Marketing Trends

Nilai Transaksi Harbolnas Tahun 2022 Capai Rp 22,7 Triliun

Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) dan NielsenIQ meluncurkan laporan survei Harbolnas tahun 2022 yang bertema Produk Lokal Meraja Indonesia. Nilai transkasi mencapai Rp 22,7 triliun. (idEA)

Nilai transaksi saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang diselenggarakan pada tanggal 11-13 Desember 2022 mengalami kenaikan. Hasil riset NielsenIQ mencatat total nilai transaksi penjualan selama penyelenggaraan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2022 sebesar Rp 22,7 triliun.

Direktur NielsenIQ Rusdy Sumantri menyampaikan, capaian transaksi dalam Harbolnas 2022 tersebut secara nasional meningkat 26% atau Rp 4,7 triliun dibandingkan capaian tahun 2021 Rp 18,1 triliun. Meski secara nasional meningkat, tetapi transaksi di luar Jawa mengalami penurunan.

“Di Jawa meningkat 23% di luar jawa minus 3% dibanding tahun 2021. Untuk penjualan produk lokal menyumbang Rp 10 triliun, naik Rp 1,5 triliun atau 18 persen dari Harbolnas 2021 yang sebesar Rp 8,5 triliun,” kata Rusdy Sumantri dalam konferensi pers “Hasil Survei Harbolnas 2022” yang digelar oleh idEA secara daring, Kamis (12/1/2023).

Meskipun mengalami kenaikan, Rusdy memaparkan bahwa kenaikan nilai transaksi saat Harbolnas 2022 ini tidak sebesar tahun 2021. Pada Harbolnas 2021, peningkatannya mencapai 56 persen. Berdasarkan catatan NielsenIQ, kenaikan Harbolnas 2022 adalah yang terendah sejak 2015.

Menurut Rusdy, penyebab hal tersebut adalah kondisi ekonomi seperti meningkatnya inflasi dan kenaikan harga BBM di akhir tahun 2022. Hal ini membuat pembeli mengurangi jumlah belanja dan atau pindah ke kelompok produk yang lebih murah.

“Pertumbuhan tahun 2022 hanya 26%, sementara di tahun 2021 sampai 56% dari Rp 11,6 triliun ke Rp 18,1 triliun. Bahkan Pertumbuhan tahun 2022 masih lebih rendah dibandingkan tahun 2020 yakni 27%,” ujar Rusdy.

Selanjutnya Rusdy melaporkan, pada saat Harbolnas 2022 produk fashion dan pakaian olah raga menjadi kategori yang paling banyak dicari pembeli. Rinciannya clothes 63%, footwear (sepatu, sandal dll) 39%, aksesoris (hats, jam tangan) 34%, bags and purses 30%, dan muslim clothes (hijab, sarung) 18%.

“Persentase fashion dan sport clothes yang paling banyak dicari oleh responden mencapai 81%. selanjutnya ada kosmetik, personal care, foods & beverages, travel, produk elektronik, teknologi & gadget, bill payment/top up, daily needs, books & stationery, serta hiburan. Kalau fesyen itu yang paling banyak dicari pakaian, sepatu, dan pakaian muslim,” ujarnya.

Rusdy memperkirakan peningkatan terhadap produk fashion dipengaruhi oleh kondisi pandemi yang melandai dan PPKM dicabut. Sehingga mobilitas masyarakat semakin tinggi. “Karena sudah semakin sering bertemu orang, biasanya orang ingin berpenampilan lebih menarik,” ucap dia menguraikan.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved