Management Trends

Muliaman: Kami Telah Melalui Up and Down

Muliaman: Kami Telah Melalui Up and Down

Tidak terasa sudah 5 tahun Muliaman Darmansyah Hadad memimpin Otoritas Jasa Keuangan. Pada akhir Juli nanti, ia akan menyerahkan estafet kepemimpinan kepada Wimboh Santoso. Dalam perjalannya, banyak suka duka yang ia ungkapkan. Salah satunya bagaimana pada awal terbentuk, keberadaan OJK digugat ke Mahkamah Konstitusi oleh Tim Pembela Kedaulatan Ekonomi Bangsa. “Beruntung semua bisa dilalui dengan baik. Gugatan itu akhirnya ditolak oleh MK, dan justru malah menguatkan posisi OJK sebagai peawan industri keuangan, ” ujarnya ketika berbincang dengan Forum Pimred di acara buka puasa bersama.

Jika mengingat ke belakang, ia mengatakan ada beberapa isu yang telah banyak menarik perhatian baik masyarakat maupun indutsri keuangan secara umum. Salah satunya misalnya isu hadirnya financial technology (fintech) yang banyak dicermati lantaran telah menjadi disrupsi, dan isu resiplokal bank. Untuk fintech sendiri, ia menegaskan bahwa OJK telah hadir untuk menjembatani perkembangan industri fintech. Beberapa aturan telah dikeluarkan khususnya bagi fintech-fintech peer to peer landing atau pinjam meminjam. “Kami lakukan bechmarking dengan berbagai negara bagaimana baiknya dalam mengatur fintech,” ungkapnya.

Dari benchmarking tersebut, ia mengatakan apa yang diterpkan di Singapura dan Malaysia, menjadi alternatif yang layak diikuti, yaitu dengan tidak membatasi ruang gerak fintech secara berlebihan. Para fintech yang jumlahnya per Januari 2017 tercatat 165 fintech akan terus dipantau model bisnisnya. “Dalam satu tahun mereka harus bisa membuktikan model bisnisnya bisa lanjut atau tidak,” kata Muliaman. Kalau memang terbukti bisa sustain, kemudian OJK memberikan izin.

Prinsip ini ia sebut sebagai pendekatan regullatory sandbox. Dengan pendekatan ini diharapkan pelaku fintech memiliki ruang eksperimen yang cukup bagi para pelaku fintech. OJK, dilain pihak juga, kata dia, baru saja meresmikan terbentuknya Forum Pakar FinTech (FinTech Advisory Forum) sebagai wadah pengembangan arah industri FinTech, yang akan memfasilitasi dan memastikan koordinasi antarlembaga, kementerian, dan pihak-pihak terkait dengan pelaku start-up FinTech berjalan dengan lancar, konsisten dan konstruktif.

Forum Pakar FinTech ini beranggotakan individu-individu yang dinilai berkompeten di bidang teknologi informasi dan dinamika dalam bidang inovasi digital keuangan yang berasal dari Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Badan Ekonomi Kreatif, Bursa Efek Indonesia, Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI, Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA), Asosiasi Fintech Indonesia, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Universitas Indonesia; dan Institute Teknologi Bandung.

Pesatnya perkembangan bisnis Fintech di Indonesia, ia tegaskan, harus disikapi secara proporsional, sehingga kapasitas inovasinya dan inherent risk seperti kualitas perlindungan konsumen, pelanggaran tindak pidana pencucian uang dan pembiayaan terorisme, serta stabilitas sistem keuangan dapat dikelola dengan baik dan memberikan manfaat yang optimal. “Industri ini industri yang masih baru, jadi aturan yang kami buat pun tidak terlalu mengekang, agar mereka bisa tumbuh,” ucapnya.

Adapun tentang isu kesetaraan atau resiplokal dalam konteks bank, ia mengatakan setiap hari OJK selalu mencatatkan perkembangan cukup positif. Dalam waktu dekat, ia mengatakan Bank Mandiri akan segera punya kantor fisik di Malaysia. Tak hanya itu, OJK juga sudah menandatangani Letter of Intent dengan Bank of Thailand (BoT) dan Bank Central Filipina. “ Banyak bank kita mau buka di indocina,” ungkapnya. Langkah penandatangan LoI dengan Thailand dinilai sebuah langkah strategi jangka panjang. Seperti diketahui, Thailand merupakan pusat hub di wilayah Indocina. “Kalau sudah bisa masuk sana, masuk ke tempat lain jadi lebih mudah,” ujarnya.

Terlepas dari banyak hal konkrit yang telah dilakukan OJK dalam lima tahun belakanga, Muliaman secara rendah diri mengatakan masih meninggalkan pekerjaan rumah bagi pemimpn selanjutnya. Hanya saja, pekerjaan rumah tersebut sifatnya hanya dalam konteks penyempurnaan saja. “Baik penyempurnaan yang difatnya internal maupun eksternal,” ujarnya. Salah satu penyempurnaan yang ia contohkan seperti tentang bagaimana kompetensi pegawai struktur organisasi dan infrastruktur internal . “Karena menurut saya hal yang kami miliki saat ini masih sangat Silo,” ia menambahkan.

Berikut sebagian pemaparan Muliaman ketika memberikan kata sambutan di depan Forum Pimred yang dituliskan format bertutur.

“Pada kesempatan ini saya ingin ucapkan banyak terimakasih atas persahabatan dan pertemanan yang telah terjalin selama ini. Sebab walau bagaima pun juga OJK butuh dukungan dan tidak bisa berkerja sendiri untuk mengatasi isu isu industri keuangan yang dinamis

Kami bersyukir bisa mengarungi 5 tahun ini relatif baik. Kalau saya flashback ke belakang, saya ingin cerita sedikit, lima tahun perjalanan OJK. Seperti kita tahu Undang-Undangnya OJK telah ada tahun 2011. Namun demikian Anggota dewan komisioner baru terpilih 2012. Karena masih lembaga baru, awalnya tentu saja tidak ada infrastruktur pendukung, hanya ada bantuan sementara dari lembaga eksisting ada Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.Di tahun tahun awal saya juga ingat berul bagaimana kami berpindah-pindah kantor dari kantor di BI lantai 25, lalu di ke Bidakara menyewa dua lantai di sana, lalu ke menara Indosat dan sebagainya.

Kalau dilihat perkembangan OJK ini penuh sejarah dan dinamika. Bisa dibilang kami memulai sesuatu yang belum ada aturanya mainnya. Karena blm ada aturan mainnya, maka hal pertama yang kami buat telebih dahulu ialah taturan main tentang rapat. Hal yang kami lakukan pertama kali adalam membuat pedoman rapat itu sendiri. Dalam enam bulan pertama kami siapkan terlebi dahulu soft infrastrutur, baru kemudian 6 bulan setelahnya, baru lah masuk kawan-kawan dari Bapepam, dan Bank Indonesia satu tahun kemudian.

Pada awal berdiri kami mempunyai 24000 pegawai, dan hari ini alhamdulilalh sudah 4000 pegawai. Masuknya orang-orang dalam berbagai bidang . Tidak hanya fresh graduated, tapi ada juga di level pejabat. telah membuat nuansa OJK sudah sangat pasar industri keuangan

Meski lembaga ini lembaga baru dan tengah melakukan persiapan organisasi, kami sadar tidak ada excuse pengawasan bisa lemah. Kami tetap produktif mengeluarkan aturan dan sebagainya. Kami bersyukur itu bisa kita wujudkan dengan baik. Banyak sekali peraturan kita keluarkan. Hampir 200 itu. Jadi saya kira sesuatu yang cukup produktif

Secara garis besar ada dua tantangan yang dihadapi OJK ketika itu. Pertama, Bagaimana mengkonsilidasikan OJK yg bar, dan kedua bagaimana bisa mengawasi sesuai ekspektasi masyarakat. Kita bersyukur yang datang ke OJK sudah ‘barang jadi, alaupun culture-nya berbeda. Tugas besar kami ketika itu yaitu menyatukan perbedaan kultur budaya kerja menjadi satu kesatuan, dan itu saya kira masih berlanjut. Terakhir bisa saya sampaikan ada para 120 ribu orang melamar bekerja di OJK. Angka ini tuntu menjadi hal positif, walaupun sebagai lembaga baru, OJK sudah dikenal baik oleh masyrakat. Sebagai contoh, di Bank Indonesia saja, pelamarnya mungkin sekitar 80.000 pendaftar. Dari 120 ribu orang itu disaring hingga akhirnya ada 300 orang saja yang diterima. Jadi kalaupun misal kita hari ini ikut tes OJK, belum tentu juga akan bisa lulus.

Tapi untuk berikan ganbaran ke bapak-bapak. Kami banyak menerima apresiasi baik lokal maupun luar negeri. Terakhir kami terima dari G20. OJK terpilih sebagai pemenang penghargaan Global Inclusion Award 2017 untuk regional Asia dan Pasifik (CYFI Country Award) dalam The Global Inclusion Awards 2017 yang diselenggarakan oleh Child and Youth Finance International (CYFI) bekerja sama dengan Pemerintah Jerman selaku tuan rumah penyelenggara pertemuan G20 tahun 2017 . Di bidang inklusi keuangan banyak resourchea telah kami lakukan, baik dari inklusinya sampai perlindungan konsumennya. Saya kira ini di recognize masyarakat.

Terdapat beberapa hal yang paling berkesan dari OJK. Salah satunya ketika bangkit dari krisis pada 2015 hingga 2016. Saya ingat 2016 ekonomi kita pada saat itu capital outflow, nilai tukar Rp14.000, waktu itu OJK keluarkan paket kebijakan. Tentu saja nanti bisa dilihat lagi kalau sudah dianggap normal, beberapa kebijakan itu bisa dicabut. Kalau belum terlalu kita bisa perpanjang. Tapi sudah kita lalui up and down gejolak ekonomi global dan OJK telah merespons dengan cukup baik.”


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved