Capital Market & Investment Trends zkumparan

Pentingnya Sertifikat CFA untuk Aktif di Pasar Global

Presiden CFA Society Indonesia, Pahala Mansury.

Indonesia masih kekurangan analis keuangan yang memiliki sertifikasi berskala internasional, padahal di era globalisasi seperti sekarang kepemilikan sertifikat profesi merupakan suatu keniscayaan. Misalnya saja pemegang sertifikasi CFA (Chartered Financial Analyst) yang saat ini baru dimiliki oleh 261 orang.

Presiden CFA Society Indonesia, Pahala Mansury, menyampaikan, angka tersebut masih 1/10 nya dibandingkan dengan Singapura yang sudah memiliki 2.600 anggota, padahal total nilai kapitalisasi pasar modal di Indonesia empat kali lebih besar. CFA merupakan gelar profesional yang dikeluarkan oleh CFA Institute dari Amerika Serikat. Sertifikat ini mengukur kompetensi seseorang dalam bidang analisa keuangan, ekonomi, dan pasar modal.

“Pasar modal Indonesia sedang tumbuh dan berkembang, salah satu kunci pasar modal bisa berkembang dengan lebih baik lagi tentunya jumlah profesional di pasar modal yang memiliki sertifikasi yang sesuai. Sebab, tanggung jawab di pasar modal ini cukup tinggi, bagaimana mereka bisa mengelola keuangan milik orang-orang yang berinvestasi kepada mereka,” katanya pada SWA Online.

Menurutnya, sertifikasi CFA ini sangat penting karena dapat membantu para profesional untuk aktif di pasar global. Dengan banyaknya para pelaku pasar modal yang sudah memiliki sertifikasi pun harapannya kepercayaan dari luar untuk masuk ke Indonesia bisa lebih tinggi. Selain itu, financial deepening di Indonesia akan lebih terjaga dan inovasi akan lebih baik.

Bahkan, kata dia, untuk profesional yang bergerak di pasar modal, sertifikasi CFA ini dianggap lebih penting dibandingkan gelar MBA (Master of Business Administration). Sebab, kurikulum CFA berfokus untuk mengembangkan kemampuan teknis profesional di bidang pasar modal. Sementara, MBA mengembangkan atau mencetak manajer secara umum.

Untuk mendapatkan gelar CFA, kandidat harus lulus tiga level ujian. Level 1 ditawarkan pada bulan Juni dan Desember (dua kali dalam setahun) meliputi Ethics and professional standards; ujian CFA Level 2 pada bulan Juni (satu kali dalam setahun) meliputi Investments tools dan Assets Classes, dan level 3 pada bulan Juni (satu kali dalam setahun) berupa Portfolio Management and Wealth Planning.

Adapun, seorang kandidat harus memenuhi persyaratan di antaranya, memiliki pengalaman minimum empat tahun dalam pengambilan keputusan keuangan dan investasi, memiliki gelar sarjana atau berada di tahun terakhir program gelar sarjana, atau kombinasi dari pengalaman kerja profesional dan pendidikan selama empat tahun. Untuk kualifikasi sarjana, program sarjana harus diselesaikan sebelum mendaftar untuk ujian level 2, dan mengerti bahasa Inggris.

“Ketiga level tersebut membutuhkan waktu belajar sekitar 1.000 jam. Untuk itu, sejak 2016 lalu CFA membuat mock up test agar para pelaku pasar modal dapat berlatih sebelum mengambil ujian sertifikasi,” ujar Pahala.

Pahala mengaku, sejak diadakan mock up test, terjadi kenaikan passing grade sebesar 5-10%. Asal tahu, passing grade CFA secara global sekitar 40-45%. Namun, selama bertahun-tahun Indonesia masih memiliki level passing grade di bawah standar global. “Kami tidak bisa menyebut angkanya, tapi Indonesia masih lumayan jauh di bawah standar global,” katanya.

Selain memerlukan waktu yang lama untuk mengikuti persiapan tes, kendala lain yang mengakibatkan analis keuangan sulit mendapatkan sertifikat CFA, kata Pahala, di antaranya karena biaya yang terbilang mahal. Oleh karena itu, CFA Institue menawarkan program beasiswa untuk para pelaku pasar modal, akademisi, dan media massa yang tertarik mengikuti tes CFA. Ia juga berharap, ada kerja sama dengan perusahaan dan pemilik industri untuk mendorong karyawannya memiliki sertifikat CFA.

“Jika karyawannya memiliki sertifikat CFA, tentu menjadi kurikulum yang sudah pasti secara teknikal memiliki kemampuan yang cukup, dan meningkatkan kredibilitas pada institusinya sendiri. Ini kita dorong terus agar semakin banyak, bukan orang membiayai sendiri tapi dibiayai oleh perusahaan, tentu ini investasi training yang return-nya akan sangat baik,” tambahnya.

Pahala pun menargetkan, tahun 2022 orang yang sudah memiliki sertifikat CFA bisa mencapai 500 anggota. “Untuk setara dengan Singapura perlu waktu. Kita berharap dalam 3 tahun mendatang jumlah orang yang memiliki sertifikat CFA bisa double atau 500 orang. Lalu dalam 5 tahun mendatang bisa mencapai 1.000 orang. Saya rasa itu bukan suatu mustahil, sangat mungkin terjadi sepanjang bahwa memang kita sendiri harus mendorongnya,” tuturnnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved