Trends

Pendapatan Garuda Anjlok 90 Persen, 70 Persen Pesawat Dikandangkan

Ilustrasi Sejumlah pesawat Garuda Indonesia Boing 777-300 terparkir di Hanggar perawatan Garuda Maintenance Facility (GMF) Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Ilustrasi Sejumlah pesawat Garuda Indonesia Boing 777-300 terparkir di Hanggar perawatan Garuda Maintenance Facility (GMF) Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebutkan pendapatan perseroan anjlok hingga 90 persen akibat pandemi COVID-19. Karena sejumlah rute tidak beroperasi, sebanyak 70 persen pesawat dikandangkan.

“Untuk Garuda sendiri, pendapatan kami menurun hampir di level 90 persenan. Pesawat kita 70 persen parkir di-grounded. Mayoritas penerbangan itu ‘load factor’-nya (tingkat keterisian) di bawah 50 persen. Jadi ini imbasnya sangat berat bagi Garuda dan maskapai lain,” kata Irfan dalam webinar di Jakarta, Selasa 2 Juni 2020.

Dia menuturkan penerbangan merupakan industri yang sangat terdampak dengan adanya pandemi ini karena mobilitas harus dibatasi, sementara mobilitas merupakan fundamental di industri penerbangan.

Selain itu, lanjut dia, dampaknya juga bukan hanya berhenti di maskapai, melainkan pula di bandara, perhotelan dan restoran ketika penerbangan terganggu.

“Yang lebih berat lagi, maskapai pada dasarnya industri yg sangat ‘capital intensive’ (padat modal) dan marginnya di bawah ‘double digit’. Begitu ada goyangan seperti ini akan sangat goyang sekali. Tadi ada grafik yang menyatakan saat awal Maret menukik drastis mulai dari penumpang dan pendapatan,” katanya.

Namun, lanjut dia, sebagai maskapai nasional (flag carrier), Garuda Indonesia tetap memiliki kewajiban untuk menjaga konektivitas, karena itu pihaknya masih mengoperasikan rute-rute internasional, seperti dari Belanda, Australia, Jepang, Hong Kong, dan Korea Selatan serta rute-rute domestik.

“Buat Garuda, ini situasi unik yang harus dihadapi karena ini bukan semata-mata maskapai yang lain mudah ‘ah saya tutup dulu nunggu nanti kalau sudah baik’. Kami ini ‘national flight carrier’, mandat kami adalah memastikan konektivitas dan menyambungkan antarbangsa,” katanya.

Untuk itu, Irfan menjelaskan, secara perlahan pihaknya menurunkan frekuensi penerbangan di sejumlah rute.

“Secara dinamis kita liat tingkat keterisiannya dan kemudian pelan-pelan kita turunkan frekuensi penerbangannya. Seperti sebelumnya enam kali seminggu ke Amsterdam saat ini hanya sekali seminggu,” katanya.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved