Business Research Trends

Populix Paparkan Pemulihan Ekonomi Indonesia Pasca Gelombang II Covid-19

Populix Paparkan Pemulihan Ekonomi Indonesia Pasca Gelombang II Covid-19

Semua negara berusaha untuk bangkit dari pandemi Covid-19 dan mendorong pemulihan ekonomi, termasuk di Indonesia. Sejak Agustus 2021, kasus Covid-19 gelombang kedua di Indonesia mulai terkendali. Hal ini terlihat dari penurunan pers

entase jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia yang kini telah mencapai 3,05%. Nilai tersebut sudah berada jauh di bawah standar yang ditetapkan oleh World Health Organization yaitu sebesar 5%.

Menurut Timothy Astandu, Chief Executive Officer Populix, lembaga riset berbasis Android, kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam penanganan Covid-19 telah menunjukkan hasil. Kasus Covid-19 kita sudah di posisi jauh lebih baik dibanding tiga bulan yang lalu. Digenjotnya cakupan vaksinasi dan penurunan level Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah memberikan angin segar bagi bangkitnya perekonomian nasional.

“Kini, masyarakat pun lebih siap untuk kembali beraktivitas seperti biasa, seperti mengunjungi sentra-sentra perekonomian seperti mall, cafe, restauran ataupun tempat tempat hiburan dan melakukan perjalanan. Penegakan aturan vaksinasi di tempat-tempat tersebut pun direspons positif oleh masyarakat dan dinilai dapat meningkatkan kepatuhan publik terhadap program vaksinasi dan membantu masyarakat merasa lebih aman untuk melakukan aktivitas di luar rumah,” tambah Timothy lagi.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Populix mengenai ‘Economy Bounce Back After the 2nd Curve/ Kebangkitan Ekonomi Setelah Gelombang Kedua’ terhadap 1.031 responden (> 50% adalah warga DKI Jakarta) menunjukkan, bahwa mayoritas responden (70%) percaya bahwa vaksinasi dapat mencegah penularan virus. Oleh karena itu, mereka pun menyetujui (30% sangat setuju dan 36% menyatakan setuju) diterapkan penegakan vaksinasi bagi pengunjung mall.

Dari hasil survei yang diikuti oleh mayoritas kalangan pekerja (70%) dengan tingkat pendidikan Sarjana (41%) ini, memperlihatkan bahwa rata-rata responden (>50%) memiliki kepercayaan diri untuk mengunjungi mall setelah diterapkannya kebijakan PPKM. Mereka dengan range usia 46-55 tahun adalah yang memiliki tingkat kepercayaan diri paling tinggi (64%) dengan penerapan kebijakan pemerintah tersebut.

Riset Populix yang dilakukan secara online ini juga menemukan bahwa lebih dari 60% responden mengaku sudah berencana untuk menikmati makan di restauran bersama anggota keluarga setelah kebijakan PPKM dilepas, dengan 90% responden memilih restauran Indonesia sebagai tujuan utama. Minat besar masyarakat untuk menikmati makan di restauran juga ditunjukan dengan aggaran yang mereka siapkan. Sebesar 33% responden mengaku akan menyiapkan dana sebesar Rp250 ribu hingga Rp 500 ribu untuk setiap kali makan di resto.

Hasil riset Populix juga menemukan fakta bahwa mayoritas responden menyetujui (38% sangat setuju dan 35% setuju) diterapkannya ketentuan vaksinasi untuk keperluan perjalanan. Hal ini didukung dengan jawaban dari sebagian besar responden, yaitu sebanyak 76% dari total responden percaya bahwa efektifitas penegakan vaksin dapat meningkatkan kepatuhan vaksinasi. Dari total responden warga Jabodetabek (559 responden), sebanyak 78% menyetujui (36% setuju dan 42% sangat setuju) penegakan vaksin untuk berpergian.” jelas Timothy lagi.

Meski demikian, mayoritas responden (70%) merasa lebih percaya diri untuk melakukan perjalanan ketika penerapan PPKM berakhir. Laki-laki, orang tua dan kalangan dengan penghasilan tinggi merupakan kelompok yang paling banyak menanggapi positif akan hal tersebut. Namun, riset Populix menemukan setidaknya kurang dari 60% responden mengaku telah atau akan merencanakan perjalanan bersama keluarga dalam 6 bulan terakhir. Berlibur (52%) merupakan alasan utama mereka dalam memutuskan perjalanan ke luar kota, sementara sebagian responden ingin mengadakan perjalanan ke luar kota dengan alasan untuk bertemu keluarga (33%).

Untuk pilihan penggunaaan moda transportasi, mayoritas responden memilih menggunakan kendaraan pribadi (69%) dan 31% menggunakan moda Kereta Api. Namun, untuk responden kelas atas mereka juga memilih untuk menggunakan transportasi penerbangan yang mereka beli melalui online travel agent (OTA). Dari hasil riset ditemukan, bahwa Traveloka menjadi aplikasi dengan jumlah pengguna terbanyak (57%) berdasarkan gender,umur dan SEC yang berbeda.

Riset Populix menemukan dampak positif dari pembelajaran jarak jauh, yaitu sebanyak 58% mengatakan bahwa pembelajaran dengan cara baru ini menjadikan anak-anak dapat beradaptasi dengan berbagai aplikasi pembelajaran online, dan anak-anak menjadi tahu bahwa informasi tidak hanya berasal dari buku saja (57%). Sementara, dampak negatif yang utama dari pembelajaran online adalah anak-anak kesulitan dalam berkonsentrasi (86%) dan kurangnya ketrampilan sosial (73%).

Meski terdapat kekhawatiran mengenai dampak jangka panjang pembelajaran daring seperti kesulitan adaptasi, kesehatan mental, dan kualitas pendidikan yang menurun. Namun mayoritas responden merasa percaya diri (20% sangat percaya diri dan 31% yakin) peserta didik kembali belajar di sekolah Dan untuk mendukung proses belajar jarak jauh, maka sebagian besar responden berpendapat akan perlunya peningkatkan fasilitas teknologi di setiap sekolah dan penyediaan internet gratis di seluruh Indonesia.

Jonathan Benhi, Chief Technology Officer Populix menuturkan, terlepas dari berbagai dampak negatif pandemi Covid-19, Populix melihat pandemi ini sebagai salah satu faktor yang akhirnya mendorong anak-anak untuk beradaptasi terhadap teknologi. Dan dari hasil riset, ternyata institusi pendidikan berbasis daring, seperti ‘Ruang Guru’ kini menjadi pilihan para orang tua dalam mendukung proses pembelajaran di masa pandemi. Namun, agar proses belajar mengajar dapat tetap menarik sehingga peserta didik tidak kehilangan konsentrasi, maka tenaga pendidik dituntut untuk lebih inisiatif dan kreatif.

“Kami berharap melalu survey ini dapat memberikan gambaran mengenai pola dan pilihan masyarakat di masa pandemi sehingga pelaku usaha ataupun insitusi yang terkait dapat mengenal lebih baik kebutuhan masyarakat. Melalui data yang tepat maka diharapkan dapat membuat keputusan yang tepat dan efektif,” ujar Timothy mengakhiri penjelasannya.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved