Marketing Technology Trends

Rebranding Alfamart Hadapi Pasar Generasi Millenial

Rebranding Alfamart Hadapi Pasar Generasi Millenial

Perilaku konsumen bisa menjadi salah satu insight bagi brand untuk melakukan promosi yang lebih tepat sasaran. “Promosi menggunakan SMS blast kurang efektif selain itu konsumen juga sering merasa tidak nyaman,” jelas Ryan Alfons Kaloh, Marketing Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Oleh karena itu, dalam marketing pihaknya mulai fokus pada pengembangan program Customer Relationship Management (CRM). Dalam hal ini, bekerja sama dengan PONTA atau Point Terminal sejak tahun 2015. Membership yang tergabung mulanya 4 juta pada tahun 2015 dan mencapai 7 juta anggota pada 2016.

Alfa

Nantinya data-data konsumen akan dianalisis oleh enabler yang memiliki kemampuan menganilisis data konsumen. Baik itu software maupun orang-orang yang memiliki keahlian tersebut. Dari data tersebut telah dilakukan berbagai promosi yang lebih terarah dan terukur pada konsumen di 11.800 toko Alfamart di seluruh Indonesia.

Selain promosi, pihaknya juga memberikan perhatian lain kepada konsumen, misalnya memberikan ucapan ulang tahun pada konsumen via SMS. Menurutnya upaya ini cukup efektif dalam menjaring konsumen ke toko-toko mereka dan membuat mereka merasa semkain dekat dengan brand Alfamart. Pihaknya juga menjaring konsumen millenial melalui sosial media seperti Twitter, Facebook, dan Line. Upaya ini diakuinya mampu menambah jumlah pengunjung dengan total Rp4 juta transaksi per hari.

“Parameter keberhasilan ada dua, yaitu reach & react serta konversi. Pertama, bagaimana menyentuh dan masuk ke dalam generasi millenial melalui sosial media tadi. Kedua, melalui konversi atau terjadi transaksi di toko-toko kami, yang kami melihat transaksi naik,” jelasnya.

Kedua strategi tadi merupakan bagian dari rebranding Alfamart untuk menghadapi generasi millenial yang tergolong sebagai smart shopper. Strategi marketing ini mulai diaplikasikan pada tahun 2015. sebelumnya sejak tahun 2002 hingga 2015, Alfamart sudah beberapa kali melakukan perubahan pada model bisnis mereka. Hal ini merupakan salah satu strategi dan inovasi Alfamart dalam menghadapi perilaku konsumen yang terus berubah.

Menurut Ryan, strategi ini mampu membuat Alfamart menjadi retail dengan brand equity lebih tinggi dibandingkan toko modern lainnya. Hal ini didasarkan pada Shoppers Trend Nielsen di tahun 2016. Selain itu Alfamart juga dikenal oleh 97% kosumen dan menjadi toko modern yang paling disukai dan direkomendasikan konsumen.

Ke depan, ia berharap agar Alfamart bisa lebih berkembang lagi, hal ini melihat tingginya potensi minimarket di Indonesia. Pada tahun 2015 dan 2016 pasar tradisional dan minimarket menjadi dua tempat yang paling sering didatngi konsumen untuk berbelanja.

Tahun 2015 pasar tradisional dikunjungi konsumen sebanyak 72% dan menjadi 70% pada 2016. Sementara minimarket dikunjungi 69% konsumen di 2015 dan menjadi 68% di tahun 2016. sekitar 8 kali dalam sebulan masyarakat cenderung memilih minimarket sebagai tempat berbelanja. Selain lebih nyaman, kini minimarket juga menyasar lokasi yang dekat dengan tempat tinggal konsumen.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved