Trends zkumparan

Menteri Susi Resmikan Cold Storage 1.000 Ton dan 15 Pembangunan Prioritas Sektor Kelautan & Perikanan

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meresmikan Cold Storage 1.000 ton di Kawasan Perikanan Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Tak tanggung-tanggung, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meresmikan secara serentak 16 pembangunan prioritas kelautan dan perikanan dengan menandatangani prasasti digital pada 10 Oktober 2019. Salah satu yang diresmikan: Cold Storage 1.000 ton di Kawasan Perikanan Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Selain Cold Storage, pembangunan prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) lainnya yang diresmikan adalah Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Sebatik, SKPT Merauke, SKPT Morotai, SKPT Talaud, SKPT Biak, SKPT Mimika, Pasar Ikan Modern (PIM) Bandung, Pabrik Pakan Pangandaran, Embung Pangandaran, Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) Bone, Poltek KP Kupang, Poltek KP Jembrana, Poltek KP Pangandaran, Akademi Komunitas Wakatobi, dan Kantor Karantina Wilayah Kerja Sebatik. Peresmian serentak diberbagai lokasi itu menggunakan video conference yang dipusatkan di Kawasan Perikanan Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Pembangunan 16 prioritas kelautan dan perikanan bisa dikatakan merupakan konsep pembangunan untuk kemajuan usaha perikanan para nelayan dan industri perikanan yang saling melengkapi atau terpadu. Pembangunan cold storage, misalnya, ini bisa dikatakan strategis untuk mengimbangi peningkatan produksi perikanan Indonesia yang terus terjadi akibat dampak dari berbagai kebijakan pengelolaan perikanan KKP. Seperti pada 2018, produksi perikanan Indonesia meningkat 1,41% menjadi 24,49 juta ton dari sebelumnya di 2017 sejumlah 24,15 juta ton. Hal ini merupakan dampak dari peningkatan sektor tangkap maupun budidaya yang masing-masing berkontribusi 1,64% dan 1,53%.

Pemilihan lokasi di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Provinsi DKI Jakarta bukan tanpa alasan. PPS Nizam Zachman merupakan pelabuhan perikanan yang menjadi pusat produksi ikan dan tujuan pendaratan ikan dari sentra-sentra produksi ikan di wilayah Indonesia, khususnya Indonesia bagian timur. Selain itu, PPS Nizam Zachman juga merupakan pusat distribusi ikan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan konsumsi dalam negeri. Oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas penyimpanan yang memadai dan mampu menjawab kebutuhan pasar.

“Cold storage dengan kapasitas 1.000 ton ini akan digunakan untuk menampung ikan yang berasal dari sentra-sentra produksi sehingga pada saat musim ikan, tidak ada lagi ikan yang terbuang dan harga tidak jatuh. Sebaliknya, pada saat musim paceklik stok ikan di cold storage dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan konsumsi masyarakat. Dengan demikian, ketersediaan ikan sepanjang tahun dapat terjamin dan stabilisasi harga dapat dikendalikan,” jelas Menteri Susi.

Selain cold storage, untuk memelihara sistem rantai dingin, KKP juga telah menyerahkan bantuan lebih dari 600 unit ice flake machine ke berbagai sentra-sentra penangkapan ikan di Indonesia.

Sementara Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDS), Agus Suherman mengungkapkan, cold storage yang dibangun ini juga diperuntukkan bagi nelayan kecil dengan biaya sewa yang sangat murah sebesar Rp25 per kg per hari.

“Dengan biaya sewa yang murah, diharapkan nelayan tidak lagi terkendala dengan tempat penyimpanan ikan berpendingin, sehingga menjamin kualitas secara jangka panjang,” katanya.

Agus juga menyampaikan, cold storage ini selama tiga bulan masa percobaan akan dikelola oleh KKP. Setelah itu akan dilimpahkan kepada lembaga atau perusahaan BUMN sesuai ketentuan yang berlaku. “Saat ini masih di kelola oleh KKP. Uji coba selama lebih kurang 3 bulan. Nanti setelahnya ditentukan pihak pengelolalnya,” tambahnya.

SKPT Gerakkan Ekonomi Lokal

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Susi menjelaskan bahwa pembangunan SKPT merupakan salah satu implementasi Nawacita ke-3, yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.” Hal ini juga sesuai dengan semangat mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan nasional.

Meresmikan secara serentak 16 pembangunan prioritas kelautan dan perikanan di berbagai wilayah Indonesia.

“Pulau terdepan kita yang letaknya terluar atau di perbatasan, kehidupan dan kesejahteraannya sangat penting diperhatikan untuk strategi keamanan dan perdamaian Indonesia dan terutama juga regional. Kalau sampai ada pulau terdepan kita yang memilukan dan menyedihkan, pertama, image Indonesia menjadi tidak bagus. Kedua, rawan untuk disusupi dengan hal-hal yang tidak baik dari luar, misalnya sebagai tempat penyelundupan,” tutur Menteri Susi.

Ia menambahkan, pembangunan SKPT ini bertujuan untuk menggerakkan ekonomi lokal, dan juga menjaga ketahanan pangan. Selain itu, SKPT juga akan mendorong pendapatan devisa melalui ekspor, dan meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mengatur tata niaga dan mengelola sektor kelautan dan perikanan dengan baik.

“Saya ingin membangun pulau terdepan ini bukan sebagai basis illegal fishing atau ilegal komoditi ekonomi dan lain sebagainya. Pulau terdepan kita harus menjadi sentra kegiatan ekonomi dan pertahanan negeri kita,” tegasnya.

“Kita punya 111 pulau terluar. Minimal 50-nya bisa menjadi sentra ekonomi Kelautan dan Perikanan. (Jika tercapai) itu luar biasa. Apalagi misalnya 20-nya bisa jadi sentra kelautan yang besar yang bisa menghasilkan devisa triliunan,” lanjutnya.

Harapan ini bukan tak terukur. Perkembangan yang menggembirakan telah terlihat di lokasi-lokasi SKPT yang telah berhasil menggerakkan ekonomi masyarakat lokal.

Sebut saja SKPT Natuna. Dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu, Menteri Susi mengetahui fakta bahwa di SKPT Natuna, untuk produk gurita saja, Perum Perikanan Indonesia (Perindo) telah membeli hingga Rp5 miliar per bulannya. Jumlah tersebut belum termasuk nilai jual gurita yang dibeli oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Belum lagi komoditas perikanan lainnya seperti kakap, tongkol, layang, dan lainnya.

Begitu pula di SKPT Sebatik yang baru diresmikan. Pada periode Januari hingga awal Oktober 2019, ekspor perikanannya sudah mencapai Rp1,5 triliun rupiah. Adapun SKPT Merauke sudah mampu mengekspor hingga 15.000 ton produk perikanan. “Jika 15.000 ton dikali dengan USD1 per kg, berarti sudah USD15 juta. Nilai yang fantastis dan luar biasa,” cetusnya.

Ia berpendapat, keberadaan SKPT ini dapat menjadi tempat bisnis komoditi perikanan yang memberikan masukan devisa bagi negara. Namun, Indonesia masih memiliki PR untuk membuka akses langsung ekspor dari sentra-sentra perikanan tersebut ke negara tujuan ekspor. “Jangan sampai kontainer dari Natuna harus bawa ke Jakarta, dari Jakarta baru ke Jepang. Padahal Natuna – Jepang lebih dekat,” imbuhnya.

Dari beberapa lokasi SKPT yang baru diresmikan, terdapat beberapa yang belum dapat melakukan ekspor. Untuk itu, Menteri Susi mendorong agar pemerintah daerah segera menjalin kerja sama dan MoU guna mendorong geliat usaha perikanan untuk memanfaatkan potensi yang besar di daerah. Seperti yang terjadi di SKPT Mimika.

Bupati Mimika, Eltinus Omaleng yang turut hadir dalam kegiatan peresmian di Jakarta mengatakan, Kabupaten Mimika potensinya luar biasa. Sejak dibangunnya SKPT, kegiatan perikanan pun berkembang maju karena telah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti TPI, cold storage, ice flake machine, dan sebagainya. Akan tetapi, SKPT Mimika belum dapat melakukan ekspor karena belum dilakukan kerja sama.

Menurutnya, keberadaan SKPT Mimika sudah menambah jumlah kapal yang beroperasi. Hingga 2019 tercatat 648 kapal telah mendarat di SKPT Mimika. Namun produksi perikanan yang dihasilkan masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan lokal saja.

Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo, Menteri Susi, dan Direktur Bisnis Mikro Bank BRI Supari. Perjanjian Kerja Sama dengan Bank BRI tentang Pencetakan Kartu Pelaku Utama Sektor Kelautan dan Perikanan (KUSUKA)

“Melihat laporan dari daerah lain (melalui teleconference), kami jadi bersemangat. Kami juga ingin seperti daerah-daerah lain tersebut karena fasilitas kami sudah punya dan lebih dari 600 kapal sudah beroperasi. Kami akan melakukan upaya-upaya pengembangan supaya PAD kita dapat meningkat,” tekadnya.

Di Pangandaran, Jawa Barat untuk mendorong kegiatan budidaya, KKP juga meresmikan pabrik pakan mandiri dan embung. Pabrik pakan mandiri ini hingga September 2019 telah memproduksi 70,8 ton pakan ikan. Sebanyak 57,7 ton telah terdistribusi sebagai bantuan bagi pembudidaya ikan.

Sementara pembangunan embung difungsikan sebagai pengembangan budidaya berbasis penangkapan (Culture Based Fisheries/CBF), pengendali banjir, menjaga ketersediaan air, alternatif tempat olahraga (jogging, kano), tempat bermain, dan rekreasi (wisata).

Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan, keberadaan pabrik pakan akan difungsikan untuk pengembangan budidaya ikan baik laut maupun darat. Ditambah dengan pembangunan embung, ia optimis kegiatan budidaya di Pangandaran akan meningkat.

“Masyarakat biasanya menanam ikan yang tidak bernilai ekonomi tinggi. Dengan adanya pabrik pakan, kita akan mendorong orang-orang untuk melakukan budidaya yang memiliki nilai komersil yang tinggi. Misalnya ikan patin. Sebenarnya budidaya ikan patin kan mudah dilakukan terlebih jika sudah ada dukungan pakan ikan, ini akan sangat membantu. Tinggal nanti dilakukan pembinaan dan sosialisasi mengenai penguasaan teknologi budidaya sehingga biaya produksi semakin rendah,” paparnya.

Setelah komoditas perikanannya tersedia, maka dibutuhkan sentra bisnis kelautan dan perikanan untuk pemasarannya. Untuk itulah dibangun PIM, seperti PIM Bandung yang baru diresmikan. PIM akan menyediakan pasokan produk perikanan bermutu, aman dikonsumsi, dan terjangkau harganya.

Sementara untuk menciptakan sumber daya manusia kelautan dan perikanan yang unggul, berkualitas, berintegritas, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam kesempatan tersebut KKP meresmikan 4 Poltek KP dan Akademi Komunitas Wakatobi.

Adapun untuk mendukung pengawasan lalu lintas produk kelautan dan perikanan, jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, KKP juga meresmikan Kantor Karantina Wilayah Kerja Sebatik, Kalimantan Utara.

Tak hanya peresmian program-program prioritas, dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dengan Bank BRI tentang Pencetakan Kartu Pelaku Utama Sektor Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) dan penyerahan Sertifikat Pengelola Gudang Ikan Beku di Bacan Maluku Utara dari BAPPEPTI kepada PT Perinus selaku pengelola dengan Sistem Resi Gudang, dan Balai Besar Pengolahan dan Pengujian Hasil Perikanan KKP selaku Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) uji mutu.

Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo dalam sambutannya menyebut, sistem resi gudang ini sudah diberlakukan untuk komoditas rumput laut dan garam di beberapa lokasi. “Besar harapan kami, penerapan sistem resi gudang di sektor kelautan dan perikanan akan menjadi salah satu solusi bagi pelaku utama usaha untuk mendapatkan akses pembiayaan dan menjaga harga jual produk pada tingkat yang wajar,” pungkasnya.

swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved