Management Trends zkumparan

Peran Indofood dalam Ketahanan dan Keamanan Pangan

Peran Indofood dalam Ketahanan dan Keamanan Pangan
Axton Salim, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Populasi global tengah menghadapi krisis yang saling terkait, mencakup kemiskinan, masalah gizi buruk (gizi kurang dan kegemukan), juga masalah kesehatan (mortalitas dan morbiditas anak). Sekitar 5 miliar orang tinggal di kawasan di mana gizi buruk dan kematian anak masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Tantangan global yang dihadapi sejumlah negara di dunia saat ini, diungkap Prof. Martin W. Bloem, profesor dari John Hopkins Bloomberg School of Public Health and Director of Center for Livable Future saat perhelatan Asian Congress of Nutrition (ACN) 2019 yang diselenggarakan di Bali Internasional Convention Center Nusa Dua belum lama ini.

Prof. Bloem mengingatkan dalam gelaran dunia yang bertemakan Nutrition and Food Innovation for Sustained Well-being ini, tentang pentingnya mengurangi kemiskinan dan memperbaiki kualitas SDM dimulai dari mencegah stunting, akses pendidikan dan sistem kesehatan yang lebih baik serta sistem pangan yang berkelanjutan.

“Untuk memutus mata rantai ini, konsumsi makanan bergizi harus berkelanjutan, pelaku usaha dalam hal ini dapat berkontribusi dengan menyediakan makanan bergizi, antara lain dengan fortifikasi,” ujarnya mengutip rilis yang diterima SWA Online (12/08/2019). Dalam acara tersebut, turut hadir dan sebagai pembicara, Axton Salim, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Kemiskinan membuat tidak semua lapisan masyarakat bisa mendapatkan makanan sehat dengan mudah, sehingga harus dicarikan solusinya, antara lain fortifikasi pangan oleh dunia usaha. Fortifikasi pangan merupakan metode untuk menitipkan senyawa penting yang diperlukan ke makanan untuk meningkatkan nilai gizinya, sehingga lebih mudah dijangkau masyarakat,. Vitamin A misalnya, lazim dimasukkan ke produk margarin dan minyak goreng. Sementara yodium dimasukkan ke dalam garam.

Pengentasan malnutrisi tidak hanya dilakukan pemerintah, namun juga menjadi tanggung jawab para pihak dalam hal ini perusahaan swasta/pelaku usaha. Axton Salim yang juga menjabat sebagai Global Co Chair of Scaling Up Nutrition Business Network (SBN), mengatakan peran industri makanan sangat besar dalam pemenuhan pangan sehat dengan harga yang terjangkau. Scaling Up Nutrition (SUN) diinisiasi oleh PBB memungkinkan business network berkontribusi nyata untuk meningkatkan gizi di negara masing-masing.

SBN dibentuk untuk memobilisasi dan mengintensifkan upaya bisnis dalam mendukung Scaling Up Nutrition (SUN) Movement dan memastikan setiap orang memperoleh hak mendapatkan makanan yang baik dan bergizi. SUN Movement melibatkan pelaku usaha/bisnis, badan PBB, donor dan masyarakat lokal untuk mendukung pemerintah. Ada tiga pilar yang menjadi fokus SBN, yaitu 1.000 Hari Pertama Kelahiran dan Adolescence, Balanced Nutrition, dan Health & Sanitation.

“Dunia usaha memiliki peran penting dalam mengatasi malnutrisi, antara lain dengan menciptakan makanan sehat (fortifikasi pangan), menggunakan bahan pangan lokal dengan biaya produksi yang tidak mahal sehingga bisa dijual dengan harga yang terjangkau masyarakat,” kata Axton.

Indofood sudah melakukan sejumlah upaya untuk mendukung SUN Movement, antara lain dengan fortifikasi produk pada tepung Bogasari dan Indomie. Produk terigu Bogasari misalnya, ditambahkan vitamin B dan zat besi untuk memenuhi kebutuhan gizi mikro guna mengatasi malnutrisi. Indofood juga meluncurkan Govit, jajanan sehat yang mengandung 11 vitamin dan 4 mineral dengan harga terjangkau, yaitu Rp500 per sachet. Untuk makanan pendamping ASI (MPASI), Indofood merilis SUN MPASI yang difortifikasi dengan aneka sumber gizi mikro, juga dengan harga terjangkau Rp500 per sachet.

Selain melakukan fortifikasi pangan, sejumlah inisiatif yang dilakukan Indofood antara lain program Nutrition for Workforce, edukasi remaja melalui aplikasi mobile agar semakin banyak remaja menyadari pentingnya gizi dan tubuh yang sehat, mendorong tumbuhnya start up lokal bidang pangan, gizi dan kesehatan sehingga terbentuk mekanisme yang akan memutus rantai malnutrisi dan kemiskinan.

Axton menambahkan, dunia usaha bisa berkontribusi dan berperan aktif dalam pengentasan masalah nutrisi di Indonesia dan mensukseskan SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) yang dicanangkan PBB dan hendak dicapai pada 2030, antara lain dengan bergabung di SBN. “Perusahaan bisa berkontribusi sesuai expertise masing-masing. Semua bisa terlibat dan mencari inovasi baru untuk menjawab masalah malnutrisi di Indonesia,” tandasnya.

Selama Asian Congress of Nutrition 2019, Indofood menghadirkan sejumlah kegiatan di stan, antara lain mendemokan pembuatan makanan bergizi seimbang, misalnya Indomie goreng sambal matah dilengkapi ayam suwir dan tomat, Indomie goreng dengan ayam betutu suwir ditambah tambah sayur kangkung, serta Indomie soto lamongan ditambah toge dan ayam suwir. Juga didemokan pembuatan smoothies strawberry menggunakan produk Gowell Taro yogurt, dan buah strawberry sehingga dalam satu sajian mengandung karbohidrat, protein dan lemak serta kalori.

Di stan Indofood juga ditampilkan poster yang berisi aktivitas yang telah dilakukan Indofood, seperti pemeriksaan kesehatan Ibu dan bayi di posyandu, penguatan kapasitas kader posyandu, edukasi remaja melalui aplikasi mobile, nutrisi untuk pekerja dan Indofood Mobile Service.

Hari kedua penyelenggaraan ACN 2019, peserta simposium diajak mengunjungi Tempat Pengelolaan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) Sekar Tanjung, Sanur, Denpasar yang diinisiasi oleh PRAISE (Packaging and Recycling Alliance for Indonesia Sustainable Environment). PRAISE lahir dari sebuah komitmen bersama untuk menjaga keberlanjutan lingkungan melalui praktik pengelolaan sampah kemasan yang berkesinambungan dan menggagas kerangka kerja holistik, terintegrasi dan berkelanjutan untuk pengelolaan sampah di Indonesia. Aliansi ini diprakarsai oleh PT Coca-Cola Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, PT Tetra Pak Indonesia, PT Tirta Investama, dan PT Unilever Indonesia, Tbk.

PRAISE berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam menjalankan kegiatan. Khusus di TPS3R Sekar Tanjung menggandeng McKinsey.org untuk melakukan edukasi terkait pengelolaan sampah kepada warga sekitar untuk membangun sistem pengelolaan sampah dengan prinsip keekonomian berkelanjutan dengan memaksimalkan manfaat daur ulang dan lingkungan, menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan komunitas lokal, serta mempercepat transisi ekonomi sirkular.

Tujuan kerja sama ini mencakup pengoptimalan pengumpulan sampah, yaitu dengan mengedukasi penduduk tentang pentingnya memilah sampah, meningkatkan efisiensi fasilitas pemilahan TPS3R dengan pelatihan dan insentif, juga memastikan kestabilan permintaan melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan pembeli yang berkomitmen untuk menggunakan bahan daur ulang.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved