Marketing Trends

Geliat Ekspor Ban Achilles Capai US$149 Juta

Geliat Ekspor Ban Achilles Capai US$149 Juta

Merek ban Achilles yang dibangun oleh PT Multistrada Arah Sarana (MAS) merupakan hasil transisi perusahaan setelah dilakukan akuisisi oleh Peter Tanuri.

Keputusannya untuk membangun mereknya sendiri terwujud karena ingin memberikan keunggulan untuk masa depan MAS. Belajar dari merek besar seperti Coca-Cola yang memiliki nilai merek melebihi nilai pabriknya, itulah yang ingin diwujudkan MAS lewat merek Achilles.

Direktur PT Multistrada Arah Sarana Tbk., Uthan Arief Sadikin.

Menurut Direktur Marketing PT Multistrada Arah Sarana, Victor Colondam, Achilles merupakan merek ban yang berhasil membangun awareness cukup kuat di key countries seperti Amerika, Australia, Eropa, dan Asean. “Achilles merupakan flag brand MAS yang telah didaftarkan di banyak negara sebagai tujuan ekspornya. Pendaftaran ini bentuk dari perluasan ekspor, namun tidak termasuk Jepang. Ini dikarenakan merek Achilles telah ada di Jepang mesikipun memang berbeda produk yaitu sepatu,” ungkap Uthan Arief Sadikin, Direktur Penjualan PT Multistrada Arah Sarana.

Hal ini cukup disayangkan karena kebutuhan ban di Jepang begitu besar. Victor mengungkapkan awalnya ekspor Achilles ke Jepang hanya satu kontainer per bulan pada tahun 2005. Terakhir pada 2009 ban Achilles berhasil dijual hingga 70 kontainer per bulan. “Semakin laris, brand Achilles semakin terkenal dan akhirnya terjadi masalah registrasi. Akhirnya dihentikan penjualannya di Jepang. Saat ini perusahaan menjual ban Achilles ke Jepang dengan merek ATR Radial,” dia menguraikan.

Ekspor ban yang dilakukan MAS ke luar negeri, dikatakan Victor, menjadi bagian untuk mencapai level efisiensi produksi. Baginya, jika hanya memenuhi pasar lokal saja, level efiensi tidak akan tercapai karena tidak bisa menampung produksi MAS. Ini yang menjadi pentingnya membangun pasar ekspor disamping tetap memperhatikan pasar lokal. “Menjadi tuan rumah di Indonesia itu penting. Kemudian kita juga harus masuk ke negara-negara kunci. Dengan dikenalnya kita di luar, otomatis menambah kekuatan merek Achilles di Indonesia,” ujar Victor.

Tahun 2017 ekspor Achilles ke Amerika ditargetkan mencapai 2 juta ban. Merek Achilles juga cukup kuat di pasar Australia. “Kami melihat partner di sana paham how to build the brand dan bisa sama-sama penetrasi pasar. Konsumen juga sudah memiliki kepercayaan untuk menentukan pembelian ban brand Achilles,” ujarnya. Hal yang sama sebenarnya sudah mulai dirasakan di Amerika, Eropa, Brazil, Afrika Selatan, Mesir, Saudi Arabia, dan Asean. Pengenalan Achilles ke negara luar sebagai brand yang menyasar anak muda lewat events sports seperti acara drifting dan sepak bola.

Membangun merek melalui acara drifting dimulai pada 4-5 tahun lalu di Amerika. Pertama kali Achilles mendukung event drifting memenangkannya melalui Daigo Saito. “Achilles memilih masuk ke niche market dengan mendukung event drifting dunia dibanding ke Formula 1 atau Pireli bersaing dengan dengan Michellin dan Bridgestone,” ungkapnya. Menggunakan event drifting mampu membangun image Achilles sebagai ban yang kuat. Namun terbatasnya event drifting, Achilles melebarkan branding dengan mendukung tim-tim bola terkenal sperti Manchester United dan PSG (Paris Saint German).

Achilles termasuk merek ban yang sangat aktif di digital marketing. Aktifitas Youtube Achilles sangat ramai dan juga akun media sosial lainnya. Melalui media sosial Achilles mencoba mengkoneksikan berbagai kegiatan dan customer di negara lain. Upaya ini untuk membangun Achilles sebagai merek global. Baginya strategi marketing memang penting dalam membangun brand, namun yang paling terpenting adalah kualitas ban itu sendiri. “Kualitas yang jelek akan mempengaruhi image merek sehingga konsumen tidak akan membeli kembali. Achilles tidak terlalu menggunakan media iklan di, faktor kepercayaan yang dibangun,” ujar Victor. Untuk kuarter satu, penjualan ekspor Achilles mengalami kenaikan sekitar 5%. Victor mengungkapkan secara keseluruhan nilai ekspor Achilles mencapai US$149 juta.

Reportase: Herning Banirestu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved