Management Trends

Menggarap Segmen Milenial nan Seksi di Industri KPR Syariah

Target program Tunjuk Rumah di antaranya karyawan perusahaan yang mempunyai fix income

Belakangan generasi milenial menjadi magnet di panggung bisnis. Hampir semua sektor industri tergiur dengan segmen pasar yang seksi ini sebagai target pasar. Mulai dari industri pariwisata, gadget, produk life style, telekomunikasi, properti, hingga keuangan, seperti perbankan syariah dan perbankan konvensional.

Kaum milenial atau generasi langgas, begitu disebut oleh pakar marketing dari OMG Consulting, Yoris Sebastian adalah memiliki ciri khas melek teknologi, dekat dengan media sosial, dinamis, tidak mau terikat dan lahir antara tahun 1980-an hingga 2000-an. Dari 10 negara anggota ASEAN diperkirakan jumlah penduduknya mencapai 625 juta dan 23% nya adalah generasi milenial dari Indonesia.

“Generasi milenial di Indonesia merupakan aset masa depan bangsa Indonesia, diperkirakan tahun 2030, sebesar 70% dari usia produktif negeri ini, mayoritas datang dari generasi milenial,” ujar Yoris dalam bukunya berjudul ‘Generasi Langgas’. Menurutnya, jika kualitas Sumber Daya Manusia kaum milenial Indonesia bagus, maka bonus demografi ini akan berdampak positif bagus perekonomian nasional.

Ya, generasi milenial berkualitas adalah harapan banyak pihak. Bagi pelaku industri, milenial bukan hanya potensi pasar, tapi juga generasi masa depan. Kelak, merekalah yang dominan berperan dalam perekonomian atau perputaran uang di Indonesia. Kini, industri properti dan perbankan pun berkolaborasi menggarap pasar milenial.

Legitnya Potensi KPR Milenial

Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ada sekitar 81 juta orang di segmen generasi milenial belum memiliki rumah. Angka tersebut setara 31% dari jumlah populasi di Indonesia. Hanya saja, kelompok segmen ini masih kesulitan mengakses layanan Kredit Kepemilikan Rumah maupun Apartemen (KPR/KPA).

Potensi pasar milenial yang kini banyak dilirik pelaku bisnis adalah menyediakan hunian atau tempat tinggal, apakah itu rumah tapak atau apartemen (rumah vertikal). Pasalnya, meski jumlah milenial terus bertambah, tapi rupanya mereka belum memiliki hunian.

Suasana pameran properti di Jakarta, developer dan perbankan berebut menggaet konsumen

“Dengan pola pikir yang praktis, mereka lebih suka sewa rumah atau apartemen ketimbang beli properti. Pertimbangannya, harga properti mahal belum terjangkau dengan penghasilan mereka yang kategori pas-pasan atau menengah. Selain itu, mereka banyak yang masih mengandalkan tinggal bersama orangtua atau rumah keluarga,” ujar Norman Eka Saputra, Direktur Utama PT Pancakarya Griyautama, pengembang Apartemen Skandinavia dan perumahan di Tangerang.

Sebuh survei menunjukkan bahwa sebagian besar backlog hunian adalah dari kalangan milenial. Sebesar 61% dari mereka belum memiliki aset properti dan 69%, bahkan tidak memiliki strategi untuk berinvestasi. Milenial malah lengah dengan pola konsumtif tingginya. Hal ini akan mempersulit generasi milenial untuk berani memiliki aset properti. Karakteristik tersebut sering kali disebut “Echo Boomers”.

Berkembangnya sistem house rent menjadi alasan terbesar milenial untuk menetap di daerah pusat kota yang dekat dengan perkantoran. Padahal, kenaikan harga sewa nantinya akan melampaui kapasitas milenial dalam membayar sewa. Hal ini karena tingkat kenaikan harga sewa lebih tinggi dari kenaikan kapasitas membayar oleh milenial.

Situasi ini menjadi pekerjaan rumah menantang yang harus melibatkan semua stakeholders dalam menyediakan hunian layak dan terjangkau bagi milenial di tengah tingginya harga properti. Untuk itu, perbankan hadir berusaha memberikan solusi pembiayaan. Perbankan konvensional dan syariah pun berlomba memikat pasar berusia produktif ini.

Manager Konten Rumah.com, Boy Leonard Pasaribu, melihat kalangan milenial paling bersemangat membeli properti, namun minim pengalaman dan informasi. Pengembang dapat memberikan bantuan informasi hingga pengurusan pengajuan KPR. Dia juga mengingatkan agar pengembang memiliki strategi pemasaran dengan karakter milenial yang dinamis, technology-minded dan menyukai desain yang unik.

“Meskipun kalangan milenial bersemangat dan sadar akan kebutuhan memiliki rumah, tetapi mereka masih kurang referensi dan panduan untuk mewujudkannya. Ini bisa terlihat dari strategi menabung mereka, di mana mayoritas hanya menabung sebisanya dan menyisihkan paling banyak 25% dari bonus tahunan,” terangnya.

Berdasarkan usia, kalangan milenial adalah kalangan yang paling resisten terhadap rumah seken. Total, 61% dari kalangan milenial hanya menghendaki rumah baru, hanya 39% yang tak keberatan dengan rumah seken. Kecenderungan terjadi kebalikannya di mana kelompok umur yang lebih tua (40-59 tahun), hanya 34% yang hanya menginginkan rumah baru.

“Saya dan teman-teman milenial lebih menyukai hunian yang terintegrasi dengan transportasi umum seperti LRT, MRT, Commuter Line. Konsumen tidak mempermasalahkan kondisi rumah (baru atau seken) dan lebih menekankan pentingnya ketersediaan sarana transportasi umum,” jelas Ario Damar (32 tahun), eksekutif muda di perusahaan pengelola jaringan kedai kopi yang juga tercatat membeli rumah dengan KPR Syariah.

BNI Syariah Serius Garap KPR Milenial

Salah satu bank yang siap membiayai milenial dalam membeli rumah adalah BNI Syariah. Pimpinan Divisi Konsumer BNI Syariah, Mochamad Samson, mengatakan, pihaknya siap memberikan pembiayaan bagi kalangan milenial. Sejumlah kemudahan bisa diperoleh para calon konsumen, di antaranya bebas biaya adminitrasi, bebas provisi, bebas pinalti, dan bebas denda.“Bagi pegawai baru baik Aparatur Sipil Negara (ASN), BUMN dan swasta tak perlu khawatir, karena kami menyiapkan skema pembiayaan hingga 30 tahun,” kata Samson.

BNI Syariah berpartisipasi dalam pameran properti Palembang untuk promo program Tunjuk Rumah 2020

Keseriusan BNI Syariah itu juga ditunjukkan dengan menghadirkan program ‘Tunjuk Rumah’. Program Tunjuk Rumah 2020 diluncurkan sejak tanggal 20 Januari 2020 berjalan hingga 30 Juni 2020. Target program Tunjuk Rumah di antaranya karyawan perusahaan yang mempunyai fix income.

“Tunjuk Rumah adalah program yang ditujukan bagi calon nasabah terutama generasi milenial yang ingin mempunyai rumah idaman yang sesuai keinginan. Ini juga bentuk dukungan BNI Syariah dalam program pemerintah terkait 1 juta rumah,” ujar Iwan Abdi, Direktur Bisnis Ritel dan Jaringan BNI Syariah di Jakarta dalam siaran pers (15/4/2020).

Iwan menjelaskan, melalui program Tunjuk Rumah ini dapat mempermudah calon nasabah terutama kaum milenial dalam memiliki rumah serta dapat meningkatkan kinerja pembiayaan terutama BNI Griya iB Hasanah.

Menariknya, BNI Syariah memberikan promo atau tarif khusus kepada calon nasabah yang merupakan karyawan BUMN, ASN, Regulator (BI, KPK, OJK), dokter, karyawan perusahaan swasta nasional/ multinasional, karyawan swasta lokal, nasabah referral dari developer rekanan BNI Syariah, maupun karyawan korporasi.

“Karyawan korporasi ini adalah pegawai institusi/perusahaan yang sudah bekerjasama dengan BNI Syariah untuk payroll maupun penyaluran pembiayaan karyawan,” ungkap Iwan.

Untuk saat ini ada sekitar 1.000 developer aktif yang bekerja sama dengan BNI Syariah. Hingga 9 April 2020, perolehan pembiayaan BNI Griya iB Hasanah melalui program Tunjuk Rumah mencapai Rp766,7 miliar. Daerah terbesar penyerapan program Tunjuk Rumah yaitu wilayah Jabodetabek.

Target program Tunjuk Rumah sampai dengan akhir periode tahun 2020, yaitu Rp1,4 triliun. Untuk mencapai target ini, BNI Syariah mengoptimalkan pemasaran lewat cabang, gathering developer, media sosial dan media online.

Sampai dengan bulan Februari 2020, outstanding pembiayaan KPR BNI Syariah yaitu BNI Griya iB Hasanah berada di posisi Rp13,23 triliun dengan pertumbuhan 11,15% year on year.

Di luar program Tunjuk Rumah, sejatinya BNI Syarih sudah menggarap pasar pembiayaan rumah atau KPR sejak tahun 2017. Berbagai inovasi ditelurkan untuk mengambangkan BNI Griya Swakarya iB Hasanah. Setelah mengembangkan proyek di kota Bogor dan Sumenep, kini BNI Syariah merambah daerah lain yaitu Pamulang dan Tangerang. “Untuk proyek Griya Swakarya tahun 2020, BNI Syariah tetap mengedepankan prinsip ‘Kami Beri Rumahnya, Bukan Uangnya’,” jelas Iwan.

Menurutnya, produk ini memiliki model bisnis syariah dengan dasar akad murabahah atau jual beli. Dalam hal ini, bank syariah terlebih dahulu menguasai aset properti yang akan dikelola, dibangun, dan dijual di mana dalam neraca didudukkan sebagai persedian bank.

Secara prinsip, syariah murabahah menjadi lebih sempurna karena objek yang diperjualbelikan telah dikuasai oleh bank. Dengan bank bertindak sebagai developer sekaligus pemberi pembiayaan, harga properti yang ditawarkan kepada calon konsumen menjadi lebih kompetitif dengan promo bundling yang diberikan serta kemudahan proses pembiayaan.

“Produk ini mempunyai beberapa keunggulan dan perbedaan antara produk bank syariah dengan bank konvensional. Obyek Griya Swakarya berupa tanah dan bangunan merupakan aset milik bank,” jelas Iwan lagi.

Pola pengembangan proyek BNI Griya Swakarya iB Hasanah dilakukan dengan mencari captive market terlebih dahulu. Calon pembeli kemudian dapat menyerahkan surat minat kepada BNI Syariah sebagai tanda bukti keseriusan disertakan foto copy KTP pasangan suami-istri dan booking fee.

Kemudahan dan Keunggulan KPR Syariah

Jumlah milenial yang melirik pembiayaan KPR syariah terus tumbuh. Lantas, apa kelebihan KPR Syariah dibandingkan konvensional?

Pembelian rumah dengan konsep KPR Syariah adalah menawarkan kemudahan dan keadilan

Pengamat pembiayaan syariah, Muhammad Arief, menjelaskan, konsep KPR Syariah adalah menawarkan kemudahan dan keadilan menurut prinsip syariah, seperti nilai kredit yang flat sebab akad kredit didasarkan atas harga rumah di masa depan.

Dalam konsep syariah, harga dan nilai kredit telah diatur sejak awal perjanjian oleh pengembang maupun bank syariah telah memutuskan margin profit saat proses akad (murabahah) berlangsung. Oleh karena itu, nilai kredit yang ditawarkan dapat bersifat konsisten setiap bulannya hingga lunas dan nasabah tak perlu dipusingkan dengan kenaikan nilai kredit.

Hal ini tentunya berbeda dengan KPR bank konvensional yang penetapan bunga bersifat mengambang atau tidak tetap tergantung situasi pasar.Untuk itu, Arief menegaskan, konsep syariah betul-betul baik, sesungguhnya bukan berbunga, tetapi konsepnya lebih kepada sharing, dalam beberapa tahun nilainya berapa. Selain itu, bank Syariah juga tidak mengenakan penalti untuk pelunasan di awal. Hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan dari KPR Syariah.

Opini itu diperkuat oleh Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan. Dia mengatakan ada dua faktor kalangan milenial memilih KPR syariah antara lain peningkatan kesadaran akan keyakinan ajaran agama dan secara ekonomi. KPR syariah dapat memberikan ketenangan jangka panjang dengan cicilan yang tetap serta stabil.

Yang jadi tantangan saat ini adalah bank syariah harus lebih gencar mempromosikan kelebihan dan kemudahan KPR Syariah kepada milenial dan masyarakat agar bisnis syariah berkembang lebih pesat.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved