Business Research Trends

Mengapa Ruang Perkantoran Grade A Lebih Diminati Pasar?

IMG_0985

Pada kuartal II tahun 2016 ini, permintaan dan aktivitas ruang perkantoran relatif lebih bergairah. Berdasarkan jenis usaha, maka telekomunikasi, teknologi informasi dan konsultan masih mendominasi permintaan ruang perkantoran dalam kuartal ini. Permintaan lebih banyak datang dari perusahaan yang mencari gedung untuk relokasi dan konsolidasi. Menurunnya harga sewa di kawasan CBD (Central Business District) Jakarta membuat para penyewa mencari ruang sewa kantor yang memiliki kualitas lebih baik dengan harga murah, khususnya di gedung grade A yang baru selesai dibangun.

Selama kuartal II 2016, terjadi penyerapan positif sebsar 41.800 m2. Angka ini 40% lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya. Bangunan perkantoran kelas A terus berkontribusi dalam memberikan penyerapan sebesar 58.600 m2 di kuartal ini. Sebaliknya, perkantoran kelas B dan C mengalami penyerapan negatif akibat relokasi dari beberapa bangunan ke gedung perkantoran kelas A.

Rata-rata tingkat huniaan gedung perkantoran CBD sedikit naik 82.14%, akibat tidak adanya penambahan pasokan baru. Harga sewa gedung perkantoran di daerah CBD di periode ini relatif stabil, rata-rata di kisaran Rp 322.100 per meter.

Sementara itu, tingkat penyerapan perkantoran di daerah non-CBD Jakarta kuartal ini menurun 23% atau sebanayak 26.329 m2 dari penyerapan semester lalu. Penurunan harga komoditas dan minyak dan gasa secara global menyebabkan melambatnya pertumbuhan pasar perkantoran. Akibatnya, gedung perkantoran di sepanjang kawasan TB Simatupang yang didominasi oleh perusahaan minyak mengalami penurunan permintaan ruang perkantoran.

“Berdasarkan survei kami, situasi ini tidak hanya memengaruhi perusahaan minyak dan gas, tetapi juga perusahaan yang menawarkan jasa mereka untuk perusahaan minyak seperti perusahaan fabrikasi minyak dan gas, konsultan teknik dan eksplorasi, dan logistik minyak dan gas,” ujar Arief Rahardjo, Director Research & Advisory Cushman&Wakefields Indonesia.

Gedung perkantoran lama di daeah TB Simatupang juga harus bersaing dengan bangunan baru di sepanjang koridor TB Simatupang, Di sisi lain, permintaan ruang perkantoran di daerah non-CBD didominasi oleh perushaan teknologi informasi (TI) dan industri e-commerce. Mengambil keuntungan dari kondisi pasar perkantoran saat ini, perusahaan TI terus mencari alternatif yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah dan perjanjian sewa yang lebih fleksibel.

Dengan ketidakpastian yang masih terjadi di industri minyak dan gas, perusahaan akan mencari cara untuk mengurangi kerugian dengan memotong kelebihan ruang, konsolidasi, dan lainnya. Selama beberapa bulan ke depan, pertumbuhan pasar kantor non-CBD akan bergantung kepada kemampuan landlord untuk menarik permintaan ruang dari industri IT, e-commerce, dan sektor telekomunikasi. Harga sewa perkantoran di daerah non-CBD kecuali di daerah Jakarta Selatan diperkirakan akan meningkat pada tingkat yang sedang. Sedangkan di daerah Jakarta Selatan akan lebih kompetitif. Tingkat hunian perkantoran akan turun menjadi 83.6% karena tambahan pasokan di akhir 2016.

“Menjamurnya start-up membuat permintaan shared office (co-working space). Start-up ini akan memengaruhi tren untuk perkantoran ke depannya. Awalnya permintaan ruang perkantoran ke ruang yang besar sekarang trennya ke berbagi ruang,” ujarnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved