Marketing

Thamrin City Berikan Pengembangan Bisnis untuk Pelaku Usaha Batik

Thamrin City Berikan Pengembangan Bisnis untuk Pelaku Usaha Batik

Thamrin City, pusat perbelanjaan di Jakarta, berkomitmen menjadi barometer industri batik nasional dengan mengadakan berbagai program yang bisa menjadi daya ungkit untuk mengangkan pelaku usaha batik di daerah. Salah satu program yang dilaksanakan manajemen Thamrin City adalah melaksanakan Bianglala Batik Nusantara di awal Februari ini.

Dalam keterangan tertulisnya, Ho Mely Surjani, AVP Marketing Trade Mall Agung Podomoro, selaku pengelola Thamrin City, menyebutkan program edukasi dan inovasi itu diharapkan bisa mendorong perkembangan Thamrin City menjadi Pusat Batik Nusantara (PBN) ke depannya. “Agar Thamrin City menjadi barometer industri batik nasional. Perkembangan tren, mode, dan sentra distribusi batik kini mengikuti pada perkembangan pasar di sini,” ujar Ho Mely.

Pusat perbelanjaaan yang berdekatan dengan Pasar Tanah Abang ini juga membina pengusaha batik, salah satunya Syaiful CH, pemilik kios Batik Madura, yang berjualan di Lantai Dasar, TM Thamrin City.“Awalnya saya berusaha Batik Madura dari nol, tetapi melalui berbagai pembinaan dan pembekalan, sekarang saya tahu pentingnya berkreasi untuk mengembangkan batik Madura sesuai trend pasar,” ujar Saiful. Menurut Saiful, tersedianya koleksi batik yang semakin beragam di Pusat Batik Nusantara, membuat pedagang dan pembeli mempunyai banyak pilihan. Untuk mengelaborasi potensi batik Madura yang ditekuninya, Syaiful mempelajari berbagai referensi batik pesisir ini bahkan sampai ke Jepang. “Saya kaget ketika menemukan referensi buku model batik Madura di Jepang yang sangat lengkap. Ini kesempatan untuk menampilkan ribuan corak Batik Madura hingga dikenal masyarakat luas,” kata Saiful. Menurut pedagang dan pengrajin batik asal Tanjungbumi Bangkalan, Madura ini berdagang batik di Thamrin City usahanya terus berkembang dan saat ini telah memiliki 5 kios Batik Madura.

Saiful CH menambahkan, saat ini Ia melayani bisnis eceran maupun penjualan grosir, yang mampu mengirim hingga ratusan kodi label Batik Madura ke berbagai kota di Indonesia dan luar negeri, seperti Medan, Banjarmasin, Makassar, Singapura, dan Kuala Lumpur. Kebanyakan batik tulis. “Bagi saya dan keluarga besar yang mengembangkan Batik Madura disini, usaha ini sangat menguntungkan tidak hanya dari sisi omzet tetapi juga dapat ikut melestarikan budaya batik nusantara,”katanya. Sindiwaty Mastra, Manajer Hubungan Masyarakat Thamrin City, menyebutkan Pusat Batik Nusantara dihuni sekitar 1.400 kios dan lapak batik, menjadikannya sebagai pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. Batik untuk perdagangan eceran maupun grosir. Kini lebih 20 sentra batik di berbagai daerah di Indonesia telah membuka kios di pusat perbelanjaan yang berada dibawah manajemen Agung Podomoro Land ini.

Selain Batik Madura, juga terdapat ribuan corak batik dari Pekalongan, Batang, Yogyakarta, Bantul, Solo, Klaten, Sragen Lasen, Pati, Jepara, Cirebon, Ciwaringin, Betawi, Bogor, Garut, Bandung, Sidoarjo, Tulungagung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.“Kami mendatangi langsung sentra-sentra batik di daerah-daerah di Indonesia dan mengajak agar mereka mau membuka kios di Thamrin City. Karena kebanyakan pengusaha batik masih berpola bisnis tradisional yang merasa cukup berdagang batik di tingkat lokal, sehingga kami harus jemput dan memberi pengertian perlunya punya etalase di Jakarta,” ujar Sindiwaty.

Ho Mely menimpali lokasi Thamrin City yang strategis di pusat kota Jakarta memberi keuntungan strategis lantaran berada di pusat bisnis dan perdagangan yang memberi peluang kepada pengrajin batik memperluas cakupan pasarnya ke konsumen lokal dan internasional. Rencanayan, manajemen Pusat Batik Nusantara akan memperluas pasar dengan mengajak sentra-sentra batik dan UKM batik di seluruh Nusantara untuk membuka etalase produknya di Thamrin City.

Salah satu toko batik di Thamrin City. (Foto : Istimewa).

Berbagai pihak mengupayakan pengembangan industri batik. Sebelumnya, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) di tahun lalu memfasilitasi pelatihan dan sertifikasi profesi kepadaelaku industri batik demi meningkatkan mutu produk, di sejumlah kota di Indonesia yang memiliki potensi batik, di antaranya di Kendal, Jawa Tengah. Bekraf memberikan bimbingan teknis (Bimtek) berupa pelatihan serta sertifikasi profesi. Jumlah peserta sebanyak 100 orang, yang berasal Kendal dan daerah sekitarya. Bekraf berharap pelatihan ini akan meningkatkan ketrampilan para pelaku industri batik serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas. Sertifikat kompetensi diakui sesuai standar kompetensi kerja nasional (SKKNI) dan internasional.

Sertifikasi profesi batik telah dilakukan sejak berdirinya Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Batik pada 2013. Kesadaran akan kompentensi di lingkungan pekerja industri batik telah tumbuh terutama pada kota-kota besar yang telah terkenal dengan industri batiknya, seperti Semarang, Yogyakarta, Solo, dan pekalongan

Para pekerja di kota-kota tersebut utuk memperoleh sertifikat kompetensi telah melakukan sertifikasi profesi dengan biaya sendiri. “Namun bagi pekerja batik yang berada di kota-kota kecil atau di pedesaan, meskipun sadar akan perlunya sertifikat kompeten namun biaya sertifikasi profesi masih di anggap terlalu mahal, maka program Bekraf ditujukan bagi mereka,” kata Bambang Priwanto, Kasubdit Standarisasi & Sertifikasi, Deputi Informasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) & Regulasi Bekraf. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved