Trends Economic Issues zkumparan

Menteri Susi: Produksi Perikanan 2018 Naik 20%

Menteri Susi: Produksi Perikanan 2018 Naik 20%

[KIRI] Susi Pudjiastuti, Menteri Perikanan dan Kelautan RI

Luas lautan Indonesia sebesar 3,25 juta km persegi, melebihi jumlah daratan yang hanya 2,01 juta km persegi. Tak hanya genangan air, lautan memiliki kekayaan yang luar biasa, mulai dari ikan, terumbu karang, dan biota laut lain. Hal ini tentu menjadikan sektor kelautan aset bernilai tinggi bagi Tanah Air kita.

Melihat fakta tersebut, pemerintah tentu terus berusaha menggenjot produktivitas sektor ini, khususnya melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Menteri KKP, Susi Pudjiastuti di Jakarta, Senin (17/12/2018) memaparkan hasil kerja timnya selama satu tahun, juga rencana kerja yang akan dilakukan KKP tahun depan.

Data BPS menunjukkan bahwa PDB perikanan berangsur-angsur dari tahun 2011 (Rp 154.545,2 triliun) hingga tahun 2017 (Rp 227.278,9 triliun).

Pada kuartal III tahun 2018, Indonesia mendapatkan PDB sebesar Rp 59.984,3 triliun dari sektor perikanan berdasarkan harga konstan. Angka ini naik 3,71 persen dari kuartal III tahun 2017 yang hanya sebesar Rp 57.836 triliun.

Kenaikan berjalan seiring dengan pertumbuhab besaran produksi perikanan kuartal III 2018, yakni 6.242.846 ton, naik 1,93% dari kuartal III 2017 yang sebesar 6.124.522,8 ton. “Nilainya (kuartal III tahun 2018) Rp 6,242 triliun, dibandingkan kuartal III tahun 2015 saat penertiban itu Rp 5,363. Ini kenaikannya tinggi sekali, hampir 20%,” ungkap Susi.

Komponen pembentuk pembangun PDB adalah berdasarkan produk primer. Di KKP, produk primer tersebut berasal dari perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Total produksi perikanan tangkap di laut pada kuartal III tahun 2018 naik 4,19 persen (4.954.822 ton), dibandingkan kuartal III tahun 2017 (4.755.138 ton).

“Biasanya musim tangkap ikan barat dan timur mulai pada bulan Oktober-November. Jadi, biasanya kuartal terakhir tinggi sekali. Januari-Februari mulai turun musim tangkap,” jelas Susi. Ia menambahkan, tahun 2012-2014, di laut Indonesia ada 10 ribu lebih kapal asing yang masih menangkap ikan. Masuk 2014 November, para kapal asing itu berhenti, lalu produksi perikanan Indonesia naik. Saat ini, Menteri Susi mengatakan bahwa semua kapal yang menangkap ikan adalah kapal negeri.

Ia menambahkan, “Saya yakin data tadi pun masih 30-40% unreported. Masih banyak yang melakukan transhipment di tengah laut ke kapal-kapal kolektor asing.” Bisa dikatakan, data di atas merupakan kekuatan asli dalam negeri, mulai dari kapal, modal, serta ukuran kapalnya sudah jauh di atas periode sebelumnya.

Untuk produksi perikanan budidaya (tanpa rumput laut), terjadi peningkatan cukup signifikan pada periode terakhir, yaitu tahun 2016, 2017, dan 2018. Angka pada kuartal III 2018 naik 29,29 persen (5.601.305 ton) dari kuartal III tahun 2017 (4.332.357 ton).

Komoditas yang paling dominan dari peningkatan tersebut adalah patin dan gurame. Pada komoditas patin, terjadi peningkatan 31,76% dari kuartal I-III 2015 ke kuartal I-III 2018 dan pada gurame naik 68,15%.

“Hal ini adalah hasil kerja keras dari karantina yang terus menangkapi impor ilegal ikan patin dari Vietnam. Ini kami stop, sehingga yang selama ini membanjiri restoran dengan ikan dori dari Vietnam sekarang beralih ke patin lokal. Ini menguntungkan para petambak ikan patin yang sebelumnya pada saat saya masuk mengeluh, ikan patin mereka tidak laku, dan akhirnya banyak masyarakat pemberdaya ikan patin yang berhenti. Karena kawan-kawan karantina kencengin (bersikap tegaas pada pengimpor ilegal), kami sudah beberapa kali memusnahkan impor ilegal ikan dori,” jelas Susi.

Terjadi pula peningkatan produksi pada budidaya ikan lele, yaitu sebesar 56,32% dari kuartal I-III 2015 ke kuartal I-III 2018. Hal ini merupakan salah satu keberhasilan program Bioflok, yaitu budidaya intensif lele yang dibagikan pada masyarakat dan pondok pesantren.

Untuk produksi rumput laut, mengalami penurunan pada dua tahun terakhir. Hal ini terjadi karena pada beberapa sentra rumput laut, banyak budidaya rumput laut yang rusak terkena lumut dan ice ice akibat pengaruh cuaca.

“Saya pikir, ini juga salah satu indikasi, perikanan bagus, jadi masyarakat lebih tertarik untuk memancing. Karena harga rumput laut rendah, mereka beralih menjadi nelayan-nelayan pinggiran. Analisa saya, saat ini memancing ikan di pinggir pun sudah dapat ikan. Banyak petani, selain karena perubahan iklim, juga harga rumput murah, banyak yang jadi pemancing ikan. Dulu juga rumput laut adalah alternatif karena ikan makin susah awalnya. Mereka lari ke rumput laut. Tapi kami harapkan, budidaya bekerja keras untuk tetap mempertahankan jumlah seperti 2015 dan 2016, misalnya dengan memperbanyak bibit kultur jaringan,” paparnya.

Prognosa capaian konsumsi ikan tahun 2018 adalah 50,69 kg per kapita, sedikit lebih tinggi dari target 50,65 kg per kapita. Pada 2019, ditargetkan angka ini akan mencapai 54,49 kg per kapita. Salah satu spesies komoditas yang bisa menjangkau daerah yang tidak memiliki garis pantai adalah lele, melalui kolam Bioflok. KKP membangun Bioflok di daerah pelosok dan pedalaman.

Untuk ekspor hasil perikanan, dari segi volume pada Januari-Oktober 2018 angkanya naik 6,22% (862,02 ribu ton) dari periode sama tahun 2017 (915,64 ribu ton). Sementara itu, untuk nilainya naik 10,33% dari US$3.618,84 juta menjadi US$3.992,66 juta.

Data BPS pada Januari-Oktober 2018 menunjukkan bahwa rumput laut menyumbang volume tertinggi, yaitu sebesar 28,27% dari total ekspor komoditas utama sebesar 621,2 ribu ton. Sementara itu, dari sisi nilai, udang memimpin dengan 46,87 persen dari total ekspor semua komoditas utama sebesar US$ 3,12 miliar.

Pada tahun 2019, KKP menargetkan akan mencapai pertumbuhan 11% PDB perikanan. Adapun target angka perikangan tangkap adalah sebesar 8,4 juta ton, perikanan budidaya 10,36 juta ton, dan rumput laut 19,54 juta ton dengan total produksi perikanan sebesar 38, 30 juta ton. Sebesar US$ 9,5 miliar juga diharapkan dapat dihasilkan dari ekspor hasil perikanan pada 2019 dengan jumlah konsumsi ikan 54,49 kg/kapita/tahun.

Tahun depan, KKP akan menerapkan affirmative policy melalui bantuan pemerintah. Susi menjelaskan, “Kami pastikan efisien, tepat sasaran, terbuka, tata kelola baik, dan pendampingan ini. Kami tekankan tahun depan kami bisa meresmikan Poltek Pangandaran, Jembrana, dan Piamari. Ada tiga program yang selesai pada bulan Januari.”

KKP juga mempersiapkan aplikasi bantuan pemerintah sebagai sarana yang dapat diakses semua pihak terkait. KKP membuka diri bagi siapapun yang memerlukan bantuan dari pemerintah, dan aplikasi tersebut dapat mempermudah informasi.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved