Technology Trends zkumparan

Metrodata Solution Day 2018 Fokus 8 Pilar Solusi

Industry 4.0 makin banyak digaungkan. Sejatinya ini memang sudah harus menjadi perhatian para pelaku bisnis. PT Metrodata Electronics Tbk (Metrodata) perusahaan yang bergerak di industri teknologi informasi mendorong aweness pelaku bisnis tentang pentingnya digital revolution menjadi bagian dari Industry 4.0.

Untuk itu Metrodata kembali menggelar Metrodata Solution Day 2018 (MSD2018) dengan tujuan utama untuk mengedukasi pasar, khususnya masyarakat TI Indonesia. Gelaran tahunan ini juga menjadi ajang informasi solusi terkini yang dibutuhkan bagi pelanggan.

Pada gelaran ini MSD 2018 akan fokus pada 8 pilar solusi yang menjadi fokus Metrodata yaitu Cloud Services, Digital Business Platform, Big Data & Analytics, Security, Consulting & Advisory Services, Managed Services, Hybrid IT Infrastructure, dan Business Application. Tema yang diusung tentu terkait dengan yang sedang didorong Pemerintah Indonesia Making 4.0 yaitu Industry 4.0: Digital Revolution.

Menurut Susanto Djaja, Presiden Direktur PT Metrodata Electronics Tbk digital revolution berada di jantung transformasi menyeluruh dari rantai nilai (Value Chain) dalam dunia bisnis. Penciptaan kembali secara digital yang sukses akan melibatkan penggambaran ulang secara mendasar bagaimana sebuah organisasi beroperasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Industry 4.0 mendigitalkan dan mengintegrasikan proses secara vertikal di seluruh organisasi, dari pengembangan produk dan pembelian, melalui manufaktur, logistik dan layanan. Semua data yang mencakup proses operasi, proses efisiensi dan manajemen kualitas, termasuk rencana operasi tersedia secara tepat waktu, didukung oleh augmented reality (realitas tambahan) dan dioptimasikan dalam sebuah jaringan terintegrasi.

Kekuatan teknologi digital telah membuat dislokasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, mengubah bisnis secara mendasar. Industri telah mengalami empat gelombang besar revolusi. Revolusi industri pertama terjadi sebagai akibat penemuan mekanisasi, dengan tenaga penggerak berupa air ataupun uap.

Revolusi industri kedua ditandai dengan kehadiran listrik yang mampu menciptakan produksi masal dengan konsep perakitan komponen. Revolusi industri ketiga timbul karena produksi manufaktur dengan mudah dikontrol secara otomatis lewat komputer, menjadikan produksi makin efisien. Dan industri 4.0 ditandai dengan sistem fisik-siber yang dimungkinkan dengan bersinerginya tiga kekuatan: Internet of Things (IoT), Cloud Computing, dan Cognitive Computing.

Industry 4.0 juga dikenal sebagai manufaktur cerdas, karena seluruh rantai proses otomasi produksi dikontrol lewat AI yang tersusun atas algoritma rumit yang (berusaha) meniru kecerdasan manusia. “Perkembangan TI saat ini terlihat luar biasa cepat, berbagai aplikasi dapat dengan mudah ditemukan dan diunduh melalui teknologi Cloud Services dan Digital Business Platform. Saat memasuki Industry 4.0, kita harus secepat mungkin memulai memetakan dan melaksanakan revolusi digital, jika tidak maka kita akan tertinggal jauh,” tutur Susanto. “Sekarang atau tidak sama sekali,” tegasnya.

Susanto memandang revolusi Digital ini adalah keniscayaan,sudah banyak yang memulai, dan infrastruktur Indonesia sudah jauh lebih siap. Sedangkan tantangannya adalah kompetisi makin terbuka, bagaimana membuka peluang pasar, bisa beradopsi dengan generasi milenial. “Perubahan besar dalam dinamika bisnis yang semakin cepat, data yang dihasilkan dan kesiapan akses teknologi dalam hidup kita, adalah ciri khas dari revolusi industri keempat. Bagi perusahaan, transformasi digital kini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan,” tambah Catherine Lian, Managing Director, Dell EMC Indonesia.

Catherine menjelaskan transformasi digital kini bukan lagi opsional seiring meningkatnya penggunaan analitik data, semakin banyaknya produk yang lebih cerdas yang menggunakan software dan sensor, serta analitik yang diperlukan untuk mempertahankan siklus yang diterapkan para pemimpin pasar dan provokator.” Jadi, bagi perusahaan, pilihannya adalah menjadi provokator perubahan status quo atau terganggu oleh mereka yang mengadopsi teknologi digital,” katanya.

Lebih jauh Catherine memandang bisnis yang dapat memperluas rantai pasok data memiliki keunggulan kompetitif dalam ekonomi digital. “Mengungguli kompetisi Anda dengan visibilitas inventori real-timedimanapun-dengan DSI Cloud Inventory, Services dan mobile-first supply chain apps. Menerapkan on-premise atau di cloud untuk mendapatkan info, berbagi, menganalisa dan bertindak atas investarisasi dari perangkat ponsel,” jelasnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved