Marketing zkumparan

Strategi Dove Mengedukasi Konsumen Soal Definisi Cantik

Apresiasi untuk keragaman sedang menjadi isu yang paling mendapat perhatian saat ini. Keragaman bisa dijumpai dalam konteks apapun, termasuk soal defenisi kecantikan. Jika sebelumnya defenisi cantik didikte oleh media dengan menggunakan model wanita berkulit putih, rambut lurus dan langsing. Kini, hal itu mulai bergeser. Inilah yang dilihat oleh Dove, brand perawatan rambut dan kulit, sebagai isu yang tepat untuk dikampanyekan kepada konsumennya yang pada umumnya adalah wanita.

Ira Noviarti, Personal Care Director Unilever Indonesia, menjelaskan, pihaknya sengaja melakukan riset mengenai defenisi kecantikan yang melibatkan 300 responden. Riset berjudul Indonesia Beauty Confidence Report 2017 itu menunjukkan 92% perempuan Indonesia setuju jika setiap perempuan memiliki kecantikan dalam versi mereka sendiri. Tetapi hasil riset ini juga menunjukkan masih kurangnya rasa percaya diri, terbukti 84% perempuan Indonesia mengaku tidak menyadari apa kecantikan dan kelebihan dirinya.

Berangkat dari riset tersebut, Dove kemudian melakukan kampanye #CantikSatukanKita. “Kami ingin mengedukasi perempuan Indonesia agar bisa membangun lingkungan yang positif, agar mereka menjadi pribadi yang lebih kuat dan bisa mengembangkan potensi diri,” jelas Ira. Kampanye ini ditargetkan untuk menjangkau seluruh wanita di Indonesia. “Sampai saat ini sudah menjangkau 27 juta orang melalui berbagai platform komunikasi,” ujar Ira.

Dove juga menggandeng beberapa tokoh perempuan untuk mendukung kampanye ini. Diantaranya adalah Meutia Hatta, mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2004-2009, Butet Manurung, Pelopor pendidikan alternatif untuk Masyarakat Adat dan Pendiri SOKOLA, serta Sisi Asih, influencer media sosial yang juga pramugari maskapai Garuda Indonesia.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved