Trends

Non Motorized Transportation Tingkatkan Kesehatan Publik dan Kelestarian Lingkungan

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan RI, Polana B. Pramesti

Pemanfaatan non motorized transportation secara langsung mendorong masyarakat untuk aktif secara fisik dam meninggalkam kendaraan bermotor. Aktivitas fisik akan menyehatkan jasmani, sehingga terhindar dari penyakit-penyakit non infeksi. Kenyataan data saat ini menunjukkan dari tahun ke tahun penderita penyakit non infeksi di Indonesia semakin bertambah di antaranya karena kurang bergerak. Bahkan data menunjukkan DKI Jakarta merupakan ranking tertinggi penderita diabetes mellitus.

Demikian pernyataan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan RI, Polana B. Pramesti Webinar yang bertajuk “Bermobilitas Harian Dengan Transportasi Publik, Siapa Takut?” di Jakarta (1/4/2021). Hadir juga dalam Webinar tersebut artis dan pegiat lingkungan hidup Nadine Chandrawinata yang juga Pendiri & Executive Director Seasoldier serta Pendiri & Chairman Junior Doctor Network Indonesia, dr. Andi Khomeini Takdir, SpPD.

Polana mengatakan secara empirik terbukti juga tingkat polusi di kawasan Jabodetabek yang bersumber dari transportasi cukup parah. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan bagi kesehatan publik. Salah satu jalan keluarnya adalah semaksimal mungkin menggunakan angkutan umum massal dan non motorized transportation (NMT) serta mengurangi kendaraan pribadi.

Oleh karena itu, kata Polana, pemerintah secara bertahap membangun sistem transportasi perkotaan yang maju berbasis angkutan umum massal terintegrasi di Jabodetabek (BRT, MRT, KRL dan LRT). Sistem transportasi yang maju dan modern yang dibangun pemerintah secara langsung meningkatkan aspek keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna. Hal tersebut sejalan dengan semangat Kementerian Perhubungan untuk meningkatkan kesadaran bersama bahwa masing-masing pihak memiliki peran terhadap keselamatan bertansportasi, baik dari pengguna, regulator, penyelenggara, begitu pula pihak lain yang terlibat.

Polana menjelaskan, pemanfataan angkutan umum massal, prosesnya harus dilihat secara utuh, mulai dari first mile dan last mile. First mile merupakan bertransportasi dari titik awal menuju angkutan umum massal terdekat dan last mile adalah bertransportasi dari titik akhir penggunaan angkutan umum massal menuju tujuan akhir. “Nah proses first mile dan last mile ini seyogyanya dilakukan dengan pemanfaatan non motorised transportasion seperti berjalan kaki atau naik sepeda,” ujar dia.

Menurut Polana, pada masa pandemi Covid-19, NMT menjadi alternatif bermobilisasi yang memunculkan peluang bagi penataan transportasi di Jabodetabek. Dimasa pandemi saat ini, baik bersepeda maupun berjalan kaki merupakan gaya hidup baru yang dijadikan alternatif dalam bermobilisasi. “Selain dinilai lebih aman penggunaan transportasi tidak bermotor diyakini dapat membantu memperbaiki kesehatan,” tuturnya.

Sementara itu, dr. Andi Khomeini Takdir, SpPD mengatakan kebiasaan naik transportasi umum dan NMT sangat terkait erat dengan kesehatan badan dan lingkungan. Menggunakan transportasi umum akan berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas udara sehingga masyarakat terhindar dari gangguan paru-paru. Naik transportasi umum juga menghindari kita duduk berlama-lama di dalam kendaraan pribadi yang tidak baik bagi kesehatan dan membuat stres.

“Naik transportasi umum dan NMT membuat tingkat stres rendah dan asam lambung terjaga. Apalagi, kalau kita memperbanyak jalan kaki atau bersepeda, imunitas kita akan lebih baik. Untuk itu, upaya menjaga kepercayaan publik terhadap transportasi umum dan NMT harus tetap digaungkan walau di masa pandemi agar nanti setelah pandemi menjadi budaya baru. Untuk mobilitas harian, solusinya adalah transportasi publik,” ujar Andi.

Bagi Nadine, sistem transportasi publik terutama dari sisi keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kebersihan akan menjadi image atau pandangan bangsan lain terhadap Indonesia. Selain itu, naik transportasi publik yang ramah lingkungan juga berdampak besar tidak hanya bagi kesehatan lingkungan tetapi juga kesehatan jiwa dan raga. Ini karena asap kendaraan menjadi penyumbang terbesar polusi udara. “Jika polusi udara berkurang kita semua bisa menikmati udara bersih. Jika udara bersih maka kegiatan olahraga misalnya berjalan atau bersepeda juga akan lebih nyaman. Ini baik untuk kesehatan mental, jiwa, dan badan. Sangat banyak hal positif kalau kita naik transportasi umum termasuk lebih hemat dan efisien,” jelas Nadine.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved