Marketing Editor's Choice Strategy

Ini Dia Jurus Shopper Marketing dari Samir Gupte

Oleh Dibi
Ini Dia Jurus Shopper Marketing dari Samir Gupte

Jurus itu bernama Shopper Marketing , yaitu filosofi marketing yang memanjakan shopper atau orang yang berbelanja. Samir Gupte, Managing Director Geometry Global Indonesia, menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara consumer (konsumen) dan shopper (pembeli). “Saat seorang ibu membelikan anaknya Coca Cola, maka anak itu adalah konsumen dan ibunya menjadi pembeli,” kata Samir. Advertising biasa mencoba menyentuh konsumen tetapi jurus marketing yang satu ini memiliki pendekatan yang berbeda, yaitu menyentuh pembeli.

Shopper Marketing ini adalah salah satu cara brand activation yang termasuk dalam strategi below the line (BTL) marketing. Brand activation atau aktivasi merek sendiri, menurut Samir, adalah kegiatan membentuk pengalaman bagi konsumen mengenai sebuah merek. “Jadi, sebuah merek, jika ingin menciptakan pengalaman bagi konsumen atau target konsumennya, mereka mengadakan events, roadshow, mereka melakukan sesuatu agar orang-orang mendapatkan pengalamannya mengenai merek tersebut,” jelasnya. Bisa disimpulkan bahwa aktivasi merek berarti membentuk perspektif konsumen dengan nuansa yang kita inginkan agar saat konsumen mengingat atau melihat merek tersebut, mereka mendapatkan gambaran akan nuansa yang mereka alami dan juga sebaliknya.

Samir Gupte, Managing Director Geometry Global Indonesia

Samir Gupte, Managing Director Geometry Global Indonesia

Samir menambahkan, untuk menciptakan pengalaman ini sangat penting karena dengan begini, besar kemungkinannya konsumen akan makin mengerti produk yang kita tawarkan. Dengan memberikan pengalaman kepada konsumen mengenai sebuah brand, maka kita memberikan mereka kesempatan untuk mencobanya, mendiskusikannya, dan bahkan membiarkan mereka memutuskan apakah akan membeli merek tersebut atau tidak.

“Kita bisa saja membawa daftar belanjaan saat berbelanja dan mengetahui sebuah merek. Kita mungkin mengetahui kualitas merek tersebut dan berniat untuk membelinya, nah ini adalah merek yang kita selalu gunakan. Tapi pada tahap berbelanja, mungkin saja ada sesuatu yang dilakukan merek lain yang memengaruhi kita untuk membeli merek lain tersebut. Itulah konsep dasar dari Shopper Marketing,” jelas Samir.

Jadi Shopper Marketing ini, kata Samir, adalah seni baru untuk memengaruhi pembeli, bukan konsumen, dalam membeli produk tertentu. Demi mendukung penjelasannya tentang Shopper Marketing ini, dia menambahkannya dengan memaparkan sebuah ide bahwa ada bedanya antara membeli (buying) dan berbelanja (shopping). Membeli adalah aktivitas seperti kita membeli rokok di warung, kita datang dan lalu bertanya pada penjaga warungnya, dan membeli rokok itu. Tapi berbelanja, kita melakukan suatu proses mencari, kita melakukan browsing. Sebagai contoh, saat kita pergi ke pasar swalayan, kita biasanya tidak langsung membeli apa yang kita inginkan. Kita berjalan-jalan di koridor antar rak produk yang ditawarkan dan memilah-milah. Inilah, ujar Samir, Shopper Marketing. Proses browsing saat shopping ini yang ia mainkan sebagai jurus marketing untuk memengaruhi pembeli. “Berbelanja itu juga menggunakan emosi. Berbelanja juga menggunakan proses berfikir,” ungkapnya.

“Kita harus memahami bagaimana orang berbelanja, bagaimana memengaruhi mereka melalui penciptaan pengalaman di dalam toko maupun di luar toko,” tambahnya lagi. Agar jurus ini bisa berjalan, perusahaan harus mampu memetakan Purchase Decision Journey dari pembeli yang ditargetkan.

Purchase Decision Journey adalah perjalanan seorang pembeli dalam prosesnya membeli barang. Seorang yang ingin membeli telepon seluler tertentu, contohnya, dalam prosesnya akan melakukan riset-riset. Mulai dari mencari info di internet, bertanya ke teman, atau bahkan mencoba telepon seluler itu langsung di gerai. Jadi jika Purchase Decision Journey dari target pembeli sudah mampu dipetakan, akan mudah untuk menentukan langkah apa yang dibutuhkan untuk bisa memengaruhi mereka dalam membeli merek milik produsen.

Sayang Samir enggan memberitahukan merek-merek apa saja yang telah sukses ia tangani marketingnya menggunakan jurus ini. Namun ia mengklaim bahwa model marketing ini sudah cukup sukses dan populer di negara-negara barat, meskipun masih terbilang cukup baru di Indonesia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved