Management Trends

Peluang Tenaga Kerja Terdidik Indonesia Bekerja di Jepang

Untuk menyosialisasikan peluang kerja dan belajar di Jepang, dirancang konsep yang akan mempersiapkan anak bangsa yang profesional, mandiri berwawasan kebangsaan yang siap berkarier di luar negeri. Untuk itulah PT Duta Global Insan Indonesia (DGII) bersama Universitas Islam As Syafiiyah (UIA) menyelenggarakan webinar internasional bertajuk “Duta Bangsa Menuju Global” dengan tema “Memanfaatkan Bonus Demografi untuk Melejitkan Ekonomi Bangsa”.

Hadir dalam web seminar internasional 3 narasumber dari Jepang yaitu Kazuya Yamanouchi (Presiden Liana Segrus, Co.Ltd), Shinji Kurata (HR Department Advisor, Hitowa Holding Co.Ltd), dan Yoichiro Higashi (GM Business Development Group The Nishiniphon Shimbun, Co.Ltd). Juga, Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo (Komisaris Independen PT Telkom Indonesia dan Ketua Umum Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia).

Direktur Utama DGII Endraswari Safitri menjelaskan, tujuan acara ini untuk menyosialisasikan peluang kerja dan belajar di Jepang.”Target kami adalah anak-anak usia 18-30 tahun untuk bekerja di luar negeri. DGII dan UIA sudah menandatangani Nota Kesepahaman (MOU) dengan Liana Segrus, Co, Ltd – Jepang sebagai Registered Supporting Organization,” ujarnya.

Isi MOU tersebut adalah kerja sama untuk bidang akademik dan pengiriman tenaga kerja terdidik ke Jepang. Pihaknya menjamin, jika anak lulus dalam pendidikan bahasa Jepang dan karakter, maka dapat langsung berangkat ke Jepang. Pada tahap awal, DGII akan fokus kepada program Specified Skill Worker untuk pengirman tenaga perawat (caregiver).

Selanjutnya opening speech disampaikan oleh Rektor UIA, Dr. Masduki Ahmad, SH, MM. Dia menjelaskan, program kerja dan belajar di Jepang ini sangat baik, Kami UIA siap mengawal para calon peserta untuk mempersiapkan tenaga kerja terdidik yang profesional, dan mengajak banyak pihak lain untuk bekerja sama menyukseskan program ini. “Kami sebut program ini adalah sebagai solusi bangsa di tengah masa pandemi Covid 19, “ kata Masduki.

Pemateri pertama Pror. Dr. Ir. Marsudi Wahyu dalam pemaparannya menjelaskan, ke depan Indonesia akan mengalami bonus demografi. Jika tidak dipersiapkan dengan baik akan menjadi permasalahan di bidang ketenaga kerjaan. Ia juga menjelaskan pentingnya mendorong terwujudnya link and match “pernikahan” antara pendidikan vokasi dan dunia industri/dunia.

Pembicara Kazuya Yamanouchi mengatakan bahwa di Jepang sedang mengalami kekurangan tenaga kerja (extreme labor shortage). Menyadari situasi tersebut parlemen Jepang mengeluarkan kebijakan ketenagakerjaan baru melalui amandemen Immigration Control and Refugee Recognition Act, d imana kebijakan baru ini mulai berlaku sejak April 2019 dan akan membuka peluang kerja seluas-luasnya kepada negara lain. Perbedaan kebijakan parlemen Jepang dari yang sebelumnya adalah jika dulu hak dan kewajibannya pekerja asing dibedakan, sekarang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan pekerja Jepang sebagai gambaran dari sisi gaji UMR pekerja Jepang jika di rupiahkan berkisar Rp25 juta.

Pembicara selanjutnya adalah Shinji Kurata memaparkan akan kebutuhan tenaga kerja perawat di Jepang sangatlah besar. Perusahaan yang sudah berdiri sejak 2006, berlokasi di Ark Hills South Tower , Minato-ku, Tokyo ini memiliki jasa pelayanan yaitu pelayanan keperawatan untuk orang tua, anak-anak, individu dan juga jasa pelayanan makanan. “Kami menghadapi problem dan situasi dimana generasi baby boomer akan masuk ke dalam penduduk usia tidak produktif di tahun 2025. Populasi ini akan meningkat 17,8% dari total populasi di Jepang. Sedangkan angkatan kerja produktif di Jepang akan mengalami penurunan, sehingga kebutuhan akan tenaga kerja di sektor keperawatan akan terus meningkat,” jelas Shinji.

Pembicara terakhir adalah Yoichiro Higashi berujar The Nishinippon Newspaper adalah surat kabar yang telah berdiri sejak 1876. NNP ini adalah anggota dari Actis Group Foreign Employment Center (AGFEC) salah satu asosiasi ketenagakerjaan asing di Jepang yang terbesar di Kyushyu. AGFEC ini bertujuan untuk menawarkan lowongan pekerjaan yang tepat bagi pekerja asing di perusahaan-perusahaan yang berada di kota Kyushyu.

Komisaris Duta Global Insan Indonesia. Prof. Ace Suryadi, menjelaskan, program Goes To Japan (GTJ), khususnya intrernship, memungkinkan para mahasiswa untuk berenang bukan hanya di kolamnya sendiri dan dengan gayanya sendiri, tetapi juga berenang di sungai besar bahkan di laut lepas dengan gaya yang lebih kaya.Itu salah satu kebijakan Kampus Merdeka. Indonesia saat ini masih lebih banyak berbicara masalah pengangguran ketimbang solusinya yang nyata dan sistematis. Program GTJ adalah tawaran solusi masalah pengangguran di Tanah Air, memadukan antara informasi excesive labor supply di Indonesia dengan labor shortage di Jepang

“Dalam 10 tahun ke depan, Jepang membutuhkan sekitar 8-10 juta pekerja terdidik Indonesia untuk bekerja di berbagai jenis dan sektor industri. Dengan program GTJ, Indonesia memerlukan investasi Rp 25 triliun untuk membentuk 1 juta lulusan SMK-sarjana yang siap kerja di Jepang, tetapi potensi devisa negara bisa mencapai sekitar Rp1.000 triliun, sebuah investasi yang tidak mudah dicapai oleh BUMN yang besar sekalipun,” ungkap dia.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved