Management Trends zkumparan

Modalku Terapkan TARIF dalam Pengelolaan Bisnis untuk Sustain dan Bertumbuh

Reynold Wijaya Co-founder and CEO Modalku

Bisnis yang berkelanjutan merupakan tujuan setiap pemilik usaha. Salah satu upaya mencapai tujuan teraebut adalah menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam pengelolaan usahanya. Tidak mudah, namun ini bisa menjadi fondasi bisnis yang kuat. Hal inilah yang disadari sejak awal Modalku, startup fintech P to P lending.

Reynold Wijaya Co-founder and CEO Modalku mengatakan sejak awal didirikan pada Januari 2016 perusahaan rintisan ini sudah membangun misi yang kuat yaitu membantu pendanaan UMKM di Indonesia. “Kami ingin membantu mengurangi finansial gap di Indonesia dengan cara mendemokratisasikan kapital atau modal dari pemberi pinjaman kepada peminjam. Jadi kami menyambungkan pemilik modal berlebih kepada yang membutuhkan modal, sejak awal kami fokus untuk productive lending,” katanya saat melakukan wawancara khusus dengan SWA belum lama ini.

Ia menyebut saat ini sudah ada 3 juta pinjaman yang diberikan Modalku untuk pelaku UMKM. Secara total, Modalku yang beroperasi bukan saja di Indonesia, tapi juga Singapura, Malaysia dan Thailand jumlah keseluruhan pinjaman yang sudah disalurkan besarnya Rp 20 triliun. “Tapi khusus di Indonesia bisa dibilang sekitar belasan triliun rupiah, jadi termasuk mendominasi pinjaman yang tersalurkan,” ungkapnya.

Mengingat usahanya adalah fintech P to P lending, menurut Reynold, Modalku secara konsisten menerapkan prinsip GCG yang dijabarkan dalam konsep TARIF (Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, Fairness) “Dalam hal transparency, kami secara detil menjabarkan informasi produk, syarat, ketentuan, biaya-biaya terkait, baik ke pengguna maupun kami sampaikan di website, tidak ada yang kami sembunyikan,” ujarnya.

Sedangkan dalam hal Accountability, manajemen Modalku mengaku menjalankan sistem pengendalian internal dan manajemen risiko yang efektif. Modalku juga mengevaluasi kinerja perusahaan dan jajaran secara berkala sesuai dengan nilai-nilai perusahaan.

Dalam hal Responsibility, Modalku berupaya mengelola perusahaan dengan tunduk prinsip korporasi yang sehat, mengikuti anggaran dasar yang berlaku, peraturan perusahaan dan aturan pemerintah. Lalu untuk Independency, perusahaan diwajibkan menjalankan fungsi, tugas, dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan anggaran dasar perusahaan.

“Kami harus bekerja sesuai SOP masing-masing, kode etik dan peraturan perusahaan, setiap keputusan diambil untuk kepentingan lebih luas dan objektif,” tegasnya. Sedangkan Fairness yang dijalankan Modalku adalah berupaya memenuhi kesetaraan kepetingan stakeholder (regulator, peminjam, pemberi pinjaman, partner, investor dan karyawan Modalku). Setiap kali ada transaksi pinjaman, ada perjanjiannya yang dipaparkan secara transparan dan jelas.

“Bukan masalah mahal dan murah, kami jelaskan apa keuntungan dan risikonya, baik bagi peminjam maupun pemberi pinjaman,” tuturnya. Menurut Reynold yang terpenting values perusahaan yang baik dan dijalankan sebenarnya dari atas ke bawah. Kultur yang baik akan terbentuk dengan baik jika sudah dimulai sejak awal perusahaan dibangun. Ada lima values perusahaan di Modalku. Reynold menjelaskan budaya di Modalku: Pertama, test-measure-act, selalu miliki rasa ingin tahu dan perbarui diri sendiri melalui inovasi dan eksperimen. “Sebagai startup kita harus selalu menciptakan dan melahirkan inovasi, jangan takut melakukan hal-hal baru,” ujarnya.

Kedua, serve with obsession, dengan obsesi terhadap pelanggan, kita akan membangun hubungan jangka panjang yang sama-sama menguntungkan. Ketiga, enable teamwork, disable politics, bahwa kita hanya akan sukses bila berhasil membangun kebersamaan.

“Kita harus terus membangun kebersamaan untuk mencapai hasil terbaik,” ujarnya. Keempat, grow relentlessly, mencapai potensi terbaik yang ada dalam diri Anda. Kelima, Focus on Impact, maksudnya harus bisa menciptakan dampak dengan aksi yang nyata dan hasil yang jelas. “Bagaimana kita bekerja bukan sekadar bekerja saja, capai saja, tanpa menghasilkan, jadi harus bisa memberikan impact, jangan takut gagal,” jelasnya.

Ada banyak cerita di fintech lending, menagih ke customer dengan kasar, bagaimana menurut Anda? Dijelaskan Reynold, bahwa misi sejak awal Modalku justru terhindar dari hal tersebut. Mengapa? P to P lending yang menggarap sektor produktif justru lebih disiplin dalam hal pembayaran.

“Harus diakui peminjam di Indonesia banyak yang bandel, sangat disayangkan, tapi kita harus lihat dari dua sisi. Memang ada pelaku yang keterlaluan menagihnya, tapi di sisi lain, peminjam yang mangkir dan bandel pun merugikan usaha. Beruntungnya di Modalku, penagihan bukan jadi masalah. Di masa pandemi seperti sekarang, diakui banyak UMKM mengalami krisis, kondisinya memang tidak bisa ditagih, kami tahu orangnya ada sedang berusaha dan tidak kabur, kami tawarkan restrukturisasi dan juga keringanan,” paparnya.

Selain itu, Modalku berprinsip kepada peminjam jangan sampai mencekik mereka, apalagi diketahui mereka sudah berusaha mencari jalan keluar dari krisisnya. “Rata-rata UMKM kami bagus atitude-nya dalam meminjam, karena UMKM mereka paham kita harus saling win-win,” jelasnya.

Ia menegaskan bahawa tata kelola usaha yang baik itu sangat penting di fintech lending, karena merupakan fondasi. “Kita tidak akan bisa berkembang kalau GCG tidak dijalankan, fondasi rapuh akan dengan cepat roboh. Modalku bisa terus bertumbuh itu karena kami menjalankan value perusahaan secara konsisten,” terangnya.

Di tahun 2020, Modalku terus tumbuh walau kondisi bisnis keseluruhan saat pandemi turun. “Bisnis kami hampir dua kali lipat tahun lalu,” ungkapnya. Pemberi pinjaman di Modalku yang terdaftar pun terus tumbuh, walau tidak disebutkan jumlah pastinya, menurut Reynold sudah mencapai ratusan ribu lender. “Target tahun ini tentu ingin tumbuh secara stabil, tidak terlalu agresif, karena dalam kondisi sepeeti sekarang ini, tidak baik kalau terlalu agresif. Kami butuh kolaborasi untuk terus mendorong bisnis lebih baik lagi ke depan,” ujarnya mengakhiri penjelasan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved