Marketing zkumparan

LiMa Anugerah Assetindo, Serius Membangun RSS Berstandar Internasional

LiMa Anugerah Assetindo, Serius Membangun RSS Berstandar Internasional
Fadri Effendy, Direktur Pengelola PT LiMa Anugerah Assetindo (LAA)

Bicara tentang kebutuhan rumah nasional, data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menunjukkan fakta yang terang-benderang: backlog (defisit perumahan) per 8 Maret 2019 mencapai 7,6 juta unit. Penyebabnya: ketidakseimbangan pasokan-permintaan.

Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya, melalui program Sejuta Rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) maupun non-MBR. Namun, tentu saja program yang telah digulirkan pada 2015 itu belum menjawab semuanya.

Sebagai perusahaan yang bergerak di industri mikro kecil dan menengah, kenyataan ini menjadi momentum bagi Grup LiMa untuk berkontribusi menggarap rumah subsidi melalui anak usahanya, PT LiMa Anugerah Assetindo (LAA). “Mempertimbangkan adanya target pemerintah (satu juta rumah), kami melihat ada kesempatan di situ. Kebetulan kami juga sudah mempunyai network, dari sisi regulasi, perbankan, dan lainnya, maka kami memberanikan diri untuk masuk,” ujar Fadri Effendy, Direktur Pengelola LAA.

Berdiri pada 2014 sebagai pengelola aset Grup LiMa di bawah holding company PT Hawari LiMa Investama, LAA mendiversifikasi bisnisnya ke property development (low income housing) pada 2018. Kini ada dua perusahaan yang dinaunginya, yaitu Bumi Runting Lestari dan Griya LiMa Garuda sebagai implementor lapangan.

Laiknya bisnis yang membutuhkan positioning dan diferensiasi, begitu terjun ke bisnis perumahan, LAA mengajukan konsep tersendiri: Rumah Sehat Sederhana (RSH). Maksudnya? LAA ingin menyediakan rumah yang sederhana, tetapi pada saat bersamaan juga sehat dan layak huni. Ini berbeda dari Rumah Sangat Sederhana (RSS) umumnya yang masih perlu penambahan ketika selesai dibangun. “Kami menyebutnya RSH. Karena, kebanyakan RSS ketika orang masuk masih perlu menambah atau renovasi lagi, tidak layak huni, dan sebagainya,” kata Fadri.

Untuk mewujudkan niat tersebut, LAA tidak mau setengah-setengah. Agar benar-benar sehat dan layak huni, mereka berupaya memenuhi kualifikasi internasional. Tak mengherankan, setiap rumah yang dibangun telah mengantongi ISO: 9001-2015 dan memiliki sertifikat Green Building dari Green Building Council Indonesia yang bekerjasama dengan World Bank Group.

Kemudian, LAA juga menjalin kerja sama dengan Yayasan Habitat for Humanity agar rumah yang dibangun sesuai dengan standar kesehatan internasional. “Kami adalah satu-satunya developer rumah subsidi di Indonesia yang sudah mendapatkan ISO:9001-2015,” tutur Fadri penuh kebanggaan.

Selain hal di atas, LAA juga sangat serius dari sisi konstruksi. Persisnya, mereka menggunakan sistem moduler. Menurut Fadri, banyak pengembang tidak mau menggunakan sistem ini karena biayanya lebih mahal. LAA menggunakan sistem ini untuk membuat pekerjaan lebih efisien dari sisi SDM dan waktu, sementara sampah yang dihasilkan lebih sedikit. “Secara kualitas sesuai peraturan pemerintah, bahkan lebih baik. Fokus kami bukan kuantitas rumah, tetapi kualitasnya. Artinya, kami mau membangun rumah murah yang tidak murahan,” kata Fadri menandaskan. Dia lantas mencontohkan perumahan yang mereka buat di Pati. “Di Pati itu kami terkenal karena jalan boulevard-nya selebar 20 meter dan setiap depan rumah ada pohonnya.”

Dari sisi pengembangan bisnis dan pangsa pasar, Heri Sosiawan, Direktur Bisnis LAA, menjelaskan bahwa mereka memilih lokasi yang menjadi penunjang tempat tinggal bagi karyawan pabrik (kawasan industri). Ini dimungkinkan dengan cara Perjanjian Kerjasama dengan pihak industri. Contohnya, proyek Griya LiMa Garuda di Otista, Subang, Jawa Barat, yang lokasinya dekat dengan lima pabrik yang masing-masing memiliki sekitar 5 ribu karyawan dan memiliki aksesibilitas tinggi karena dekat dengan pintu keluar tol Subang. “Kami masuk ke kantong-kantong pabrik. Karena, pangsa pasar utama kami adalah karyawan pabrik, atau PNS. Ada juga TNI & Polri. Dengan para pabrik sudah MoU di awal sehingga pemasarannya lebih gampang,” ungkap Heri.

Hingga saat ini total ada lima proyek perumahan yang sedang berjalan: tiga di Jawa Tengah (Pati) dan dua di Jawa Barat (Subang). Di Pati, proyek tersebut yakni, pertama, Griya LiMa Garuda Tambaharjo seluas 6.556 m2 berjumlah 59 unit dengan tipe rumah 34/84. Kedua, Griya LiMa Garuda Sugiharjo seluas 2.045 m2 total 18 unit dengan tipe rumah 36/90. Sudah terjual sebanyak delapan unit dan ditargetkan akhir tahun selesai. Kemudian, JW Griya LiMa Garuda Tlogorejo yang dibangun awal 2019 dengan total 225 unit, hasil kerjasama dengan Polres Pati untuk perumahan bagi anggota Polres.

Di Subang, ada Griya LiMa Garuda Pagon seluas 49.850 m2, yang sudah akad kredit (KPR) sebanyak 52 unit dan target selesai pertengahan 2020. Berikutnya, Griya LiMa Garuda Otista seluas 151.470 m2 yang rencananya pembangunannya dimulai pertengahan 2019, dilengkapi fasilitas waterboom mini dan arena bermain (taman).

Surachmat Sunjoto, pemimpin Grup LiMa sekaligus Komisaris LAA, menambahkan bahwa apa yang disajikan perusahaannya, khususnya dari sisi standar internasional, selain demi kualitas dan kepuasan pelanggan, juga bagian dari langkah perusahaannya menjadi pengembang rumah subsidi secara nasional. Dia mengungkapkan, rencana lainnya ialah penjajakan untuk membangun perumahan karyawan Garudafood dan institusi nasional lainnya. “Semua proyek kami bernama Griya LiMa Garuda ditambah nama daerahnya di belakangnya sehingga orang mengenal bahwa jika membeli rumah kami, mereka sudah mendapatkan rumah yang konstruksinya, kesehatannya, dan lainnya sudah standar internasional,” kata Surachmat tandas.

Demi kualitas, Grup LiMa memang ingin memberikan yang terbaik bagi masyarakat. (*)

Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved