Marketing zkumparan

Gairah Pasutri Melejitkan Bisnis Kuliner Betawi

Gairah Pasutri Melejitkan Bisnis Kuliner Betawi
Sugeng Riyadi, CEO dan Founder Romlah

Romlah merupakan merek oleh-oleh khas Betawi yang didirikan oleh pasangan suami-istri Sugeng Riyadi (36 tahun)-Nia Febriana (35 tahun). Sugeng dan Nia bermodalkan Rp 5 juta untuk memulai usaha ini di Januari 2015. Romlah adalah singkatan Rumah Oleh-Oleh. Saat itu, ruangan seluas 2×2 m2 di rumah Sugeng dan Nia yang berlokasi di kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, disulap sebagai sentra produksi dan gerai penjualan.

Pada tiga bulan pertama di tahun itu, Sugeng menjual produk Romlah di jalur konvensional alias offline. Jurus ini tidak efektif karena jangkauannya ke konsumen relatif terbatas. Akibatnya, laju bisnis Romlah tersendat-sendat karena rata-rata omset yang diperoleh hanya sekitar Rp 1 juta per bulan selama periode tersebut.

Sugeng pun mengubah strategi penjualan. Dia merambah kanal digital, yakni mempromosikan dan menjual produk lewat website Romlah.com. Hasilnya cukup menggembirakan. Seiring perkembangan bisnisnya, kanal penjualan dan promosi Romlah dikembangkan di platform digital lainnya, yakni Instagram, Facebook, Tokopedia, Bukalapak, Go-Food, Grab Food, juga beriklan di Google Adsword.

“Promosi menggunakan media sosial dan website. Kontribusi promosi di online channel ini cukup bagus, penjualan melalui telepon sekitar 52% dari total penjualan. Dan, sisanya, yakni 58%, disumbang konsumen yang membeli di offline store kami,” Sugeng menuturkan. Bauran strategi penjualan online dan offline ini berhasil menarik minat konsumen untuk membeli produk Romlah. Omsetnya naik setahap demi setahap dan sempat menembus Rp 100-an juta setiap bulan. “Dari berdiri hingga sekarang pertumbuhannya cukup signifikan. Salah satu parameternya, produk yang kami sediakan itu mulai beragam variannya,” ujar Sugeng, CEO dan Founder Romlah.

Untuk memuluskan roda bisnis Romlah, Sugeng dan Nia berbagi peran. Sugeng bertugas menyusun strategi bisnis dan Nia bertanggung jawab atas operasional, antara lain mengawasi kualitas produk yang diproduksi oleh 20 usaha kecil dan menengah (UKM) yang memasok aneka kuliner khas Betawi ke Romlah. “Untuk produk Romlah, kami mendapat pasokan dari UKM. Kami mengoptimalkan para leluhur Betawi yang masih membuat makanan-makanan khas Betawi, seperti dodol, bir pletok, geplak, dan sagon,” ungkap Sugeng.

Geplak-Betawi-Romlah

Pegawai inti Romlah sebanyak delapan orang. Manajemen Romlah rutin memesan produk tertentu ke beberapa UKM. “Kami membuat proyeksi penjualan dan catatan historis penjualan produk-produk yang dipasok oleh mitra UKM sebagai alat ukur kami melihat tren penjualan produk mereka itu. Lalu, pembayaran kepada UKM disesuaikan dengan penjualan produknya,” tambah Sugeng.

Dia menjelaskan, kualitas produk dan perizinan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang diproduksi oleh mitra UKM-nya itu dipantau oleh manajemen Romlah. Selanjutnya, aneka kuliner Betawi ini dikemas modern. Desain grafis kemasan Romlah terlihat ngepop serta berwarna-warni yang memadukan warna merah, kuning, dan hijau. Adapun logo merek Romlah adalah perempuan berhijab hijau yang tampilannya seperti komik kontemporer.

Kemasan yang modern ini sangat kental terasa di paket khusus Romlah yang dikemas di kotak eksklusif. “Cocok untuk hadiah atau oleh-oleh,” ujar Sugeng. Ia mempromosikan paket khusus Romlah. Harga paket ini berkisar Rp 130 ribu-150 ribu/kotak. Harga kuliner Betawi Romlah lainnya dibanderol Rp 20-an ribu hingga Rp 60-an ribu. Selain kuliner Betawi, Romlah menjual aneka macam kerajinan tangan, yakni tas pouch, tas tangan, celemek, jam imut ondel-ondel, magnet karet Jakarta, dan baju batik. “Semua souvenir yang berbahan kain diproduksi sendiri oleh Romlah,” kata Sugeng.

Produk itu dijual di gerai penjualan Romlah di Jalan Swadaya, Tanjung Barat, Jakarta Selatan, dan Harmoni Exchange Mall, Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Ke depan, manajemen Romlah menjajaki pembukaan gerai di tiga hotel dan menambah pelanggan korporat. “Kami menyediakan paket oleh-oleh untuk perusahaan yang mengadakan acara semacam meeting, workshop, atau gathering, yang menyediakan bingkisan kepada pesertanya. Selama ini kami bekerjasama dengan beberapa perusahaan yang order sebanyak 50-1.000 paket oleh-oleh dalam satu event,” kata Sugeng lagi.(*)

Chandra Maulana & Vicky Rachman

Riset: Hendi Pradika


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved