Marketing zkumparan

Kolaborasi Sejoli Anita-Widy Kembangkan Mineral Botanica

Kolaborasi Sejoli Anita-Widy Kembangkan Mineral Botanica
Anita Loeki & Widy Susindra, pengusaha kosmetik merek Mineral Botanica

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Ungkapan itu tepat menggambarkan sosok Anita Loeki, putri Ponedi Loeki, pengusaha kosmetik (PT Continental Cosmetics) dari Bandung, yang selama lebih dari tujuh tahun mengembara ke Los Angeles, Amerika Serikat, untuk kuliah, berkeluarga, sekaligus berbisnis.

Tahun 2010, Anita kembali ke Tanah Air meneruskan bisnis keluarga. “Papa saya jatuh sakit. Sejak 2008 kami sudah diminta pulang membantu meneruskan usahanya,” ungkap Anita yang tergerak melanjutkan bisnis sang ayah yang sudah dilakoni lebih dari 35 tahun. Kebetulan, saat itu kondisi ekonomi di AS memburuk, sementara peluang bisnis di Indonesia justru terbuka luas. “Maka, selama dua tahun itu kami serius menggodok produk kosmetik baru yang akan kami kembangkan di Indonesia,” cerita kelahiran 1 Maret 1980 ini, mengenang kejadian delapan tahun lalu.

Anita dan suami, Widy Susindra, pun berbagi tugas. Sang suami, yang menguasai bisnis sekaligus pencinta buku, mulai meriset ramuan produk dari berbagai sumber: buku, Internet, dan pasar. Adapun Anita menggali dari sisi konsep produk dan kreatifnya. Diakui Anita, kendati latar belakang mereka jauh dari industri kosmetik –ia seorang akuntan, sedangkan sang suami pebisnis ritel dan apparel— ternyata dunia baru ini cukup menggairahkan dirinya dan sang suami. Ditambah masukan dari ayahnya yang memiliki banyak pengalaman kerjasama dengan merek kosmetik ternama masa dulu, seperti Sara Lee, Beleza, dan Sophie Martin, pasangan suami-istri ini pun yakin dengan pilihannya: membangun merek kosmetik sendiri di Indonesia.

Yang menarik dalam proses penggodokan tersebut, mereka menemukan pilihan ekstrak yang dapat digunakan untuk kosmetiknya berasal dari pohon baobab. Pohon asal Afrika ini punya sejarah luar biasa, bisa hidup beratus-ratus tahun. “Kandungan ekstrak pohon baobab dalam kosmetik yang kami pilih menegaskan bahwa produk kami alami, natural. Memang, kami ingin kosmetik kami aman dan benar-benar memperhatikan lingkungan,” papar Anita yang percaya bahwa konsep produk harus dirancang dari awal. “Kami ingin membuat produk kosmetik yang berkelanjutan, bukan sekadar produk hit and run. Jadi, kosmetik kami harus bisa dikembangkan dan ada experiental-nya,” katanya dengan menggebu-gebu.

Bagaimana dengan tugas suami mempelajari pasar kosmetik di Indonesia? Ada beberapa temuan menarik. Misalnya, bahwa sertifikasi halal itu mutlak penting di industri kosmetik. Itu sebabnya, sejak awal produk digarap, pengajuan sertifikasi halal juga dilakukan. Sehingga, kendati belum lama di pasaran, Mineral Botanica sudah mendapatkan sertifikasi halal. Selain itu, faktor harga juga sangat menentukan bagi jenis produk yang disasarkan kepada kelas menengah. Itu sebabnya pula, produk mereka sengaja hanya bermain di harga Rp 60 ribu-200 ribu. “Kalaupun nanti akan dikembangkan produk premium, kami akan buatkan kategori baru. Tapi secara prinsip, basic kami menyasar kelas menengah,” kata Anita yang ingin fokus pada target pasar usia 16-35 tahun.

Ia menambahkan, soal penamaan merek juga membutuhkan pertimbangan penting. Nama merek adalah ekspresi visi dan misi perusahaan. Dan, pilihannya jatuh pada Mineral Botanica atas dasar persepsi positif, aman, dan memperhatikan lingkungan dari konsumen. “Memang kami ingin produk kami dari alam, natural,” ujar Anita yang mulai memproduksi kosmetik secara masal tahun 2014.

Masih terkait dengan visi Anita dan Widy, keduanya sengaja mendefinisikan kosmetiknya sebagai produk inovasi. Mengapa? Menurut Widy, kosmetik adalah produk teknologi. Bagaimanapun, bicara tentang teknologi tidak akan lepas dari inovasi. Bahkan, inovasi menjadi motor perkembangan teknologi. Itu sebabnya, Mineral Botanica berkomitmen akan menggunakan pendekatan inovasi dalam setiap langkahnya demi menjamin kelangsungan hidupnya. Hal yang sama juga mereka saksikan di industri kosmetik di banyak negara. “Inovasi menjadi kekuatan sekaligus daya saing perusahaan-perusahaan kosmetik yang pernah kami kunjungi,” katanya tandas. Yang penting, meskipun

fokus pada teknologi terbaru, kebutuhan produk dasar (bahan baku) Mineral Botanica tetap mengutamakan penggunaan mineral dan sari tumbuhan sebagai zat aktif yang alami, natural.

Setelah empat tahun berjalan, Anita mengaku senang secara umum konsep Mineral Botanica berhasil diterima pasar. Pabrik mulai beroperasi dengan baik. Berkat Mineral Botanica, pabrik yang berlokasi di Bandung, yang sempat terhenti produksi, kini kembali menampakkan denyutnya. Bahkan gara-gara keberadaan Mineral Botanica, kini banyak maklun baru yang berdatangan.

Penjualan menunjukkan tren meningkat pesat. Anita enggan menyebutkan besarannya, tetapi menurutnya, setiap tahun peningkatannya dua digit. Terutama produk lipstik, rupanya sudah mendapatkan konsumen-konsumen loyal. “Lispstik kami banyak dicari. Bahkan, ada beberapa varian yang kehabisan stok,” ungkapnya dengan gembira.

Bagi mereka, yang penting, distribusi terjaga. Dalam hal ini, diakui Anita, dukungan relasi sang ayah dengan distributor dan ritel daerah sangat membantu. Hubungan baik sang ayah ini mereka manfaatkan untuk membangun sistem distribusi Mineral Botanica, terutama untuk pasar pinggiran di luar kota besar. “Di kota besar Jakarta biayanya besar, sehingga kami gerilya dulu,” ungkap Widy yang puas dengan serapan pasar di wilayah pinggiran.

Langkah selanjutnya, Mineral Botanica kini mulai berani melakukan eskposure dan bersedia unjuk diri. Sejak 2018, Mineral Botanica menggunakan blogger dan berjualan online. Lalu, membangun kerjasama dengan modern trade, seperti Watson dan Guardian. Mineral Botanica pun sudah mempunyai gerai sendiri di Centro, Aeon, dan menyusul Metro dan Sogo. “Pokoknya, pada 2019 kami mau repositioning dan ingin tampil menarik perhatian lagi,” demikian tekad Anita.

Diakui Widy, industri kosmetik itu susah-susah gampang. Secara bisnis, ada beberapa masalah dengan model bisnis contract manufacturing yang sangat bergantung pada pelanggan. Beruntung, Mineral Botanica dibekali dengan pabrik yang sudah mempunyai beberapa formula unggulan, sehingga sekarang berani mencoba membuat brand sebagai legacy.

Selain itu, sang ayah yang sudah malang-melintang di industri kosmetik dan punya banyak teman pengusaha dari berbagai negara di Eropa mengajarkan pentingnya membangun pertemanan dan kolaborasi. Dengan kerjasama dan sinergi, sang ayah percaya, bisnis akan menjadi lebih besar dan powerful.

Itu sebabnya, tahun lalu Mineral Botanica menjalin kerjasama dengan batik Alleira. Dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional, 2 Oktober 2018, keduanya mengembangkan produk eksklusif lipstik yang didesain khusus dengan mengusung tema Legacy of Beauty, yaitu motif batik Cinta Abadi yang cantik. Motif tersebut tercipta dari perpaduan motif sulur bunga dipadu dengan motif mega mendung serta bunga khas Alleira yang menjadi orisinalitas motif batik miliknya. “Kami ingin memberikan pesan kepada pencinta make-up bahwa mereka bisa juga menjadi penerus warisan budaya bangsa dengan mengenal motif batik dan salah satunya yang ada di kemasan lipstik Mineral Botanica ini,” kata Juliana Mihardja, mitra kerjasama Mineral Botanica-Alleira.

Melihat respons yang bagus tersebut, Anita percaya, kerjasama akan membesarkan Mineral Botanica. Maka, ia pun akan terus melanjutkan kerjasama, mengembangkan varian-varian kosmetik baru yang relevan dan signifikan dengan produknya. Ia optimistis, kerjasama saat ini akan meningkatkan reputasi dan penjualan Alleira serta Mineral Botanica.(*)

Dyah Hasto Palupi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved