Marketing

Kredivo, Sales Enabler dalam Ekosistem Digital

Kredivo, Sales Enabler dalam Ekosistem Digital

Kredivo yang hadir sejak 2016 menarget mereka yang kesulitan memiliki akses layanan perbankan karena keterbatasan data skor kredit, verifikasi identitas, hingga persyaratan yang berbelit. Khususnya, generasi milenial dan Gen Z yang merupakan first and second jobber, memiliki pendapatan minimal Rp 3 juta, serta digital dan e-commerce savvy.

“Kredivo hadir untuk mengisi kesenjangan akses kredit yang mudah, aman, dan terjangkau serta hadir sebagai metode pembayaran digital yang seamless untuk dipakai berbelanja melalui mobile phone,” kata Umang Rustagi, Deputy CEO & co-founder Kredivo.

Sebagai sales enabler dalam ekosistem digital, Kredivo tumbuh seiring dengan perkembangan e-commerce beberapa tahun ke belakang. Pertumbuhan e-commerce yang sangat pesat tetapi tidak diiringi dengan tersedianya pembiayaan konsumen POS (point-of-sale) menjadi salah satu poin penting bagaimana Kredivo bisa meningkatkan basis pengguna sebesar sekarang.

Berawal dari metode pembayaran di e-commerce, Kredivo diklaim menjadi salah satu pionir pay later open loop (dapat terintegrasi dengan platform/merchant mana pun) sehingga saat ini menjadi layanan pay later dengan jumlah merchant terbanyak di Indonesia, baik online maupun offline. Di sisi lain, mayoritas pemain pay later baru berasal dari platform dengan core business lain (e-wallet, e-commerce, ride hailing, atau lainnya) dan lebih banyak melakukan kemitraan strategis dengan merchant tertentu serta terbatas, sehingga jangkauannya tidak seluas Kredivo.

Selain itu, Kredivo pun terus memperluas kanal distribusi sehingga pengguna dapat menggunakan limit kreditnya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan. Dan, tidak perlu berpaling ke metode pembayaran lain karena kenyamanan yang ditawarkan.

Kredivo juga memberikan kelebihan yang fokus pada kebutuhan masyarakat (customer-centric). “Kelebihan inilah yang menurut kami menjadi kunci keberhasilan Kredivo dalam mencatatkan kinerja positif hingga saat ini,” ungkap Umang.

Adapun strateginya dalam menggarap pasar, ia menjelaskan, karena Kredivo merupakan aplikasi yang hanya bisa dinikmati secara digital, mayoritas aktivitas pemasarannya dilakukan secara digital. Kredivo secara general sudah bisa digunakan masyarakat dari seluruh daerah di Indonesia. Namun, untuk layanan akun premium, baru bisa dinikmati penduduk di kota besar, seperti Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Solo, Makassar, Malang, Sukabumi, Cirebon, Balikpapan, Batam, Purwakarta, Padang, Pekanbaru, Manado, Samarinda, dan Kediri.

Hingga saat ini, Kredivo memiliki lebih dari 4 juta pengguna dan terus bertambah. Saat ini Kredivo sudah tersedia di ribuan merchant, baik online maupun offline, dan telah bekerjasama dengan delapan dari 10 platform e-commerce ternama di Indonesia.

Menurut Studi Layanan Paylater di Platform E-Commerce Indonesia yang dikeluarkan oleh DailySocial pada November 2020, Kredivo adalah pay later yang paling banyak terintegrasi dengan e-commerce. “Jumlah merchant Kredivo terus bertambah dari waktu ke waktu, dan untuk tahun ini kami akan fokus memperluas distribusi di pasar ritel,” kata Umang.

Untuk menghindari kredit macet, Kredivo memiliki cara sendiri dalam upaya menyeleksi calon nasabah berkualitas. Adopsi machine learning yang menggunakan kombinasi data tradisional dan alternatif memungkinkan Kredivo menganalisis skor kredit pengguna dengan metrik risiko setaraf bank, dalam waktu yang lebih cepat dan efisien.

Saat ini, credit scoring Kredivo telah menilai kelayakan kredit lebih dari 500 ribu pengguna tiap bulannya. Kredivo mampu menyalurkan kredit bagi lebih dari 4 juta pengguna atau 50% dari basis pengguna kartu kredit saat ini.

Jika dijadikan perbandingan, dari 10 orang yang mendaftar, rata-rata 3-4 orang yang diterima untuk menggunakan layanan Kredivo. Mereka yang tidak berhasil dapat melakukan pendaftaran kembali tiga bulan mendatang.

Kredivo juga memiliki model risiko ataupun proses penagihan yang didukung oleh teknologi artificial intelligence (AI) buatan sendiri yang mampu menghadirkan metrik risiko yang setara dengan mid-tier bank, sekaligus mampu memperbesar skala dari model risiko tersebut di pasar regional serupa yang minim akses kredit.

“Hal ini membuat Kredivo dapat menjaga angka net performing loan (NPL) terus stabil meski di masa pandemi. Hal ini jugalah yang akhirnya mampu menekan NPL Kredivo menjadi salah yang terendah di industri,” kata Umang.

Ia memaparkan, total pembiayaan pay later yang telah disalurkan hingga September 2021 meningkat lebih dari 70% year-to-date dibandingkan 2020. “Sampai akhir 2021, penyaluran pembiayaan kami targetkan lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2020,” ungkapnya tanpa menyebutkan angkanya.

Untuk raihan pangsa pasar, Umam mengatakan, Kredivo adalah pionir pay later di Indonesia dan dapat dikatakan sebagai pemimpin industri hingga saat ini, dengan wallet share setidaknya 50% di mayoritas merchant e-commerce di Indonesia. Itu sebabnya, Kredivo akan berekspansi ke beberapa negara Asia Tenggara —saat ini sudah merambah Vietnam. (*)

Dede Suryadi dan Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved