Management Trends

Pentingnya Literasi dan Inklusi Keuangan Bagi Teman Tuli

Perusahaan perencanaan keuangan Finansialku memberikan akses literasi keuangan kepada Teman Tuli di seluruh Indonesia. Melalui program Jemari Finansialku, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia khususnya Teman Tuli. Setiap tahunnya ada 5.000 bayi terlahir tuli dan 8,9 juta masyarakat berjuang melawan gangguan pendengaran. Sehingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan bagi seluruh instasi keuangan menyediakan fasilitas literasi keuangan khusus untuk difabel.

Mario Lasut selaku Chief of Marketing Finansialku mengatakan pihaknya terus mendukung program pemerintah meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia. Dalam acara yang dihadiri 53 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, Perencana Keuangan Finansialku Juan Mahir membagikan tips dalam mengatur anggaran keuangan.

Ia menyampaikan pentingnya merencanakan keuangan untuk mencapai tujuan misalnya untuk membeli rumah, pendidikan hingga dana pensiun. Lalu bagaimana caranya? “Tentukan tujuannya mau kemana, kemudian tentukan posisi kita di mana,” jelasnya.

Namun biasanya ada tiga permasalahan yang sering muncul dalam mengelola keuangan yakni pertama pemasukan kecil. Solusinya dengan menambah pemasukan, kurangi berhutang dan gaya hidup. “Misalnya dengan mencari tambahan pekerjaan, berjualan makanan atau skill lain yang dimiliki,” kata Juan. Ketika sudah ada pemasukan, sebaiknya langsung dibuat anggaran keuangan sehingga tidak dipakai untuk berbelanja kembali.

Masalah kedua yang juga sering terjadi di antaranya pengeluaran terlalu besar. Menurutnya, anggaran terlalu besar untuk kebutuhan sehari-hari serta gaya hidup. “Jika ingin tujuan keuangannya tercapai kurangi gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan finasialnya,” ujarnya.

Ketiga, lunasi hutang atau cicilan. “Jalan melunasi hutang dengan berhutang kembali,” ujarnya. Kemudian untuk mencapai tujuan keuangan dalam perencanaan keuangan Juan menyarankan untuk membaginya menjadi tiga pos anggaran yakni kewajiban, kebutuhan, dan keinginan.

“Keluarkan yang wajib dahulu seperti membayar hutang, sedekah, kemudian anggarkan kebutuhan seperti makan dan kebutuhan rumah tangga. Setelah itu baru anggarkan keinginan seperti membeli gadget atau motor baru,” kata Juan. Jika pemasukan hanya cukup sampai di titik kebutuhan, maka tundalah yang ada di pos keinginan.

“Harus bisa melihat mana pos-pos menjadi prioritas, perencanaan keuangan bukan menjadi alat suapaya kaya tetapi menjadi sebuah petunjuk arah mencapai tujuan keuangan kita,” ujarnya menegaskan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved