Marketing Management Trends

Pigmentasi Cat Emco untuk Tiga Segmen Pasar

Pigmentasi Cat Emco untuk Tiga Segmen Pasar

Direktur Pelaksana PT Mataram Paint, Freddy Pangkey.

Berbekal pengalamannya bekerja di perusahaan cat Belanda, Chris Pangkey bersama Sumantri Sudirodarmodjo dan lima temannya merintis PT Mataram Paint di tahun 1950. Awalnya Mataram Paint memproduksi cat yang beragam pada 1950 hingga 1960, mulai dari cat kapal, cat tembok, cat duco, pernis, dan cat kayu besi. Beragam cat tersebut diproduksi hanya dengan satu unit mesin di pabrik seluas 500 meter persegi yang berlokasi di Jalan Dinoyo, Surabaya.

Sekitar tahun 1965 brand Emco ciptaan Mataram Paint dihadirkan sekaligus melakukan efisiensi produksi dengan berkonsentrasi hanya memproduksi cat kayu & besi. Gempuran produk-produk cat asing yang masuk ke Indonesia di tahun 70an disertai dengan krisis minyak di Timur Tengah yang berdampak pada sulitnya memperoleh bahan baku cat, resin.

Kondisi tersebut memaksa Mataram Paint untuk membuat bahan baku resin sendiri dengan lisensi dari Belanda dan sebagian impor dari Petrokimia Gresik dan Pertamina. Akhirnya Mataram Paint memegang kontrol untuk bahan baku untuk bisa mengamankan pasokan bahan utama cat. Tahun 1985, generasi kedua yaitu Iwan Kusmarwanto dan Freddy Pangkey menjabat sebagai Direktur Utama dan Direktur Pelaksana di PT Mataram Paint.

Menjabat sebagai Direktur Pelaksana, Freddy Pangkey, lulusan Teknik Industri dan Kimia dari Jerman, kini bertugas melakukan development perusahaan. “Pengembangan teknologi kami lakukan dengan technology transfer baik dari permesinan, processing, perbaikan mutu, hingga pengembangan SDM. Saya masuk ke Mataram Paint pada tahun 1983 mengawali sebagai Technical Manager yang membenahi perusahaan secara total,” ujarnya. Dirinya juga yang merencanakan pembangunan laboratorium R&D untuk pengembangan produk dan pendidikan bagi SDM.

Menurutnya, Indonesia belum memiliki peraturan standarisasi untuk produk cat sehingga menyebabkan banyak produk dengan kualitas rendah yang beredar di pasaran. “Hal ini tidak didukung oleh pemerintah lewat kementrian yang terkait, alhasil inovasi tidak berjalan. Ini sangat berkaitan dengan dukungan peraturan dari pemerintah,” ungkapnya. Ia mencontohkan Singapura yang menerapkan green building dengan penggunaan cat ramah lingkungan pada tahun 2035. Sementara tidak adanya peraturan seperti itu di di Indonesia mengakibatkan inovasi cat ramah lingkungan tidak direspon konsumen.

Keberhasilan brand Emco yang mampu bertahan hingga saat ini dilakukan Mataram Paint dengan mengutamakan mutu produk. Namun behaviour konsumen Indonesia yang lebih melihat harga disiasati Emco untuk lebih fokus pada value, yaitu perpaduan antara mutu dan harga. “Mataram Paint mengedepankan value yang tinggi, meskipun pasar tidak besar tapi kami akan tetap pada segmen itu. Karena apabila kami menurunkan value, kami akan mengorbankan policy perusahaan yang dari dulu tetap dijaga,” ujar Freddy.

Karena itu cat Emco adalah satu-satunya cat yang menawarkan tiga harga sesuai dengan pigmentasi warnanya. “Kami menjual secara fair, pigmennya kami sesuaikan dengan standar mutu,” tambahnya.

Target segmen cat Emco bisa dibilang beragam menyasar tiga segmen sesuai dengan kebutuhan. Distribusi cat Emco menyebar hingga 10 ribu toko yang tersebar di Jawa, Bali, Lombok, Padang, Pekanbaru, Makassar, Kupang. Konsisten secara below the line dilakukan meski secara awareness cat Emco tidak sekuat produk lain. Fokus di cat kayu & besi dengan konsisten dari sisi delivery, supply chain, hingga ke mutu menjadi kunci cat Emco untuk bisa bertahan dan memiliki business growth di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

Reportase: Jeihan Kahfi Barlian


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved