Management Trends zkumparan

P&G Mengelola Karyawan seperti Membina Konsumen Loyal

Indonesia Country HR Leader PT Protect & Gamble Indonesia Tbk., Dedie R. Manahera.

Keberhasilan PT Procter & Gamble Home Products Indonesia (P&G) menghadirkan produk-produk consumer goods berkualitas dalam kehidupan konsumen Indonesia tak luput dari peran SDM di dalamnnya.

Terbukti, P&G Indonesia berhasil menyabet dua kategori dalam penghargaan HR Excellence 2018, yakni Compensation and Benefit Strategy dan Retention Strategy, yang diselenggarakan Majalah SWA bersama Lembaga Manajemen Universitas Indonesia. Menurut Indonesia Country HR Leader PT Protect & Gamble Indonesia Tbk., Dedie R. Manahera, pengembangan SDM menjadi prioritas yang tak bisa lagi ditawar. “P&G sebagai warga korporat dunia yang melayani 250 juta penduduk Indonesia, pengelolaan karyawan seperti halnya membina konsumen yang setia,” tambahnya.

Loyalitas karyawan dan keberagamannya berusaha diciptakan P&G. Perusahaan berusaha menciptakan engagement pada karyawan dan memastikan mereka fokus berkontribusi serta berkomitmen untuk produktivitas perusahaan. Untuk kepentingan tersebut, P&G menggunakan Employee Value Proposition (EVP) sebgai barometer. “Tujuannya agar karyawan merasa dihargai saat bekerja, memiliki growth, being rewarded, dan recognized,” ungkap Dedie. P&G fokus bagaimana cara perusahaan memenuhi kebutuhan ekspektasi, bahakan mimpi-mimpi karyawan.

EVP yang diterapkan P&G memiliki tiga tujuan, yaitu memenangi kompetisi bisnis, meningkatkan sekitar tiga poin dari survei engagement tahunan, dan mengembangkan talenta lokal yang terdiri dari Gen X, Gen Y, dan milenial untuk peningkatan produktivitas perusahaan. “Kami menyebutnya I-Smile, singkatan dari simple, meaningful, and learn,” tambahnya. Melalui I-Smile, perusahaan dapat melakukan lompatan dalam mempertahankan dan mengembangkan talent-talent lokal. Kondisi ini mengubah porsi ekspatriat yang dulunya mencapai 70%, kini berbalik. Diperkirakan 70% manajer P&G adalah talenta lokal, sisanya ekspatriat.

Untuk program retensi tidak hanya memberikan kompensasi tinggi. Rasa bangga menjadi bagian P&G diciptakan dan jauh lebih powerful dibandingkan persoalan gaji semata. Kultur perusahaan yang senantiasa mengapresiasi dengan memberikan penghargaan menjadi energi yang terbaik. Selain itu, P&G merintis program masuk kampus untuk memperkenalkan diri lebih ke masyarakat awam pada mahasiswa. “Mereka diberi kesan positif dan bangga terhadap P&G,” ujar Dedie. Dan ketika akhirnya nanti mereka bergabung, perusahaan tinggal mengarahkan dengan memberikan reward dan recognition agar kariernya tumbuh optimal.

Perbedaan P&G dengan perusahaan lain adalah memberikan kesempatan karyawannya untuk berbuat sesuatu untuk perusahaan. “Itu penting diketahui untuk milenial yang tertarik masuk P&G, bahwa ketika mereka bergabung, mereka diyakinkan dapat membuat dampak positif bagi perusahaan,” Dedie menegaskan. Untuk itu, pemetaan pekerjaan dibuat untuk memastikan tidak ada action plan yang tidak sesuai dengan target perusahaan. “Karyawan diberi semacam hackaton — aplikasi untuk mengontrol penyelesaian pekerjaan — yang bernama satellite office.

Melalui satellite office, karyawan diberi fleksibilitas tempat kerja, sekaligus penyemangat kerja, di manapun mereka berada. Intinya, bagi P&G, yang terpenting Adalah produktivitas meningkat keamanan dan kenyamanan terjaga, serta kerahasiaan terjamin. “Kami memastika walaupun sebagai karyawan bar, mereka bisa mengetahui sejauh mana dapat berkontribusi pada tujuan bisnis perusahaan dan perusahaan juga tahu bagaimana memberdayakan mereka,” paparnya.

Learn and grow, program akslerasi karyawan diciptakan P&G untuk menunjang organisasi berperforma tinggi dan menangani kebutuhan kapabilitas saat ini dan masa depan. Ada banyak program akslerasi yang dijalankan P&G, antara lain Career co-Creation Day, GET IN (Get Familiar, Elevate, Train, Include, Nurture), dan Program Nusantara.

Career co-Creation Day semacam pameran lowongan pekerjaan sembari menelisik tujuan karier jangka menengah/panjang pelamar. Sedangkan GET IN, diberikan untuk karyawan baru agar dapat “fast start” dalam melaksanakan pekerjaannya di P&G. “Program Nusantara merupakan keseluruhan dari program design & learning & development P&G dengan prinsip shifting away dari in-class training. P&G telah memiliki 200-an in-house traing,” jelasnya

Semua ini, menurut Dedie, untuk membantu karyawan mengembangkan kepemimpinannya yang dimulai dari diri sendiri sebelum menjadi leader di organisasi. Setidaknya karyawan mengetahui dan mampu bagaimana memimpin diri sendiri. Selain itu, membangun pola compensation and benefit yang terukur dan kredibel. Pola employee engagement ini akan selalu diperbarui dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.

P&G Indonesia tak akan berhenti di sini dalam usahanya mengembangkan SDM. Perusahaan consumer goods raksasa ini akan terus memperjuangkan inovasi dalam tata kelola karyawan, termasuk harapan work from home yang akan mulai diterapkan mulai Juli 2018.

Reportase: Anastasia Anggoro Suksmonowati

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved