Business Research Trends zkumparan

Pergeseran Industri yang Ekstrim di 2021

Pakar marketing dari Inventure Consulting, Yuswohady mengungkapkan bahwa Covid-19 telah meluluh-lantakkan sendi-sendi perekonomian, industri, dan bisnis yang memaksa kita memasuki dunia yang sama sekali baru. Oleh karena itu, di tahun 2021 kita akan menghadapi pergeseran industri maha dahsyat dan ekstrim. Yuswohady menyebutnya sebagai industri megashift.

Ia mengelompokkannya ke dalam 3 bagian besar yaitu pergeseran di tingkat Mega (“Changes), Macro (“Competition”) dan Micro (“Customer). Pergeseran di tingkat Mega mencakup perubahan-perubahan besar di bidang teknologi, politik, regulasi, sosial, ekonomi, hingga lingkungan.

Secara umum ada 7 perubahan besar yang terjadi di tingkat Mega ini yaitu Covid-19 Propagation & Vaccine Availability, Societal Anxiety, The Rise of Coronationalism, Government (Mis) Leadership, Global Supply-Chain Disruption, Accelerated Digitalization.

Berbeda dengan perubahan-perubahan industri sebelumnya, menurutnya, di tahun 2021 perubahan industri sangat ditentukan oleh penyebaran virus dan kemampuan pemerintah dalam memproduksi dan mendistribusikan vaksin kepada seluruh warganegara.

“Faktor ini menjadi ‘vital driver of change‘ karena sejauh penyebaran virus tak bisa dihentikan dan vaksin penangkal tak urung dikembangan, maka seluruh elemen perekonomian, industri, dan bisnis akan tetap lumpuh tak berdaya,” katanya .

Namun begitu muncul titik terang vaksin diproduksi dan didistribusikan, maka sentimen konsumen akan cepat pulih, spending masyarakat (khususnya kelas menengah) mulai bangkit, dan perekonomian kembali menggeliat.

Sementara, pergeseran di tingkat Makro mencakup perubahan-perubahan besar yang menghasilkan peta kompetisi baru di era pandemi. Perubahan besar yang didorong oleh bencana dahsyat COVID-19 ini menghasilkan lanskap industri baru yang ditandai dengan empat karakeristik: Hygiene, Low-Touch, Less-Crowd, dan Low-Mobility.

“Perusahaan yang sukses di era pandemi adalah perusahaan-perusahaan yang bisa beradaptasi dengan 4 karakteristik tersebut. Itu sebabnya perusahaan di sektor industri digital misalnya, lebih sustainable di era pandemi karena bersifat low-touch,” paparnya.

Sementara perusahaan-perusahaan yang high-touch dan high-crowd seperti di sektor pariwisata, kata Yuswohady, mau tak mau harus bertransformasi dan mengadopsi model bisnis yang low-touch dan less-crowd untuk bisa sukses melewati badai krisis pandemi.

Di tingkat Mikro, pergeseran mencakup perubahan-perubahan besar yang menghasilkan perubahan perilaku konsumen di next normal. Ada empat perubahan besar di sisi konsumen ini yaitu: pertama, munculnya gaya hidup baru stay home lifestyle. Kedua fenomena back to the bottom of pyramid imana kebutuhan konsumen kembali ke kebutuhan dasar. Ketiga, go virtual. Terakhir munculnya apa yang disebut empathic society.

“Tak menentunya kapan krisis pandemi ini berakhir, gaya hidup baru ini akan semakin permanen bahkan setelah vaksin diproduksi dan didistribusikan. Contohnya untuk belanja online, WFH, home entertainment, hingga sekolah online,” kata Yuswohady.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved