Management Trends zkumparan

Pentingnya Employer Branding Bagi Maybank

Human Capital Director Maybank Indonesia, Irvandi Feriza.

Branding kini bukan hanya urusan marketing dalam membangun sebuah produk pada khalayak umum. Human Resources (HR) juga harus tahu bagaimana menciptakan branding pada calon karyawan atau pegawai perusahaan. HR harus dapat mengomunikasikan hal itu sebagai garda depan yang berhadapan dengan sumber daya manusia (SDM) sebuah perusahaan.

Menurut Human Capital Director Maybank Indonesia, Irvandi Ferizal, HR bagaimana caranya dapat meraih hati dan menginspirasi calon karyawannya. Membangun employer branding dapat dilakukan dengan membangun Employee Value Proposition (EVP) secara jelas. “Menciptakan pembeda, apa yang akan membedakan perusahaannya dengan perusahaan lain. Hal ini harus dikomunikasikan secara konsisten kepada calon karyawan dan karyawan,” ungkapnya.

Perusahaan harus jelas memahami employer branding dari segi branding personality yang dimiliki. Baginya, perusahaan harus aktif membangun persepsi baik dengan konkret melalui program komunikasi yang terarah. Penggunaan media sosial yang efektif dan aktivitas public relations menjadi salah satu cara yang efektif. “Tidak salah jika perusahaan berusaha mendapatkan award dalam sebuah ajang penghargaan yang kredibel dan memiliki reputasi baik. Award tersebut dijadikan sebagai alat untuk umpan balik, mengetahui dimana posisi perusahaan dalam parameter tertentu,” jelasnya.

Irvandi mencontohkan cara yang dilakukan Maybank untuk membangun rasa bangga karyawannya. Cara tersebut salah satunya melalui penggunaan media sosial dengan Instagram #proud2bemaybanker. “Cara ini membuat karyawan dengan senang hati mengomunikasikan aktivitas mereka di perusahaan melalui hashtag tersebut. Hal ini secara tidak langsung menyalurkan rasa bangga karyawan,” ujarnya. Maybank juga melakukan program referral di mana karyawan dapat merekomendasikan teman atau koleganya untuk bekerja di Maybank, dengan reward tertentu. Ini juga menjadi word of mouth marketing tersendiri.

Menghadapi generasi millenial, pergeseran pandangan akan pekerjaan ideal terjadi. Generasi baru ini lebih melihat peluang sebagai self entrepreneur dan mengelola startup business sebagai alternatif yang lebih seksi. Hal ini juga memengaruhi minat mereka untuk kerja di bank sehingga ketersediaan talent semakin terbatas dan retensi mereka di perusahaan menjadi semakin pendek (rata-rata 2 tahun). “Kondisi ini yang menyebabkan talent war, terlebih tidak adanya waktu perusahaan untuk mempersiapkan kandidat dari internal sebagai pengganti,” ungkap Irvandi. Untuk mengatasi kondisi ini perusahaan dapat melakukan talent intelligence mapping atau hire lebih banyak karyawan untuk cadangan. Perusahaan juga dapat melakukan percepatan proses pengembangan Next Generation Leader.

Kesiapan Maybank untuk millenial dengan mulai menyesuaikan kebijakan dan sistem perusahaan yang berorientasi kepada kebutuhan generasi baru ini yang berhubungan dengan percepatan digitalisasi. Kini di Maybank Indonesia, semua akses untuk HR dapat dilakukan hanya dengan one klik melalui ‘MyHR2U.’ Mereka dapat melakukannya di mana saja, kapan saja, bahkan dari gadget. “Di kantor pusat Maybank Indonesia, kami memilki area yang disebut Maybank Lounge, ala café, di mana karyawan dapat lebih rileks berdiskusi, bekerja dengan atmosfer yang lebih santai dan kekinian. Ini yang kami sebut di Maybank sebagai upaya mengembangkan employee experience,” ceritanya.

Secara perlahan Maybank memberikan kesempatan kepada generasi millenial untuk menjadi champion bagi project-project perubahan atau inovasi. Kesempatan visibilitas ini yang diinginkan generasi sekarang eksistensi mereka Dalam lingkup perusahaan. Kemampuan agile pada perubahan, growth mindset, lifelong learning, technology proficiency, dan networking skill adalah kandidat karyawan zaman sekarang.

Reportase: Tiffany Diahnisa

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved