Marketing Trends

Obat Batuk Herbal Modern Asli Indonesia Tembus Pasar Amerika Serikat

Obat Batuk Herbal Modern Asli Indonesia Tembus Pasar Amerika Serikat
Foto : Istimewa

Salah satu produk obat batuk herbal asal Indonesia masuk pasar Amerika Serikat. Produk tersebut bahkan disebut sangat efektif oleh 76% penggunanya. Dikutip dari situs e-commerce Amerika Serikat, Amazon, obat batuk asal Indonesia tersebut bermerek dagang HerbaKOF yang diproduksi oleh Dexa Medica. Pada situs tersebut ditulis bahwa HerbaKOF sangat efektif dibandingkan obat batuk yang biasa mereka gunakan menurut 76% responden.

Obat batuk tersebut dibuat dari bahan alam yakni daun legundi, mahkota dewa, daun saga, dan jahe. Di Indonesia, HerbaKOF telah teruji pra-klinis sehingga masuk dalam Obat Herbal Terstandar (OHT) atau salkah satu Obat Modern Asli Indonesia (OMAI). Berdasarkan catatan Kemenkes RI, saat ini terdapat 86 produk OHT di Indonesia. “Para saintis kami telah melakukan berbagai macam yang disebut sebagai portofolio program yang akan diluncurkan di kemudian hari. Mulai dari OHT-Obat Herbal Terstandar- hingga ke Fitofarmaka. Untuk itu kami menggunakan bahan alam hanya Indonesia, jadi kami telusuri untuk mendapatkan bahan alam dari seluruh kepulauan Indonesia,” ungkap Director of Research & Business Development Dexa Group, Dr. Raymond Tjandrawinata, pada keteranganya di Jakarta pada akhir pekan lalu.

Selain Amerika Serikat, produk obat dari bahan alam Dexa Group rupanya juga telah merambah pasar mancanegara lainnya. Menurut Raymond, obat herbal Indonesia sangat diminati oleh pasien di berbagai negara.”Produk Indonesia sangat disukai. Salah satunya produk biofraksi jahe, digunakan para dokter di Kanada dan Amerika, kemudian Phaleria Macrocarpa atau mahkota dewa juga banyak digunakan,” ungkap Raymond.

Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan, dr. Dante Saksono, mendorong perusahaan farmasi untuk mengembangkan obat berbahan alam saat meluncurkan Formularium Fitofarmaka. Obat dari bahan alam yang teruji klinis bisa masuk dalam kategori fitofarmaka dan khasiatnya setara dengan obat kimia sintetik.

Kementerian Kesehatan mendorong industri farmasi dengan keanekaragaman produk hayati Indonesia diharapkan untuk mengembangkan pengobatan fitofarmaka secara mandiri, dengan melakukan pengolahan-pengolahan efektif dan diharapkan bisa masuk ke dalam uji klinis, tidak hanya pra klinis. “Dengan lolos uji klinis, maka terbukti efektif dan dapat digolongkan ke dalam fitofarmaka,” tutur Wamenkes dalam acara peluncuran Formularium Fitofarmaka di Jakarta pada 31 Mei 2022.

Dante menyebutkan masih ada tantangan bagi industri farmasi dalam mengembangkan fitofarmaka. Diperlukan riset hingga bahan baku terstandar untuk memproduksi fitofarmaka agar bisa diresepkan oleh dokter ke pasien.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved