Marketing

Pandemi Masih Berlangsung, Yupi Fokuskan Komunikasi Pemasaran Pada Isu Keluarga

Perubahan akibat Pandemi Covid-19 ini tentu memiliki dampak psikologis. Bukan hanya dirasakan orang dewasa saja, namun remaja dan anak-anak mengalami dan merasakan dampak psikologis yang sama, seperti: meningkatnya perasaan cemas, takut, bingung, frustrasi dan mudah tersinggung. Inilah beberapa emosi yang muncul berupa proses mental yang menyertai perubahan yang bukan pilihan kita namun harus kita hadapi dan jalani.

Dalam kehidupan keluarga ini pun dirasakan. Saat kita sebelumnya berkegiatan di luar rumah, seringkali tidak mengenal waktu, di mana kebersamaan keluarga hanya dilakukan saat akhir pekan saja. Sekarang berbeda. Bapak Ibu menerapkan bekerja dari rumah, dan anak-anak pun harus menjalani belajar dari rumah, maka hampir setiap saat kita bertemu pasangan dan anak-anak, yang hampir semuanya berkegiatan di rumah.

Di awal saat melakukan kebiasaan baru tersebut, kita ada dalam masa “honeymoon phase” (fase bulan madu). Senang dapat berkumpul bersama keluarga setiap hari. Dapat melakukan kegiatan bersama yang sebelumnya jarang dilakukan, seperti sarapan pagi bersama dengan santai dan tidak perlu memikirkan soal kemacetan lalu lintas. Anak-anak pun senang karena lebih sering bertemu orangtuanya. Namun euphoria itu tidak berlangsung lama. Hanya sekitar dua atau tiga pekan saja efek bulan madunya dirasakan, setelahnya mulai muncul masalah-masalah yang dipicu rasa bosan, kebingungan dan frustrasi. Suasana di rumah mulai berbeda. Orang tua mulai sibuk dengan urusan pekerjaan, anak-anak pun mulai disibukkan dengan kegiatan belajar dan PR dari guru yang semakin bertambah.

Peka dengan perubahan ini, maka brand panganan manis Yupi beupaya membangun komunikasi dengan konsumennya yang berfokus pada komunikasi antar anggota keluarga.

“Kami ingin produk ini hadir ditengah keluarga tidak hanya sebagai kudapan tetapi juga memberikan inspirasi bagi anak-anak untuk berkreatifitas,” jelas Juliwati Husman, Marketing & Sales Director, PT Yupi Indo Jelly Gum.

Bukan saja dinikmati sebagai cemilan, Yupi Gummy ini ternyata bisa dimanfaatkan untuk kegiatan keluarga yang fun, imajinatif dan kreatif selama #DiRumahAja. Dengan hastag #YupinessChallenge buat keluarga, Yupi mengajak keluarga meluangkan waktu sore hari untuk rileks sambil menikmati cemilan yang disukai. Manfaatkan momen tersebut untuk menerapkan “15 minutes to share and talk” antara orang tua dan anak. Pilih varian Yupi Gummy yang cocok untuk tema sharing pada sore tersebut. Contoh: anak bisa sharing tentang camilan apa yang disukainya, mengapa. Contohnya jika ia makan Yupi gummy, aroma dan rasa apa yang menjadi favorit nya. Secara bergiliran setiap anggota keluarga sharing tentang camilan kesukaannya. Ingatkan bahwa pada momen tersebut: tidak ada penilaian ataupun kritik, namun memberikan kesempatan agar dapat sharing dan saling mendengarkan.

“Interaksi keluarga yang sehat dan bahagia, memberikan ruang bagi setiap anggota keluarga menyampaikan apa yang dirasakannya, tanpa kuatir ada penilaian dan asumsi. Dengan demikian, setiap anggota keluarga dapat merasakan penerimaan (acceptance), perhatian (attention), kepedulian (caring) dan dukungan (support). Hal ini penting untuk membangun rasa aman dan percaya (trust),” jelas Ita D. Azly, seorang Psikolog Keluarga yang berpraktek di Jakarta.

Seminggu sekali, di akhir pekan misalnya, dapat disepakati sebagai “family cooking day” Momen orang tua dan anak untuk membuat signature cemilan bagi keluarga, misal ice cream tabur Yupi Gummy yang bentuknya lucu-lucu. Kegiatan memilih kreasi cemilan ini dapat membantu anak mengasah kemampuannya dalam menciptakan ide kreatif. Ia akan gembira dan bangga jika keluarga bisa menikmati hasil olahannya saat makan bersama. Anak merasa dihargai (valued) dan dianggap (recognize). Hal ini penting untuk membangun percaya diri dan ketrampilannya sebagai team player.

Kreativitas memakai Yupi Gummy yang terlihat sederhana ini dapat memberikan manfaat untuk membuat seluruh keluarga happy. “Terapkan dalam suasana kebersamaan yang rileks dan fun. Dengan demikian, anak-anak berkembang di lingkungan keluarga yang penuh kebersamaan.” jelas Ita.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved