Trends

Memetakan Kota Cerdas di Indonesia

Memetakan Kota Cerdas di Indonesia

//ITB dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia menyelenggarakan ajang penghargaan Rating Kota Cerdas Indonesia 2017. Semangatnya yaitu bersama memajukan kota-kota di Indonesia. Kota mana saja yang meraih penghargaan utama dan kota mana saja yang mendapat penghargaan khusus?//

Kota Cerdas

Walikota Surabaya Tri Rismaharini Menerima Penghargaan Surabaya sebagai Kota Cerdas 2017 yang Diserahkan Wakil Presiden Jusuf Kalla

Pertumbuhan penduduk merupakan masalah umum di kota-kota dunia, termasuk Indonesia. McKinsey Global Institute menyatakan bahwa 80% pertumbuhan penduduk suatu negara berpusat di kota. Rasanya tak salah. Di Indonesia saja, sebanyak 59,35% penduduk tinggal di kawasan perkotaan, dan diperkirakan terus bertambah hingga mencapai 82% pada 2045.

Tingginya populasi ini memunculkan beragam masalah di kota-kota besar, seperti soal kemacetan dan masalah mobilitas lainnya, masalah lingkungan (seperti sampah, limbah, dan polusi), serta masalah energi.

Tampaknya, menyadari banyaknya masalah yang dihadapi kawasan perkotaan, belakangan para ahli memperkenalkan konsep Smart City atau Kota Cerdas. Secara umum, Kota Cerdas didefinisikan sebagai kota yang dapat mengelola berbagai sumber dayanya secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan berbagai tantangan atau masalah kota, dengan menggunakan solusi yang inovatif, terintegrasi, dan berkelanjutan. Solusi ini, misalnya, bisa berupa penyediaan infrastruktur dan layanan kota yang dapat meningkatkan kualitas hidup warganya.

Menurut Suhono Harso Supangkat, Guru Besar ITB sekaligus Ketua Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC), ajang yang diadakan setiap dua tahun ini diinisiasi untuk menumbuhkan awareness mengenai Kota Cerdas di Indonesia. Dia menyebutkan, tahun ini ada 93 kota di Indonesia (tidak termasuk Jakarta) yang mengikuti ajang tersebut, terdiri dari klasifikasi kota besar (kota dengan penduduk di atas 1 juta jiwa), kota sedang (penduduk antara 200 ribu dan 1 juta jiwa) dan kota kecil (penduduk di bawah 200 ribu jiwa).

Untuk pemeringkatannya, ada sejumlah tahap seleksi, terdiri dari: evaluasi mandiri, penilaian hasil evaluasi mandiri, validasi dan kunjungan langsung ke kota-kota finalis, pemetaan kota berdasarkan potensi masing-masing, dan pengumuman hasil pemetaan kota. Pemetaan Kota Cerdas ini dilakukan dengan menilai proses pengelolaan kota dari sisi utilisasi sumber daya manajemen, integrasi serta keberlanjutan kualitas hidup dan indeks lainnya, persepsi masyarakat, serta inovasi kota.

Dari beragam indikator tersebut, Tim RKCI kemudian memetakan Kota Cerdas terbaik berdasarkan ukuran kategori kota.Selanjutnya, dipilihlah lima kota yang berhak menerima penganugerahan dari setiap kategori kota (besar, sedang, dan kecil).

Sono Sumarsono, Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Kemendagri. “Tentunya Kota Cerdas harus didukung penuh oleh ekosistem IoT (Internet of Thing) yang optimal”

Dari hasil pemetaan Kota Cerdas tahun ini, yang akhirnya muncul sebagai penerima penghargaan di kategori kota besar adalah Surabaya, Bandung, Semarang, Bekasi, dan Tangerang Selatan. Sementara di kategori kota sedang, pemenang penghargaannya adalah Denpasar, Binjai, Manado, Yogyakarta, dan Kediri. Selanjutnya di kategori kota kecil, pemenang penghargaannya yakni Magelang, Sawah Lunto, Bontang, Tual, dan Bukittinggi.

Kota Surabaya, yang kerap menjadi juara, tetap merasa tersanjung bisa menerima penghargaan kali ini. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan, hampir semua layanan pemerintah di Surabaya telah berbasis elektronik, tidak lagi manual, alias sudah menerapkan e-government. Untuk mengurus akte kelahiran saja, Risma memberikan contoh, warga tidak perlu datang, melainkan cukup mengaksesnya lewat website ataupun mobile app. “Bagi kami, penghargaan itu bukan tujuan. Tujuan utamanya, bagaimana agar masyarakat terlayani dengan baik dan lebih sejahtera,“ kata Risma.

Sistem e-government di Kota Surabaya mencakup sejumlah sistem seperti Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah, e-SDM, e-Monitoring, e-Education, e-Permit, e-Office, e-Health, e-Dishub, serta Media Center dan Sistem Siaga Bencana. Sejumlah sistem juga punya subsistem/fitur turunan. Misalnya, pada Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah ada sistem e-Musrenbang yang disusun untuk mendukung sinergi perencanaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Juga, didukung sejumlah subsistem lainnya seperti e-Budgeting, e-Project, e-Procurement, e-Delivery, e-Controlling dan e-Performance (untuk melihat performa staf pemerintahan di Surabaya). Selain itu, ada juga e-SIMBADA, e-Payment, e-Tax, dan e-Audit. Sementara untuk e-SDM mencakup subsistem/fitur untuk mengelola tes CPNS, gaji berkala, kenaikan pangkat, mutasi, dan pensiun bagi staf.

Surabaya juga punya sistem e-Monitoring yang berfungsi untuk memonitor keadaan di Surabaya secara real-time. Sistem e-Monitoring ini mengoneksikan CCTV untuk menertibkan reklame, pajak, dan retribusi; mendukung operasi yustisi; memonitor sampah, dan memonitor pemakaman.

Sementara itu, dengan sistem e-Health, warga Surabaya tidak perlu antre di puskesmas, karena bisa menjadwalkan kapan ingin berobat dan cukup menunggu dari rumah. Nantinya, jika ada warga yang perlu dirujuk ke rumah sakit terdekat, mereka tidak perlu membawa surat rujukan, karena pihak rumah sakit dapat memeriksanya cukup menggunakan perangkat tablet. “Kami memberikan akses internet gratis bagi semua warga kami, agar mereka bisa mengakses semuanya menggunakan internet, serta tidak perlu antre lagi untuk ke puskesmas,” kata Risma.

Dalam aspek Smart Economy, Kota Magelang berupaya meningkatkan sumber pendapatan daerah walaupun dukungan sumber daya alam relatif sangat minim. Potensi perekonomian kota digali terutama dari pengembangan pariwisata kota. Langkah nyatanya adalah dengan mengembangkan destinasi wisata Gunung Tidar sebagai kawasan wisata budaya. Selain itu, dikembangkan pula kawasan budaya Mantyasih yang merupakan cikal-bakal Kota Magelang, dengan mengadakan berbagai event budaya agar bisa menarik kunjungan wisatawan. Destinasi wisata yang sudah ada, yaitu Taman Kyai Langgeng, diupayakan selalu terpelihara dan ditingkatkan daya tariknya melalui pengembangan berbagai wahana wisata.

Dalam aspek Smart Environment, mengingat luas Kota Magelang yang sangat terbatas, menjaga kelangsungan lingkungan menjadi prioritas. Langkah konkret yang dilakukan adalah pengembangan kampung organik dan bank sampah di tiap kelurahan. Lewat program tersebut, selain volume sampah bisa dikurangi, juga membuka peluang ekonomi kepada masyarakat lewat pelaksanaan prinsip pengelolaan sampah 3-R (reduce, reuse, recycle).

Pada aspek Smart Social, upaya Pemkot Magelang adalah melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan pembangunan kota. Misalnya, dalam penyusunan rencana kerja tahunan Kota Magelang selalu dilakukan konsultasi publik guna menjaring aspirasi masyarakat serta menajamkan perumusan permasalahan dan isu strategis daerah.

Selain itu, di bidang transportasi, Dinas Perhubungan Kota Magelang sudah membangun Automatic Traffic Control System. Sistem ini mengintegrasikan beberapa traffic light, sehingga fungsi traffic light mulai bisa dikendalikan dari ruang kontrol di Kantor Dinas Perhubungan. Kondisi lalu lintas pada beberapa titik strategis juga sudah dapat dipantau secara real-time lewat CCTV.

Kadarsah Suryadi, Rektor ITB. “Penyelenggaraan Rating Kota Cerdas ini dalam upaya untuk menciptakan suasana yang mendukung agar semua kota di Indonesia dapat maju bersama-sama.”

Pemkot Magelang juga sudah merintis kolaborasi dengan pihak kepolisian yang mengembangkan digital security system, yaitu sistem pengamanan oleh kepolisian yang terintegrasi. Sistem tersebut terutama ditopang oleh pemasangan CCTV pada lokasi strategis, sehingga memudahkan pelacakan tindakan kriminal. “Intinya, melalui dukungan TIK dan sumber daya manusia, Kota Magelang selalu mencari solusi terbaik dalam mengatasi berbagai permasalahan dan isu strategis dalam rangka membuat masyarakat Kota Magelang dapat hidup secara lebih bahagia dan sejahtera,” kata Joko.

Suhono Harso Supangkat, Ketua Asosiasi Prkarsa Indonesia Cerdas (APIC). “Ajang yang diadakan setiap dua tahun ini diinisiasi untuk menumbuhkan awareness mengenai Kota Cerdas di Indonesia

Bagaimana tanggapan pemerintah pusat terhadap animo untuk menjadi Kota Cerdas ini? Menurut Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Kemendagri Soni Sumarsono, dia mengharapkan ke depan makin banyak kota di Indonesia yang menerapkan konsep Kota Cerdas secara utuh. Dia mengapresiasi Kota Jakarta, Bandung, dan Surabaya yang menurut dia telah menjadi kota-kota terdepan dalam hal implementasi Kota Cerdas. “Tentunya, ini harus sudah didukung penuh oleh ekosistem IoT (Internet of Things) yang optimal,” ungkapnya.

Sebagai penyelenggara ajang RKCI, menurut Rektor ITB Kadarsah Suryadi, selain memberikan penganugerahan untuk kategori utama, ITB juga memberikan penghargaan khusus bagi sejumlah kota pada sejumlah kategori khusus (lihat Boks). Namun, yang patut diingat, menurut Kadarsah, RKCI lebih dimaksudkan untuk memetakan tingkat kemajuan kota dalam menuju Kota Cerdas, bukan untuk menentukan siapa yang menang dan tidak menang. “Ini dalam upaya untuk menciptakan suasana yang mendukung agar semua kota di Indonesia dapat maju bersama-sama,” katanya.

Sebagai salah satu sponsor acara RKCI 2017, manajemen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. melihat ajang RKCI bermanfaat untuk mendapatkan gambaran seberapa besar kesiapan dan daya dukung kota-kota di Indonesia dalam meningkatkan pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. “BRI mendukung penuh RKCI 2017, karena dengan ini kita bisa mengetahui permasalahan kota secara holistik serta mengetahui potensi di kota tersebut,” ujar Sis Apik Wijayanto, Direktur Hubungan Kelembagaan BRI. (*)

Reportase: Sri Niken Handayani


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved