Marketing zkumparan

Tiga Sekawan Merajut Sukses di Pasar Teh Premium

Anggi Pamungkas Soegiri, co-founder & Direktur Penjualan Haveltea Indonesia,
Anggi Pamungkas Soegiri, co-founder & Direktur Penjualan Haveltea Indonesia.

Produsen teh bergerilya untuk menggenjot pertumbuhan omset di masa pandemi Covid-19. Mereka mengembangkan kanal penjualan di dunia maya. Strategi ini antara lain dilakukan Haveltea Indonesia, produsen teh berkualitas premium bermerek Haveltea.

Haveltea mencetak pertumbuhan penjualan di toko dalam jaringan (daring) sejak wabah pandemi Covid-19 diumumkan pemerintah pada awal Maret 2020. Anggi Pamungkas Soegiri, co–founder & Direktur Penjualan Haveltea Indonesia, mengatakan bahwa jumlah transaksi di toko daring mencapai ribuan per bulan. “Covid-19 is a blessing in disguise, kami lebih serius menggarap segmen ritel karena potensinya besar sekali,” kata Anggi.

Alasan Haveltea mengubah strategi penjualan dari kanal konvensional ke toko daring yaitu tersendatnya penjualan di segmen hotel, restoran, dan kafe (horeka), karena pengelola horeka menghentikan operasional untuk menaati imbauan pemerintah. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak April lalu hingga fase kenormalan baru (new normal) yang membatasi aktivitas masyarakat untuk mencegah penyebaran virus corona itu berdampak terhadap laju pertumbuhan bisnis horeka.

“Sebelum Covid-19, kontribusi penjualan Haveltea yang terbesar dikontribusikan dari penjualan di segmen horeka sebesar 50%, ekspor dan private label 40%, serta ritel online dan gerai fisik masing-masing 5%,” ungkap Anggi. Haveltea telah mengekspor produknya ke Singapura.

Segmen konsumen yang dibidik Haveltea adalah business to customer (B2C) dan business to business (B2B). Di segmen B2C, profil konsumen Haveltea adalah generasi milenial berusia 25-35 tahun dan konsumen di segmen B2B adalah horeka.

Guna memenuhi kebutuhan konsumen itu, Haveltea senantiasa berinovasi merilis varian teh terbaru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Sejak pandemi Covid-19, misalnya, konsumen meminati teh herbal berbahan rempah-rempah. Haveltea menyediakannya dan berinovasi di sisi packaging. Contohnya, dalam satu pack teh herbal itu ada beberapa varian rasa. “Customer sangat meminati untuk mencoba beberapa varian rasa dalam satu kemasan itu,” kata Anggi. Kemasan Haveltea berdesain populer yang berwarna cerah, sehingga sedap dipandang mata.

Beberapa varian rasa Haveltea melonjak penjualannya di masa pandemi karena konsumen sangat meminati teh yang berfungsi untuk menjaga kebugaran. Contohnya, Asana Bleu dan Banda Neira, varian teh campuran (tea blend) berbahan dasar rempah-rempah. Di marketplace, teh herbal dan varian rasa Haveltea lainnya tersedia di Blibli, Tokopedia, dan Shopee. Harganya dari Rp 30-an ribu hingga Rp 300-an ribu.

Untuk mempertebal loyalitas konsumen, Haveltea mengedukasi mereka di media sosial. Misalnya, akun @haveltea di Instagram acapkali mengunggah konten mengenai manfaat mengonsumsi teh, tutorial meracik teh, pengenalan bahan baku, dan kampanye pelestarian lingkungan hidup, juga membagikan hadiah, dsb.

Kombinasi kualitas teh, pengemasan, serta aktivasi pemasaran digital itu mendongkrak pangsa pasar Haveltea di pasar teh premium. “Saat ini, Haveltea adalah salah satu market leader di kategori teh premium Indonesia dengan penjualan terbanyak di marketplace,” kata Anggi.

Haveltea mengimplementasikan strategi diferensiasi produk, yakni dengan menawarkan varian rasa beraneka macam. Haveltea menggunakan bahan berkualitas premium (pucuk daun teh murni tanpa batang serta diproses secara optimal dengan rempah-rempah atau bunga), proses produksinya ramah lingkungan, menggunakan eco teabag (kantong teh yang dapat terurai di alam), dan meniadakan penggunaan plastik bubble wrap untuk pengiriman produk ke konsumen agar mengurangi sampah plastik.

Rencananya, Haveltea memperbanyak distribusi dan kanal penjualan di toko daring, supermarket, dan horeka, serta membidik pertumbuhan omset hingga 300% di tahun 2020. “Kami optimistis segmen direct to customer yang selama ini belum kami garap serius ternyata potensinya besar sekali karena masyarakat Indonesia menggemari teh. Peningkatan kebiasaan konsumen membeli teh di online sudah dibuktikan dengan transaction kami di online dalam beberapa bulan terakhir ini,” Anggi menuturkan.

Sebelum pandemi, Haveltea rutin mengikuti pameran dagang tingkat lokal, nasional, hingga internasional. Juga, mengadakan acara mencicipi teh (tea tasting) bertajuk Haveltea Storytealling di beberapa kota; serta mesponsori beragam acara.

Haveltea, yang didirikan pada 2017 oleh Anggi bersama Widyoseno Estitoyo (founder) dan Ifana Azizah (co–founder), menjalin kemitraan dengan petani teh yang tersebar di sejumlah tempat di Jawa, serta beberapa perkebunan teh milik pemerintah atau swasta di Jawa, Sumatera, dan Bali. Haveltea kini mempekerjakan 12 orang.(*)

Vicky Rachman & Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved