Trends zkumparan

Pandu Sastrowardoyo dkk. Mengadu Peruntungan di Pasar Blockchain

Jean Daniel Gauthier, Co-Founder Blockchain Zoo

Teknologi blockchain ramai diperbincangkan karena diyakini sebagai teknologi generasi 4.0 dan menjadi salah satu pilar penting dalam mengembangkan sektor industri di Indonesia. Di luar negeri, teknologi blockhain sudah digunakan di berbagai lini bisnis, seperti di perbankan dan kesehatan. Tren ini menjalar ke Indonesia. PT Digital Artha Media (DAM Corp), perusahaan penyedia financial technology (fintech), mengembangkan teknologi blockchain dalam sistem uang elektronik.

Perkembangan industri blockchain kian menggeliat lantaran peluang bisnisnya yang prospektif. Kajian yang dilansir Transparency Market Research menyebutkan, nilai pasar global blockchain pada 2024 diprediksi naik menjadi US$ 20 miliar dari US$ 316 juta di 2015 dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan sebesar 58,7%. Selain itu, merujuk data Deloitte Blockchain Survey 2017, sebanyak 28% dari 308 senior eksekutif di perusahaan Amerika Serikat yang pendapatan usahanya per tahun lebih dari US$ 500 juta (Rp 6,7 triliun) menginvestasikan US$ 5 juta (Rp 67 miliar) untuk pengembangan teknologi blockchain.

Sejumlah perusahaan penyedia blockchain di Tanah Air merespons gejala ini dengan mendirikan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) pada 21 Maret 2018. Keenam perusahaan blockchain itu adalah Blocktech Indonesia, Blockchain Zoo, IndoDAX, Indonesian Blockchain Network, Luno, dan Pundi X.

Blockchain Zoo didirikan oleh Pandu Sastrowardoyo, Roberto Capodieci (warga negara Italia), dan Jean Daniel Gauthier (warga negara Prancis), Lica Gobbo, Barton Johnston, Krisda Leeaphorn, Stefano Griggio dan Lee Willson di pertengahan 2017. Para pendiri Blockchain Zoo adalah profesional yang berpengalaman lebih dari satu dasarwarsa di industri teknologi informasi (TI). Contohnya, Pandu, Chairwoman of the Board of Directors Blokchain Zoo, sebelumnya berkarier sebagai Country Leader di IBM.

Meskipun pendatang baru, Blockchain Zoo berhasil menggaet klien dari dalam negeri dan mancanegara. Sebut saja, FidentiaX dan Tokenomy. Juga, menjalin kerjasama dengan bank-bank daerah yang tergabung dalam Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda). “Kami sebagai konsultan solusi blockchain akan mencocokkan aplikasi blockchain dengan business model klien dengan cara yang menimbulkan added business value,” ujar Gauthier yang sejak tahun 2000 tinggal di Indonesia.

Ia menyebutkan, pihaknya mengedukasi konsumen terlebih dahulu agar menyelaraskan operasional dan bisnis konsumen. “Setelah itu, kami menyiapkan dokumen rekomendasi hingga menyiapkan proyek, cost structure, dan sebagainya. Setelah itu, klien bisa melanjutkan proyek dengan associate kami untuk mengembangkan proof of concept dan proyek blockchain,” papar Gauthier. Menurutnya, mayoritas layanan yang diberikan Blockchain Zoo adalah architecturing, training, konsultasi, dan pendidikan. “Beberapa klien kami perusahaan yang besar, yaitu Bank Mandiri, BCA, BNI, Bank DKI. Selain itu, kami berkonsultasi dengan regulator seperti BI (Bank Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan),” ia menjelaskan.

Menurut Gauthier, blockchain adalah teknologi peer to peer dengan enskripsi yang memungkinkan berbagai pihak bekerjasama. Contohnya, kerjasama antarbank yang berpartisipasi dalam blockhain. Pendek cerita, server data tidak hanya dikelola di salah satu bank saja, tetapi terdesentralisasi. Kendati demikian, keamanan data terpoteksi dan terenkripsi sedemikian rupa sehingga tidak mudah dijebol.

Ke depan, Blockchain Zoo hendak meningkatkan kemitraan bisnis dengan berbagai pihak. Caranya, kata Gauthier, antara lain mengadakan workshop di Jakarta untuk mengenalkan ekosistem blockchain. “Target paling dekat adalah dapat proof of concept yang sangat feasible,” ujarnya.

Menurut Gauthier, potensi bisnis blockchain di Indonesia sangat prospektif karena ekonomi digital di negeri ini masih terfragmentasi. “Blockchain pada intinya adalah kemajuan yang berbasis kolaborasi dan simbiosis mutualisme yang memberikan tambahan insentif bagi pembangunan suatu ekosistem digital,” ia menegaskan.

Reportase: Jeihan Kahfi Barlian/Riset: Hendi Pradika


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved