Marketing Strategy

Ikuti Selera Pasar Mendobrak Pakem Bridal

Ikuti Selera Pasar Mendobrak Pakem Bridal

Baju pernikahan kini tak selalu identik dengan warna putih. Para pengantin, khususnya wanita, semakin berani mengekspresikan diri melalui baju pengantin dengan warna dan motif di luar pakem tradisional. Tak heran bila baju pernikahan tak selalu didominasi oleh warna putih.

Yenty Tan (kedua dari kanan) saat acara konferensi pers Agalia

Yenty Tan (kedua dari kanan) saat acara konferensi pers Agalia

Menurut desainer Yenty Tan , hal ini dikarenakan perubahan zaman, sehingga para pengantin menginginkan pakaian yang bisa menggambarkan karakter mereka dan membuat mereka nyaman.”Pakaian pengantin akan mereka gunakan selama berjam-jam, tentunya mereka menginginkan pakaian yang nyaman dan bisa membuat mereka bahagia,” ujarnya.

Oleh karena itu dalam memperluas pilihan konsumen, lulusan Asride Iswi ini pun sengaja menggelar fashion show dengan tema Agalia, yaitu Dewi Kecermelangan Olympus. Baginya karakter dewi tersebut, banyak memberikan inspirasi sebagai wanita yang cantik luar dalam. Tidak hanya fisik tapi juga hatinya, sehingga ia pun optimis dengan sambutan pasar.

Dalam pergelaran busana yang dilaksanakan di hotel Ritz Carlton, mal Pacific Plaace itu ia membawakan 25 busana. 12 diantaranya adalah evening gown sementara sisanya adalah pakaian pengantin. Ia menghabiskan waktu 3 bulan dama proses pengerjaan pakaian-pakaian tersebut.

Yenty terkenal sangat kreatif dalam mengolah pakaian pernikahan untuk wanita. Sejak tahun 1998, ia sudah memperoleh penghargaan Best Country Award dalam ajang kompetisi Desainer Mode Indonesia. Penghargan yang sama kebali diraih pada tahun 2001 dan 2003, pada 2004 ia menjadi satu dari 10 finalis “Concours International des Jeunes Creatures de Mode et Bejoux” di Paris, Perancis.

Ia pun tak ingin erhenti disitu, pada tahun 2005 ia terpilih sebagai satu dari delapan finalis Mercedez Asia Fashion Award. Kompetisi ini merupakan kompetisi desain ready to wear yang diselenggarakan Mercedez Benz.

Namun sejak tahun 2000, Yenty sendiri sudah berfokus pada bridal. Hal ini dibuktikannya dengan ikut dalam bisnis keluarga Tracy Salon, di tahun yang sama. Bisnis salon yang sudah berdiri sejak tahun 1991 ini, menjadi salah satu tempat wanita berkulit putih ini dalam mengolah kemampuannya sebagai desainer.

Di sini ia menyediakan berbagai baju pengantin yang dibandrol mulai dari Rp 10.000.000. Dalam 2 tahun terakhir ia ikut dalam pegelaran fesyen show Jakarta Fashion Show untuk memperluas pasar bridal miliknya.

Tak berhenti sampai disitu, ia pun kembali melanjutkan studi modenya di London College of Fashion pada tahun 2010. Untuk semakin memperluas pasar, ia sengaja memilih muse baru untuk memperkenalkan koleksinya. Salah satunya adalah Ayla Dimitri, yang menurutnya sangat menggabarkan koleksi pakaian koleksi Aglaia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved