Marketing Trends

Gelar Batik Nusantara 2017 Targetkan Transaksi Rp 35 Miliar Lebih

Gelar Batik Nusantara 2017 Targetkan Transaksi Rp 35 Miliar Lebih

Gelar Batik Nusantara (GBN) 2017 kembali diadakan Yayasan Batik Indonesia pada tanggal 7-11 Juni 2017 di Jakarta Convention Center (JCC) dan diikuti sebanyak 400 peserta. Meski GBN telah diadakan sejak 1996, tapi gelaran tahun ini merupakan pameran ke-10. Seperti tahun-tahun sebelumnya gelaran ini selalu mendapat sambutan meriah pencinta batik. Pameran batik yang dibuka oleh istri Wakil Presiden RI Mufidah Jusuf Kalla dan Ketua Yayasan Batik Indonesia Ani Yudhoyono (07/06/2017).

Tahun ini GBN menyajikan tema “Pesona Batik Alam”. Menurut Erna Giatna, Ketua Penyelenggara GBN 2017 tema ini diusung karena sejarah dalam perjalanan dan perkembangan batik Indonesia, pewarnaan batik awalnya berasal dari keanekaragaman hayati, seperti kayu, daun, buah hingga bunga dan tanaman lain, yang bisa dibuat warna untuk batik. “Selain tema warna alam, pada gelaran tahun ini kami juga terus mendorong agar batik Indonesia dapat bersaing di pasar global dengan mempertahankan sustainable fashion,” ujarnya.

Ditambahkan Nita Kenzo, pemerhati batik yang hadir dalam konferensi pers batik dengan warna alam makin digemari terutama di pasar global. Kondisi pasar global yang makin konsern pada lingkungan, inilah menurutnya yang membuat batik warna alam menjadi pilihan saat ini. “Memang proses membatik dengan warna alam lebih rumit karena prosesnya harus berulang saat pencelupan, beda dengan pewarna sintetik bisa satu atau dua kali celup saja warnanya sudah muncul. Tapi batik dengan warna alam memiliki warna tidak terang, lebih natural,” katanya.

Dalam perawarannya kata Nita, memang bagi pemilik batik warna alam harus lebih hati-hati. Batik dengan pewarna alami harus dicuci dengan lerak. Jika lerak sulit didapat, ia meyarankan bisa dengan menggunakan shampo rambut yang menurutnya tidak terlalu keras sabunnya. “Jika menggunakan diterjen warna akan cepat pudar,” katanya. Diakuinya batik warna alam harganya diatas batik dengan pewarna sintetis.

Disampaikan Erna, seiring waktu teknik pewarnaan alami telah tergeser dengan pewarnaan kimiawi. Maka itu gelaran GBN ini hadir dengan mengusung batik warna alam, agar kita terus menjaga kearifan leluhur dan menjaga kelestarian batik. “Indonesia dikenal dengan keragaman tumbuhan yang pada masa lalu dimanfaatkan sebagai pewarna alam, seperti kulit pohon mahoni, duwet, tingi, jambal, tegeran, daun indigo, daun mangga,s ecang dan lainnya,” imbuhnya. Ia menyebut tahun lalu GBN berhasil mengumpulkan transaksi penjualan hingga Rp 35 miliar. Tanpa menyebut angka pasti, tahun ini diharapkan lebih dari angka tersebut bisa diraih.

GBN 2017 kali ini akan menyajikan banyak acara menarik seperti talkshow sekaligus workshop membatik dengan perwarnaan alam, menghadirkan penampilan dari Gitar Batik Peraih MURI dan juga penyelenggaraan Putra Putri Batik Nusantara.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved