Trends Economic Issues zkumparan

Open Banking Percepat Transformasi Digital Perbankan

Saat ini, dari sekitar 400 juta orang dewasa di Asia Tenggara, hanya 104 juta orang yang banked dan menikmati akses penuh ke layanan keuangan. Sementara 98 juta lainnya termasuk ke dalam kategori underbanked, yang artinya mereka memiliki rekening bank namun tidak memiliki akses yang cukup ke layanan kredit, investasi, dan asuransi.

Sisanya, sebanyak 198 juta orang, adalah mereka yang unbanked atau tidak memiliki rekening bank. Di sisi lain, jutaan usaha kecil dan menengah menghadapi kesenjangan yang besar dalam hal pendanaan.

Hal itu terungkap dalam webinar “Open Banking in Indonesia & Singapore” Collaboration for Innovation and Cooperation” yang diadakan oleh Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) bersama dengan ASEAN Financial Institution Network (AFIN), International Finance Corporation, Brankas, dan Beenext.

Dalam webinar tersebut disampaikan bahwa pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada perekonomian nasional, tetapi perilaku masyarakat pun turut berubah. Salah satunya banyak nasabah perbankan konvensional yang kini beralih ke layanan digital sebagai respons atas pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Terkait sistem, kerangka open banking diyakini akan memainkan peran penting dalam mempercepat transformasi digital perbankan. Namun, masalah-masalah yang mengemuka antara lain mengenai standar data, teknis, keamanan, dan tata kelola yang termasuk dalam Open Application Programming Interface (API).

“Sebagai bagian dari visi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025, Bank Indonesia mendorong peran industri perbankan dalam mengembangkan open banking di sistem pembayaran melalui perumusan Standar Open API (Application Programming Interface) dengan keterkaitan antara industri perbankan dan teknologi keuangan,” kata Erwin Haryono, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI.

Asal tahu, Standar Open API adalah bagian dari Visi 2 dan Visi 3 BSPI 2025 yang bertujuan mendukung open banking dalam transaksi pembayaran untuk mendorong transformasi digital di industri perbankan, serta interlink antara bank dan fintech. Menurutnya, standar ini akan diterapkan secara bertahap untuk semua penyedia layanan sistem pembayaran.

Di Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS) adalah lembaga pertama di Asia Tenggara yang merumuskan kebijakan open banking¸ tapi sampai saat ini belum mengharuskan industri perbankan untuk berbagi data.

Imbasnya, bank-bank di Singapura didorong untuk secara terbuka mengembangkan dan berbagi sistem API sebelum tenggat perizinan API mereka. Mereka juga didorong untuk menciptakan sumber daya seperti Daftar API Industri Keuangan, serta mengembangkan pedoman dalam kemitraan dengan Association of Banks in Singapore (ABS).

Untuk memfasilitasi inovasi dan kerjasama antara fintech dan Bank, AFIN pun meluncurkan API Exchange (APIX). Ini adalah platform inovasi yang menampilkan marketplace untuk Fintech dan lembaga keuangan untuk menghubungkan, berbagi ide, dan berinovasi secara kolaboratif dalam sebuah sandbox, dikembangkan dan dioperasikan oleh the ASEAN Financial Innovation Network.

“Kami berusaha untuk menciptakan lingkungan yang kohesif dengan kumpulan API yang telah ada, dan lingkungan desain terintegrasi yang memungkinkan pengguna mengembangkan ide-ide baru,” kata Manish Diwaan, Direktur Pelaksana AFIN.

Sementara itu, Budi Gandasoebrata, Wakil Ketua Umum AFTECH dan Managing Director Gopay, menjelaskan bahwa open banking dapat mendorong kompetisi dan inovasi dalam sektor jasa keuangan Indonesia.

“Kami, atas nama industri fintech, akan terus mendukung Bank Indonesia dalam mewujudkan BSPI 2025. Kami berharap Open API menjadi jembatan yang selanjutnya menghubungkan industri perbankan dan fintech untuk meningkatkan kecepatan inovasi dan inklusi keuangan di Indonesia,” terang Budi.

Todd Schweitzer, CEO & Founder Brankas menambahkan, “Kami sangat senang bermitra dengan bank-bank terkemuka di Asia Tenggara untuk membangun produk perbankan API generasi selanjutnya. Indonesia akan terus menjadi pusat untuk inovasi FinTech dan menjadi contoh kawasan regional, di mana pemerintah, asosiasi industri, dan startup teknologi bersatu untuk mendukung inovasi.”

Webinar ini dihadiri oleh sejumlah tokoh dan praktisi seperti Erwin Haryono (Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia), Budi Gandasoebrata (Wakil Ketua Umum AFTECH dan Managing Director GoPay), Mercy Simorangkir (Ketua Harian AFTECH), Manish Diwaan (Managing Director AFIN/APIX: ASEAN Financial Innovation Network).

Adapula Todd Schweitzer (CEO & Founder Brankas), Dian Kurniadi (Kepala Eksekutif Kelompok Kerja Sistem Pembayaran, COO Jas Kapital dan Direktur DIVA), Ivan Mortimer-Schutts (Spesialis Sektor Keuangan Senior the World Bank Group), Dirk van Quaquebeke (Managing Partner Beenext), dan Subianto (Partner PwC Indonesia).

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved