Management Trends

Munadi Herlambang Ajak “Tabayyun” di Hari Lebaran

Munadi Herlambang Ajak “Tabayyun” di Hari Lebaran
Munadi Herlambang

Momen bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H merupakan saat yang tepat bagi berbagai elemen masyarakat untuk tabayyun pasca pesta demokrasi beberapa waktu lalu. Sikap ini merupakan tradisi dan pemikiran dalam Islam yang memiliki konteks dalam peradaban umat manusia.

“Dalam perkembangan seiring perubahan zaman, tabayyun merupakan cara berpikir yang mengedepankan kehatian-hatian dalam menyikapi informasi, situasi dan problem yang dialami umat Islam pada khususnya,” kata Ketua Umum Relawan Jokowi Kerja (Joker), Munadi Herlambang dalam siaran pers di Jakarta (23/5/2019).

Menurut Munadi, dikutip dari laman Doha nstitute.org, tabayyun berakar dari bahasa Arab yang terdiri daridua suku kata, yaitu bayan, yang artinya dalam Bahasa Inggris elucidation dan bayyinah berarti evidence, yang menjelma ke dalam cara-cara dan tujuannya.

Secara harafiah, ini bisa dikatakan sepadan dengan klarifikasi dan bukti dalam Bahasa Indonesia. “Artinya, kita diminta bertanya kepada sumber informasi dan melihat data atau fakta yang ada, dalam ungkapan sederhananya,” katanya.

“Ini merupakan nilai kearifan Islami dalam mendorong adanya kerangka berpikir yang berpijak pada analisa terhadap berbagai hal apakah itu konsep, asumsi, maupun konstruksi dan dekonstruksi argumentasi dan teoritis agar mencapai kesimpulan yang jelas dan landasan yang kuat tentang isu terkait,” katanya lagi.

Era teknologi informasi yang berbasis digital dan ruang publik di media sosial memberikan tantangan nyata dalam menjaga sikap tabayyun dalam masyarakat Muslim maupun kalangan masyarakat lainnya.

“Media sosial menjadi ajang ekspresi, menyatakan pikiran dan pendapat tanpa sekat ruang dan waktu bagi individu maupun golongan yang kadang kala disembunyikan asal-usulnya. Dengan tingkat literasi anggota masyarakat yang masih dalam proses pematangan dan edukasi yang masih dalam proses pemerataan, maka informasi yang muncul demikian mudah dikonsumsi dan dibagikan,” kata Munadi.

Oleh karena tabayyun itu adalah filosofi atau cara berpikir yang mempunyai penerapan dalam berbagai segi kehidupan yang terwujud dalam prilaku dan tindakan di era digital ini, maka kemudahan akses informasi bagi setiap orang mempunyai implikasi yang harus ditanggung.

Munadi pun mengajak berkaca pada proses kenegaraan yang sudah berada di ambang akhir pada saat ini, proses Pilpres dan Pilkada yang hasilnya sudah diumumkan secara resmi oleh KPU pada tanggal 22 Mei 2019 yang baru lalu, tetapi diajukan proses banding ke Mahkamah Konstitusi (MK) oleh salah satu pasangan capres dan cawapres.

Dalam semangat yang didasari tabayyun ini, sebagai Koordinator Joker, Munadi mengajak organisasi kemasyarakatan dan media berita bersama segenap anggota masyarakat untuk mengedepankan prinsip check and recheck dan verifikasi atas berita dan informasi sebelum dibagikan secara meluas di media sosial.

“Kita serahkan proses tabayyun ini agar dijalankan lembaga-lembaga negara yang berkompeten dan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan oleh undang-undang terkait Pilpres dan Pilkada untuk menyelesaikan dalam kapasitasnya. Kita meyakini bahwa Sistem ketatanegaraan juga dibuat berlandaskan prinsip check and balance antar lembaga negara,,” katanya.

Sebagai pribadi, Munadi memiliki harapan bahwa bulan Ramadhan menjadi momen untuk merenung dan introspeksi ke dalam diri, menahan diri terhadap segala cobaan dan godaan dari sekitar yang bisa melemahkan akal sehat. Menyelami makna tabayyun untuk kemaslahatan bagi kepentingan yang lebih besar.

“Hari raya Idul Fitri 2019 ini seakan menjadi momen sakral yang kembali mengingatkan untuk saling memaafkan dan mensyukuri berkah yang ada di sekitar kita. Merajut kembali rasa persaudaraan dengan sesama umat Muslim dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Biarlah kondisi psikis sosial atas perkembangan politik berlalu dan kedamaian hadir di tengah masyarakat,” ujarnya berharap.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved