dibutuhkan konsumen “Beauty blender kami berturut-turut mendapat award dari Female Daily, jadi Fanbo Perfect Bounce Beauty Blender Tear Drop berdasarkan consumer review sangat direkomendasikan,” katanya bangga. (*)

Dyah Hasto Palupi /Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved