Technology Trends zkumparan

Pertumbuhan Sektor TIK Tahun Depan Diprediksi 7%

Pertumbuhan Sektor TIK Tahun Depan Diprediksi 7%

Dua tahun pandemi Covid-19, sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengalami perubahan sangat luar biasa. Bertumbuh lebih cepat. Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Ririek Adriansyah yang berbicara pada Diskusi Akhir Tahun ‘Outlook Industri Telekomunikasi 2022 – Menata Bisnis Telekomunikasi dari Pandemi ke Endemi’ dalam rangka HUT ke-10 Grup IndoTelko mengungkapkan tren pertumbuhan industri telekomunikasi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan negara tetangga seperti Singapura, Thailand, dan Vietnam selama 2 tahun pandemi Covid-19.

Ia menjelaskan, di Indonesia layanan yang menopang pertumbuhan industri telekomunikasi tidak lain adalah konektivitas berupa peningkatan penggunaan mobile data dan fixed broadband, layanan ICT, serta layanan digital.

Kalau service dibagi tiga yaitu konektivitas, ICT dan digital maka konektivitas pada kurun waktu 2020-2024 akan tumbuh sekitar 4%, ICT akan tumbuh lebih tinggi di angka 8%, dan digital tumbuh paling tinggi sampai 12%. “Hal ini sejalan dengan fakta selama pandemi kemarin, masyarakat menjadi lebih contactless dan akan cenderung menggunakan layanan yang sifatnya digital. Karena itu ICT dan digital akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan konektivitas,” kata Dirut Telkom Group ini.

Terlebih, lanjutnya, setelah pada tahun ini sejumlah operator memberanikan diri menggelar jaringan 5G di Indonesia, pemanfaatannya di dunia akan terus meningkat. Tidak hanya di Amerika Serikat dan China, namun operator negara-negara di Asia juga akan banyak menggelar jaringan tersebut. “5G secara finansial akan semakin layak dan memberikan dampak positif bagi operator di Indonesia,” katanya.

Ririek meyakini pada tahun 2022 digitalisasi dan digitasi akan meluas di Indonesia. Hal tersebut menurutnya wajar mengingat operator telekomunikasi akan terus mencari sumber pertumbuhan pendapatan baru selain menjaga pendapatan dari layanan konektivitas. Oleh karena itu, ia memperkirakan kebutuhan Capital Expenditure (Capex) sektor telekomunikasi akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan konsumsi data.

“Kami regulator akan menyediakan spektrum frekuensi sebagai sumber daya yang terbatas agar operator bisa memanfaatkan spektrum tersebut demi masyarakat. Sebab ketika kondisi ekonomi nasional berangsur pulih maka pemanfaatan ruang digital akan terus meningkat. Kami berharap para pemangku kepentingan akan recovery agar kita bisa mendapatkan keunggulan dan menjadi bangsa yang kompetitif melalui digitalisasi,” ungkap Ismail, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika yang juga Plt Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam memprediksi pertumbuhan sektor telekomunikasi Indonesia tahun 2022 dan seterusnya akan didorong oleh penetrasi digital platform dan services.

“Kita tidak lagi bergantung pada bisnis konektivitas semata. Namun ada banyak stream baru seperti enterprise services, VOD, IOT, cyber security, big data, digital advertising dan digital entertainment,” ujar Hendri. Karena itulah Telkomsel memberanikan diri menjadi operator 5G pertama di Indonesia dan berkomitmen memperluas cakupan jaringan 5G yang terukur di tahun depan.

“Telkomsel memperoyeksikan ke depannya pelaku industri telekomunikasi di Indonesia akan terus mengembangkan core asset-nya, hingga mengembangkan beragam peluang di bisnis digital. Untuk itu sebelum pandemi kami terus mempersiapkan diri untuk menjadi perusahaan telekomunikasi terdepan dengan memberi layanan yang terus dikembangkan. Mulai dari fintech Linkaja sampai edutech dengan Kunci dan yang terbaru healthtech melalui Fita,” paparnya.

Dalam hitungan Direktur Utama XL Axiata, Dian Siswarini, tahun depan pertumbuhan bisnis sektor telekomunikasi akan lebih tinggi dibandingkan 2021. “Tahun ini akibat pandemi yang lebih lama dari perkiraan, DBS menurunkan proyeksi pertumbuhan industri telekomunikasi Indonesia dari 7% menjadi 4%. Tapi tahun depan diperkirakan naik jadi 7% karena penurunan kasus Covid-19, dan diperkirakan pemerintah akan melonggarkan pembatasan aktivitas yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Dian.

Faktor lain yang menurut Dian juga bisa mendongkrak kinerja sektor telekomunikasi adalah kepastian konsolidasi dua operator besar yaitu Indosat Ooredoo dan Tri Hutchinson. “Konsolidasi ini akan menurunkan jumlah pemain di market telekomunikasi yang diharapkan dapat menggerakkan tarif yang diberlakukan operator. Ini akan menstabilkan kompetisi dan meningkatkan kesehatan industri telekomunikasi di Indonesia,” jelasnya.

Faktor ketiga yang akan memicu pertumbuhan sektor telekomunikasi tahun depan adalah peningkatan traffic data yang akan didorong oleh berkurangnya mobilitas masyarakat karena memang pemberlakuan WFH dan SFH akan masih banyak diadopsi perusahaan dan sekolah-sekolah. “Kita bisa mencapai itu asal menerapkan tiga kunci keberhasilan yaitu transformasi digital yang diakselerasi faktor social distancing, kedua peningkatan inovasi, dan agility yang harus diterapkan di korporasi,” papar Dian.

Pendiri IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin mengungkapkan hal senada dengan para petinggi telko bahwa, sektor TIK salah satu yang bertahan dan menunjukkan pertumbuhan selama dua tahun pandemi berlangsung. Hal ini karena pandemi yang berujung kepada pembatasan mobilitas memacu transformasi digital di masyarakat. Ditambahkannya, jika melihat indikator ekonomi, terlihat secara makro mulai ada perbaikan di Indonesia, apalagi konsumsi pemerintah dan masyarakat masih terjaga. “Memang ada tantangan selain pandemi, yakni kenaikan harga energi global yang akan memicu peningkatan biaya produksi, ujungnya harga produk akan lebih mahal. Tetapi saya optimistis pertumbuhan sektor telekomunikasi di 2022 bisa mencapai 7%, tidak 4% seperti tahun ini,” ujarnya.

Terkait akses internet yang belum merata, Director & Chief Strategy and Innovation Officer Indosat Ooredoo, Arief Musta’in menjelaskan hal tersebut bisa diatasi apabila para pelaku industri telekomunikasi bisa melakukan orkestrasi dalam mendigitalkan ekonomi Indonesia. “Tantangan utamanya adalah distribusi internet user belum merata, masih terkonsentrasi di Jawa kemudian pulau-pulau besar di Indonesia. Kita perlu memperhatikan ini agar seluruh masyarakat bisa merasakan akses internet dengan menyediakan infrastruktur. Ini tantangan tahun depan,”papar Arief.

Apabila akses internet sudah merata, Arief menyebut tantangan berikutnya yang perlu dihadapi oleh operator telekomunikasi adalah tantangan keamanan cyber, persaingan, ketersediaan SDM, dan juga tantangan regulasi. “Kita bisa melihat size digital ekonomi Indonesia sangat besar. University Technology Sydney menyebutkan size kita itu Rp 630 triliun, bahkan dalam 8 tahun ke depan bisa menjadi empat kali lipat menjadi Rp 4.500 triliun. Ini harus jadi semangat kita semua dalam menjawab tantangan yang dihadapi mulai tahun mendatang,” tegas Arief.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved