Marketing Strategy

Upaya Matrix Indonesia Kembangkan Bisnis Lewat Hairdresser

Upaya Matrix Indonesia Kembangkan Bisnis Lewat Hairdresser

Matrix Indonesia gencar melakukan edukasi untuk penata rambut (hairdresser) sejak dua tahun terakhir. Merek asal Perancis ini sukses mengedukasi sebanyak 50ribu hairdresser hingga tahun 2014. Pada tahun 2015, merek di bawah naungan PT L’oreal Indonesia ini menargetkan dapat mengedukasi hingga 75 ribu hairdresser di Indonesia.

“Pada tahun 2014, kami sudah mengedukasi 50ribu hairdresser di hampir 40ribu salon, dari Aceh sampai Papua. Tahun 2015 ini, yang kami kejar bukan hanya kuantitas, tapi kami mau mengejar kualitas. Target tahun ini kalau bisa 70ibu-75ribu hairdresser,” jelas Satria Bakti, Business Unit Manager Matrix Indonesia.

Matrix Indonesia

Edukasi yang dilakukan oleh Matrix Indonesia menawarkan empat modul kurikulum, dari mulai yang paling dasar hingga level spesialis. Untuk kelas regular, merek yang ada di Indonesia sejak 2006 ini, mengenakan biaya sebesar Rp25ribu. Sedangkan untuk level spesialis, Matrix embandrol Rp250ribu per kelas. Proses edukasi ini dapat berlangsung hingga dua tahun.

“Kami menyeduakan kurikulum untuk hairdresser, mulai dari yang paling basic, sampai supaya dapat menjadi expert seperti Uros Mikic. Modul kami menggunakan standar internasional dan memiliki 4 level. Kalau diikuti secar total semua dan diikuti setiap hari dua bulan saja sudah selesai. Tetapi kan tidak mungkin langsung. Jika diikuti semua, dari modul satu sampai tiga itu membutuhkan 1,5 – 2 tahun. Harganya, untuk kelas regular, satu modul itu Rp25ribu, dan untuk kelas spesialis itu, Rp250ribu per kelas,” tambah Satria.

Kegiatan edukasi yang ada sejak dua tahun terakhir ini memberikan hasil yang signifikan untuk perkembangan bisnis Matrix Indonesia. Satria memaparkan bahwa aktivitas edukasi memberikan kontribusi sebesar 55% untuk pertumbuhan bisnis Matrix. Matrix mencatat, pasca melakukan kegiatan edukasi, kini Matrix sudah ada di lebih dari 30ribu salon, tumbuh 50% dibandingkan sebelum adanya kegiatan edukasi.

Selain mengadakan edukasi, Matrix Indonesia juga rutin memberikan tren rambut sejak tahu 2006. Acara ini merupakan wujud komitmen Matrix Indonesia untuk mengembangkan industri hairdresser di Indonesia. Matrix berharap kegiatan seperti ini dapat menginspirasi hairdresser di Indonesia.

“Satu, sudah pasti kami ingin memberikan inspirasi untuk hairdresser yang ada di Indonesia. Itulah mengapa kami membawa hairdresser dari luar negeri, karena ini merupakan bagian dari transfer knowledge. Kami tidak hanya ingin sekadar berjualan saja, tapi juga mau mengembangkan bisnis hairdresser di Indonesia. Kegiatan seperti ini efektif untuk memberikan inspirasi tren terbaru untuk para hairdresser. Memang, mereka bisa googling atau cek internet, tapi denga kami membawa langsung hairdresser dari luar negeri, ini benar-benar bisa memberikan inspirasinya secara nyata,” tambahnya lagi.

Matrix Indonesia1

Terkait tren rambut, Matrix Indonesia meluncurkan tren Grafitti Nation. Tren ini menampilkan tiga koleksi dari dunia pewarnaan dan penataan rambut, yaitu Ridged Flames, City Wave, dan Downtown Halo. Grafitti Nation ini merekomendasikan tiga kelompok warna untuk keseluruhan nuansa koleksi yaitu, kelompok warna warm (red dan red violet), gold copper dan pantulan warna cool (ash).

Kegiatan Matrix Indonesia ini mendapatkan dukungan dari Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, karena dinilai dapat ikut mendukung perkembangan industri ini. Industri ekonomi kreatif sendiri memberikan kontribusi sebesar 7% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Tahun 2019, sektor ini ditargetkan dapat menyumbangkan 19%.

“Kami mengelola sebanyak 16 sub sektor di bidang kreatif. Industri hairdressing itu ada pada sub sektor fashion, yang kontribusinya ada di nomor dua setelah sub sektor kuliner. Dari industri hairdressing sendiri, sebanyak 115ribu salon ada di Indonesia dan market sizenya itu bernilai Rp1,23 triliun. Sedangkan kontribusi dari ekonomi kreatif itu 7,03% terhadap PDB dan akan dinaikan menjadi 19% pada tahun 2019,” papar Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved