Marketing Trends

Minimarket Lebih Unggul di Persaingan Ritel Modern

Minimarket Lebih Unggul di Persaingan Ritel Modern

Penutupan gerai Ramayana Departement Store di 8 lokasi hingga Agustus tahun ini membuat publik terhenyak. Beberapa pihak menyebut ini dikarenakan penurunan daya beli masyarakat. Hal ini dibantah Josep Setiawan Edy, pengamat ritel yang juga pendiri dan CEO PT Citra Mitra Nusantara. Mengutip riset AC Nielsen, pria yang pernah menjabat sebagai Direktur Operasional PT Hero Supermarket Tbk ini memandang pertumbuhan ekonomi makro yang masih diangka 5 itu lumayan bagus.

“Terjadi perubahan perilaku konsumen segmen menengah yang terus bertumbuh dan besar jumlahnya. Ketika kebutuhan pokok mereka sudah terpenuhi, terjadi stagnansi di sini. Mereka jenuh dengab ritel modern yang menawarkan produk yang sama saja dengan mini market, akhirnya lebih memilih gerai yang paling dekat dengan rumah,” ujarnya saat Seminar dan Workshop Kiat Sukses Mengelola Mini Market di Serpong.

Ia menambahkan, terjadi perubahan perilaku kelas menengah, shifting spending dari sekadar kebutuhan sehari-hari menjadi ke arah leasure. “Kita lihat setiap weekend Bandung dan Bali selalu macet, tempat wisata ramai,” ujar mantan Retail Managing Director Modern Group dan Executive Director PT Indomarco Prismatama ini.

Diungkapkan Josep, justru di tengah kondisi ritel yang terlihat lesu, pertumbuhan minimarket masih 7 persen, diatas pertumbuhan industrinya. “AC Nielsen mengungkap data ini. Pertumbuhan ritel nasional 3,7 persen. Dengan rincian pertumbuhan modern trade 4,8 persen, pasar tradisional 2,9 persen. Pertumbuhan supermarket dan hypermarket hanya 0,4 persen,” katanya.

Problem konsep hypermarket, lanjutnya, selain tumbuh hanya 0.4 persen juga harus berhadapan dengan biaya operasional dan capex yang tinggi. “Konsumen sekarang kalau hanya beli minyak, sabun, dan kebutuhan pokok rumah lainnya memilih yang di dekat rumah. Mereka sudah tidak nyaman dengan antrian dan kemacetan. Masyarakat makin cerdas belanja tidak harus jauh-jauh,” tegasnya.

Dulu ada beberapa produk yang hanya dapat ditemui di hypermarket, sekarang barang apa pun di minimarket ada terutama yang terkait kebutuhan sehari-hari. “Saya memprediksi tahun depan pun pertumbuhan minimarket masih 7 persen. Karena gaya hidup golongan menengah memang sudah berubah. Masyarakat makin cerdas,” ujarnya.

Menurutnya, pengelola hypermarket harus refind tune atau mencari lagi apa sebenarnya yang dibutuhkan konsumen. “Store size, service, produk, yang mini market bener-benar tidak bisa penuhi, bisa dengan one stop shopping. Mini market itu top up, bukan saingan mereka,” katanya.

Josep meyakinkan peluang minimarket cukup bagus ke depan. Ia menyarankan,agar tetap sehat dengan kekuatan jumlah toko yang ada dimana-mana bisa dijadikan kekuatan. “Jual apa saja sesuai perkembangan dunia digital. Cabang yang banyak bisa jadi delivery point, collection poin dan payment channel,” kata Josep yang juga konsultan bisnis ritel ini.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved